PALEMBANG - Universitas Islam Jember (UIJ) meraih juara Qoriah Terbaik III dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Mahasiswa Nasional X, 28 Juli hingga 2 Agustus 2007 di Palembang. Pengumuman pemenang ini dilakukan saat penutupan acara tersebut di lapangan sepak bola Unsri, Bukit Besar, Palembang, kemarin (2/8), sekitar pukul 19.30 WIB.
Penetapan pemenang berdasarkan keputusan Dewan Hakim MTQ Mahasiswa Tingkat Nasional X Tahun 2007 Nomor 03/Skep.DH/MTQMN-X/07.Juara umum II diraih Universitas Padang dan juara umum III diraih dua universitas, yaitu Universitas Tanjung Pura (Pontianak, Kalimantan Barat) dan Universitas Padjajaran, Bandung. Juara umum I berhak atas piala bergilir Menteri Pendidikan Nasional. Kontingen MTQ-MN X dari Universitas Sriwijaya (Unsri) selaku tuan rumah hanya menempati juara umum VIII bersama utusan Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) dan lima utusan universitas lainnya.
Qori terbaik I diraih peserta nomor 1073 atas nama M Tohir dari Unja, disusul peserta nomor 1049 atas nama M Daan Tanjung dari Universitas Negeri Medan sebagai qori terbaik II, dan peserta nomor 1103 atas nama La Sanadi dari Universitas Haluoleo, Kendari, sebagai qori terbaik III. Qoriah terbaik I diraih Juairiyah dari Unja, disusul Novia Sestika Rizki dari Universitas Negeri Padang sebagai qoriah terbaik II, dan Nur Kholifah dari Universitas Islam Jember sebagai qoriah terbaik III.
Hafiz terbaik I diraih Bambang M Amin dari Universitas Padjajaran Bandung, disusul Fauzi dari Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta sebagai hafiz terbaik II, dan Waras Qalun dari Universitas Sriwijaya sebagai hafiz terbaik III. Untuk Hafizah terbaik I diraih Rifqiyanti dari Universitas Tanjungpura, disusul Nusrotul Bariyah dari Universitas Sebelas Maret sebagai hafizah terbaik II, dan Riyanda Nasrialima dari Polsri sebagai hafizah terbaik III.
Juara terbaik I untuk lomba karya tulis ilmiah Alquran diraih Mulyati Dewi Aisyah dari Universitas Indonesia, disusul Ilman Ilanas dan Adimiarja dari Universitas Padjajaran Bandung sebagai juara terbaik II, dan harapan dari Universitas Syah Kuala Aceh sebagai terbaik III. Sementara itu, untuk lomba Syaroful Anam pria, juara I diraih grup Al Amin, juara II diraih Al Musyawa dan juara III diraih Al Hikmah. Untuk wanita, juara I diraih grup KKMB, juara II diraih Wanita Islam, dan juara III diraih Al Irhamna.
Penutupan MTQ-MN X ini dilakukan rektor Unsri Prof Dr Zainal Ridho Djafar dengan pemukulan beduk. “Kita semua berharap bahwa MTQ-MN X di Palembang akan membawa dampak positif bagi peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan mahasiswa Indonesia. Salah satunya dengan memahami isi dan ajaran yang terkandung dalam Alquran,” kata Zainal.
Ketua Panitia Penyelanggara MTQ-MN X, Anis Assgaf, mengatakan, ada tiga universitas yang menjadi nominasi sebagai penyelenggara MTQ-MN XI Tahun 2009 mendatang. Ketiganya yaitu Universitas Makassar, Universitas Padang, dan Universitas Pattimura. “Namun, semuanya akan dirapatkan secara nasional setelah ini,” ungkap Anis. Sayang, Gubernur Sumsel Ir Syahrial Oesman MM yang sedianya hadir dalam acara penutupan ini terpaksa diwakilkan kepada asisten I, Drs Indra Rusdi.
“Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, panitia penyelanggara dan seluruh peserta kontingen dari 33 provinsi yang telah berpartisipasi dalam MTQ-MN X di Palembang ini. Semoga dengan ini, terjalin tali silaturami yang lebih erat lagi,” imbuh Indra.
Pantauan di lapangan, suasana penutupan MTQ-MN X tadi malam berlangsung cukup meriah. Tak hanya para peserta dan utusan dari 33 provinsi, masyarakat umum juga banyak yang menyaksikan acara penutupan MTQ-MN X ini. (y451n - www.indonesia.go.id)
6 komentar:
Selamat dan Sukses.
Tingkatkan prestasi, kibarkan nama almamater ditingkat nasional.
yasin-uij.blogspot.com
Selamat dan Sukses. Tapi jangan lupa untuk momen MTQ selanjutnya harus dipersiapkan agar lebih meningkat prestasinya.Juga perlu generasi penerus untuk qori' dan qori'ahnya. Paling tidak untuk MTQ kedepan bisa mempertahankan prestasi atau bahkan bisa lebih baik.
Galeri fotonya mana? Bagaimana kalau gambar yang ditampilkan itu adalah kegiatan kemahasiswaan yang bersifat akademik dan ilmiyah, bukan hanya gambar yang begituan. Lagi pula banyak foto foto menarik kegiatan kemahasiswaan yang lebih bersifat ilmiah. Mohon maaf karena yang membuka situs ini bahkan dari luar negeri lho karena alumni UIJ sudah banyak tersebar diberbagai kota bahkan ada yang di luar negeri. Terima kasih. Selamat dan Sukses buat Web UIJ !
Ingin sembuh dari ketergatungan rokok klik disini
Kumpulan artikel tentang bahaya rokok. Diambil dari berbagai sumber
1. Racun rokok
Maret 11, 2008
Mungkin anda sudah tahu bahwa menghisap asap rokok orang lain di dekat anda lebih berbahaya bagi anda daripada bagi si perokok itu sendiri. Asap Utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu di hembuskan kembali. Asap Sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar.
Masalahnya adalah, udara yang mengandung asap rokok, dan anda hisap, akan mengganggu kesehatan, karena asap rokok mengandung banyak zat- zat berbahaya, diantaranya : Lebih lanjut……
2. “Biaya Sosial ” Akibat Merokok
(Majalah Tarbawi, Edisi 104 Th. 7/Shafar 1426H/17 Maret 2005)
Oleh Tulus Abadi, SH
Ketua Bidang Hukum dan Perundang-Undangan Komnas PMM
Penerima Tobacco Control Fellowship Programs, Bangkok 2003
Masyarakat DKI Jakarta dibuat kaget, bukan oleh serangan wabah DBD, bukan pula serangan teroris; tetapi oleh rokok. Pasalnya Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso melansir kebijakan baru bertajuk larangan merokok di tempat umum. Yang membuat publik kaget, bukan karena larangannya, tetapi lebih karena hukumannya yang setinggi langit, Rp. 50 juta dan kurungan 6 bulan. Lebih lanjut……………..
3. Tembakau : Dampaknya Yang Merusak Kesehatan
Konsumsi tembakau adalah salah satu penyebab kerusakan kesehatan yang berkembang sangat cepat di dunia. Satu dari dua perokok jangka panjang akan meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan tembakau. Kematian ini sebenarnya dapat dicegah.
Resiko Kesehatan Bagi Perokok
Lebih dari 70.000 artikel ilmiah membuktikan secara tuntas bahwa penggunaan tembakau menyebabkan penyakit dan kematian.1 Pada tahun 2001, sebanyak 9,2% dari 3320 kematian di Indonesia disebabkan karena penyakit yang berkaitan dengan tembakau. Secara global tembakau merupakan 8,8% penyebab dari semua kematian pada tahun 2002.2 Konsumsi tembakau membunuh satu orang setiap 10 detik.3 Pada tahun 2020, WHO memprediksikan penyakit yang berkaitan dengan tembakau akan menjadi masalah kesehatan utama dunia yang menyebabkan 8,4 juta kematian tiap tahun.4 ; separuhnya terjadi di Asia. Kematian di Asia akan meningkat hampir 4 kali lipat dari 1,1 juta tahun 1990 menjadi 4,2 juta tahun 2020.5 Lebih lanjut….
4. Pondok Pesantren Langitan Bebas Rokok
Republika, 28 Februari 2003
TANPA gembar-gembor dan publikasi, Pondok Pesantren Langitan Tuban Jawa Timur bebas dari rokok. Dan, itu ternyata sudah berlangsung sejak enam tahun yang lalu. Larangan mengkonsumsi rokoh tersebut berlaku utuk umum. Para santri, ustadz serta pengasuh seluruhnya tidak diperbolehkan merokok di lingkungan pesantren. Pesantren benar-benar bebas dari bau asap rokok. Kondisi ini membuat kagum mantan Menteri Agama Tarmizi Taher yang akhir pekan lalu berkunjung ke pesantren yang telah berusia lebih dari 150 tahun ini. Lebih lanjut…
5. Berhentilah Merokok!
Selasa, 7 Juni, 2005 oleh: Siswono
Gizi.net - Dengan berhenti merokok, Anda tak hanya menyayangi diri sendiri, tapi juga orang lain. Bukankah ini langkah terpuji? Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati 31 Mei lalu seakan tak bergema di Indonesia. Tak banyak yang mengindahkan seruan peringatan tersebut. Para perokok tetap saja melakukan aktivitas rutinnya: menikmati kepulan asap. Ini tentu sangat disayangkan. Sebab, peringatan Hari Tanpa Rokok Sedunia itu mestinya dijadikan kesempatan bagi kita untuk berpikir sejenak dan menyadari kembali akan bahaya rokok, baik untuk diri kita sendiri, maupun orang-orang di sekitar kita. Lebih lanjut……….
Siapa Ulama Penerus Nabi Muhammad SAW ?
Allah SWT Berfirman : “Aku akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu”. Nabi SAW bersabda : “Ulama adalah pewaris-pewaris Rasulullah SAW”
Siapa ulama penerus Nabi Muhammad SAW?
Di dalam Al-Qur`an dan Hadits di atas banyak pendapat bahwa Ulama adalah penerus Nabi Muhammad SAW yang diteruskan oleh sahabat-sahabatnya, diantaranya :
1. Sayyidina Abubakar Assiddiq RA
2. Sayyidina Umar bin Khatab RA
3. Sayyidina Ustman bin Affan RA
4. Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA
Setelah kewafatan para sahabat periwayat-periwayat hadits dan Al-Qur`an diteruskan oleh para ulama, diantaranya :
1. Imam Maliki
2. Imam Hambali
3. Imam Syafi`i
4. Imam Hanafi
Seluruh Imam ini penerus Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan tentang Allah dan Rasulullah SAW. Sampai hari ini, ajaran merekapun dilanjutkan oleh pengikut-pengikut mereka. Terutama di negeri kita Indonesia kebanyakan pengikut Imam Syafi`i.
Siapa Imam Syafi`i?
Beliau seorang ahli Fiqih, Tauhid dan Tasawuf. Hampir kurang lebih 150 Fak ilmu beliau kuasai. Karena kepintarannya beliau dijuluki Imam. Ajaran beliau di Indonesia khususnya mengajak kepada umat Rasulullah SAW untuk :
1. Tawakal (Menyerahkan diri kepada Allah SWT)
2. Qana`ah (Menerima sifat seadanya yang datang dari Allah SWT)
3. Wara’ (Berhati-hati didalam menjalankan agama)
4. Yakin (Percaya kepada Allah SWT dan apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW)
Beliau menceritakan tentang Tawakal dalam kitab Tauhidnya, Qana`ah dalam kitab Fiqihnya, Wara' dalam kitab Tasawufnya dan Yakin dalam kitab Dzikirnya. Kesemua ini ilmu-ilmu beliau digunakan oleh para Wali-Wali Songo yang ada di Indonesia dan dibawa olehnya, diantara dzikir-dzikir yang dibawa oleh Imam Syafi`i dan para Wali Songo yang diteruskan olehnya :
1. Pembacaan Dzikir-dzikir shalat sunah maupun shalat wajib.
2. Pembacaan sejarah ringkas Nabi Muhammad SAW
Ajaran beliau diterima oleh seluruh rakyat Indonesia yang dibawa oleh para Wali Songo sampai ajaran ini dinamakan Ahlu Sunnah Wal Jama`ah yang diteruskan oleh Ulama-Ulama, Kyai dan para Habaib pada tahun 600 Hijriyah.
Ulama-ulama, kyai diseluruh Indonesia yang ber-Mahzab Imam Syafi`i menyebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi khususnya kota Jakarta bersama para Habaib. Jadi ajaran Imam Syafi`I telah lebih dahulu masuk ke negeri Indonesia sebelum ajaran-ajaran lain yang sudah demikian banyak di negeri Indonesia ini. Ajaran Imam Syafi`i lebih dikenal dekat oleh masyarakat dalam bentuk :
1. Pembacaan Yasin dan Tahlil
2. Pembacaan Ratib
3. Pembacaan Maulid
4. Pembacaan Manaqib Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
5. Majlis-majlis ta`lim kitab kuning (penafsiran Al-Qur`an dan Hadits)
6. Memakai Usholi jika shalat
7. Memakai Qunut jika shalat Shubuh.
Dan masih banyak lagi yang lain yang berdasarkan Al-Qur`an dan Hadits Rasulullah SAW yang beliau bawa. Maka inilah yang disebut penerus-penerus ulama Rasulullah SAW yang wajib kita sebagai umat Islam tidak terpecah belah, ajaran-ajaran yang baru yang akan melupakan kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW dan para ulama yang membawa jasa seperti Imam Syafi`i dan para Wali Songo.
Demikianlah pengertian ulama-ulama Rasulullah yang wajib kita contohi dan kita ikuti agar kita selamat dari azab Allah SWT dan azab yang ada di dunia dan di akherat. Jadikanlah perbedaan itu bukan perpecahan karena Nabi SAW bersabda : “Apabila diakhir hayatnya manusia mengucapkan kalimat Laa IlahaIlallah maka dia terhitung manusia yang diridhoi Allah dalam khusnul khotimah”. Karena Allah SWT berfirman : ”Tidak ada pemaksaan di dalam agama”
Ummat Islam harus waspada terhadap hasutan dan usaha-usaha (sisa-sisa usaha) penjajah dan antek-antek Yahudi yang tidak menyenangi/ menghendaki kebesaran Islam dan Muslimin dan berupaya menghancurkan serta menghapuskan kawan-kawan Muslimin yang menjadi tujuan serta program dari mereka (Yahudi), Allah SWT berfirman : “Dan tidak akan pernah ridho orang-orang Yahudi dan Nasrani sampai kita mengikuti agama mereka”(QS Al-Baqarah 120). Dengan bermacam-macam dan berganti-ganti cara serta berusaha menunggangi/ memperalat orang Islam itu sendiri untuk memutuskan jalur silaturahmi ummat dengan Nabinya, Ulamanya dan Pemimpinnya baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Himbauan :
Carilah jalan yang telah bersambung kepada Al-Qur`an, Hadits, Ijma' dan Kias (contoh-contoh agama), melalui silsilah atau urutan ilmu yang tidak terputus dari Shalafuna Sholeh hingga kepada Rasulullah SAW, maka niscaya kita akan selamat di dunia dan di akhirat.
Apa Ahlussunnah Wal Jama’ah ?
Ahlusunnah wal jama’ah adalah salah satu jalan pendekatan diri kepada Allah SWT yang perpegang kepada 4 (empat) :
1. Al-Qur’an
2. Hadits
3. Ijma’
4. Qiyas
Arti Ahlussunnah wal jama’ah itu sendiri diambil dari Hadits Rasulullah SAW yang beliau sabdakan :
“Islam akan menjadi terbagi menjadi 73 golongan, satu golongan yang masuk surga tanpa di hisab”, sahabat berkata : siapakah golongan tersebut ya Rasulullah ?, Nabi bersabda : “ Ahlussunnah wal jama’ah“.
Yang kita tanyakan, apa itu Ahlussunnah wal jama’ah ?
Semua golongan mengaku dirinya Ahlussunnah tetapi sebenarnya mereka bukan Ahlussunnah wal jama’ah karena banyak hal-hal yang mereka langgar yang mereka jalankan di dalam ajaran agama Islam, tetapi tetap mereka mengakui diri mereka yang benar. Sebenarnya kita harus mengetahui apa yang kita pelajari di dalam agama Islam atau yang kita amalkan di dalam Islam maka kita akan mengetahui kebenarannya di dalam ajaran Ahlussunnah wal jama’ah. Allah SWT telah mengucapkan di dalam surat Al Fatihah pada ayat yang 5 dan ayat yang ke 6, Allah SWT mengucapkan di dalam ayat yang ke 5 jalan yang lurus dan pada ayat yang ke 6 jalan-jalan mereka, yang kita tanyakan siapa mereka-mereka itu ?
Ulama Ahlussunnah wal jama’ah mereka bersepakat :
1. Mereka adalah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya
2. Penerus sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang dinamakan Tabi’in
3. Tabi’-tabi’in adalah pengikut yang mengikuti orang yang belajar kepadasahabat Rasulullah SAW.
4. Dan para ulama sholihin.
Yang ditanyakan siapa mereka para ulama sholihin itu ?
Ulama sholihin adalah ulama-ulama yang mengikuti jejak mereka di atas yang 3 dan ulama ini sangat banyak sekali di muka bumi maka mereka menamai dirinya atau golongannya dengan nama “Ahlussunnah wal jama’ah ”.
Apa yang mereka ajarkan ?
Kita akan mengenalkan mereka dengan kitab-kitabnya yang telah tersebar luas di dunia seperti Imam Ghozali, Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan banyak daripada itu pula dari keturunan Rasulullah SAW yang menamai julukan mereka habaib atau habib, diantara mereka adalah Al habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad yang satu diantara karangannya adalah Nashoihuddiyyah dan banyak lagi yang lainnya.
Cara-cara mereka akan lebih dekat kita kenal dengan amalan-amalan mereka yang sering kita dapati di tiap-tiap wilayah diantaranya mereka mendirikan perkumpulan dengan pembacaan sejarah Nabi Muhammad SAW yang dinamakan dengan “Maulid” dan pembacaan Do`a Qunut, Tahlil, Ratib, Ziarah Kubur, Pengadaan Haul para Aulia, Ini diantara amalan-amalan Ahli Sunah Wal Jama`ah.
Maka jika dijelaskan sangat panjang, silahkan anda membaca kitab/buku-buku yang dikarang oleh mereka dari karangan-karangan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasulullah SAW, kita akan mengetahui kebenaran ilmu mereka maka kita harus prihatin di zaman ini banyak sekali golongan-golongan yang akan menyesatkan umat manusia karena kebodohan dan kurangnya pengertian jalan yang mereka ikuti sehingga mereka terjerumus kedalam jalan golongan-golongan yang sesat, maka berhati-hatilah membawa diri kita dan keluarga kita agar kita tidak terjerumus kedalam golongan yang tidak ada jaminan dari Rasulullah SAW.
SEJARAH SINGKAT DARWINISME
Sebelum menelaah berbagai penderitaan dan bencana yang ditimpakan Darwinisme kepada dunia, marilah kita mempelajari sejarah Darwinisme secara sekilas. Banyak orang percaya bahwa teori evolusi yang pertama kali dicetuskan oleh Charles Darwin adalah teori yang didasarkan atas bukti, pengkajian dan percobaan ilmiah yang dapat dipercaya. Namun, pencetus awal teori evolusi ternyata bukanlah Darwin, dan, oleh karenanya, asal mula teori ini bukanlah didasarkan atas bukti ilmiah.
Pada suatu masa di Mesopotamia, saat agama penyembah berhala diyakini masyarakat luas, terdapat banyak takhayul dan mitos tentang asal-usul kehidupan dan alam semesta. Salah satunya adalah kepercayaan tentang "evolusi". Menurut legenda Enuma-Elish yang berasal dari zaman Sumeria, suatu ketika pernah terjadi banjir besar di suatu tempat, dan dari banjir ini tiba-tiba muncul tuhan-tuhan yang disebut Lahmu dan Lahamu. Menurut takhayyul yang ada waktu itu, para tuhan ini pertama-tama menciptakan diri mereka sendiri. Setelah itu mereka melingkupi keseluruhan alam semesta dan kemudian membentuk seluruh materi lain dan makhluk hidup. Dengan kata lain, menurut mitos bangsa Sumeria, kehidupan terbentuk secara tiba-tiba dari benda tak hidup, yakni dari kekacauan dalam air, yang kemudian berevolusi dan berkembang.
Kita dapat memahami betapa kepercayaan ini berkaitan erat dengan pernyataan teori evolusi: "makhluk hidup berkembang dan berevolusi dari benda tak hidup." Dari sini kita dapat memahami bahwa gagasan evolusi bukanlah diawali oleh Darwin, tetapi berasal dari bangsa Sumeria penyembah berhala.
Gambar yang memperlihatkan dewa air bangsa Sumeria. Sebagaimana masyarakat Sumeria, para Darwinis juga meyakini bahwa kehidupan muncul secara kebetulan dari air. Dengan kata lain, mereka menganggap air sebagai tuhan yang menciptakan kehidupan.
Di kemudian hari, mitos evolusi tumbuh subur di peradaban penyembah berhala lainnya, yakni Yunani Kuno. Filsuf materialis Yunani kuno menganggap materi sebagai keberadaan satu-satunya. Mereka menggunakan mitos evolusi, yang merupakan warisan bangsa Sumeria, untuk menjelaskan bagaimana makhluk hidup muncul menjadi ada. Demikianlah, filsafat materialis dan mitos evolusi muncul dan berjalan beriringan di Yunani Kuno. Dari sini, mitos tersebut terbawa hingga ke peradaban Romawi.
Kedua pemikiran tersebut, yang masing-masing berasal dari kebudayaan penyembahan berhala ini, muncul lagi di dunia modern pada abad ke-18. Sejumlah pemikir Eropa yang mempelajari karya-karya bangsa Yunani kuno mulai tertarik dengan materialisme. Para pemikir ini memiliki kesamaan: mereka adalah para penentang agama.
Demikianlah, dan yang pertama kali mengulas teori evolusi secara lebih rinci adalah biologiwan Prancis, Jean Baptiste Lamarck. Dalam teorinya, yang di kemudian hari diketahui keliru, Lamarck mengemukakan bahwa semua mahluk hidup berevolusi dari satu ke yang lain melalui perubahan-perubahan kecil selama hidupnya. Orang yang mengulang pernyataan Lamark dengan cara yang sedikit berbeda adalah Charles Darwin.
Darwin mengemukakan teori tersebut dalam bukunya The Origin of Species, yang terbit di Inggris pada tahun 1859. Dalam buku ini, mitos evolusi, yang diwariskan oleh peradaban Sumeria kuno, dipaparkan lebih rinci. Dia berpendapat bahwa semua spesies makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang, yang muncul di air secara kebetulan, dan mereka tumbuh berbeda satu dari yang lain melalui perubahan-perubahan kecil yang terjadi secara kebetulan.
Pernyataan Darwin tidak banyak diterima oleh para tokoh ilmu pengetahuan di masanya. Para ahli fosil, khususnya, menyadari pernyataan Darwin sebagai hasil khayalan belaka. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, teori Darwin mulai mendapatkan banyak dukungan dari berbagai kalangan. Hal ini disebabkan Darwin dan teorinya telah memberikan landasan berpijak ilmiah - yang dahulunya belum diketemukan- bagi kekuatan yang berkuasa pada abad ke-19.
Sebagaimana masyarakat penyembah berhala, para pengikut Darwin percaya bahwa kehidupan muncul secara kebetulan di dalam air akibat pengaruh alam. Menurut pernyataan yang tidak masuk akal ini, atom-atom yang tidak memiliki kecerdasan yang terdapat dalam "sup purba", sebagaimana tampak pada gambar, bertemu untuk kemudian saling bergabung dan membentuk makhluk hidup.
Alasan Ideologis Penerimaan Darwinisme
Ketika Darwin menerbitkan buku The Origin of Species dan memunculkan teori evolusinya, ilmu pengetahuan kala itu masih sangat terbelakang. Misalnya, sel, yang kini diketahui memiliki sistem teramat rumit, hanya tampak seperti bintik noda melalui mikroskop sederhana waktu itu. Karenanya, Darwin merasa tidak ada yang salah ketika menyatakan bahwa kehidupan muncul secara kebetulan dari materi tak hidup.
Dibandingkan yang ada sekarang, mikroskop abad ke-19 sangatlah kuno dan, karena-nya, sebagaimana terlihat pada gambar, hanya dapat menampakkan sel sebagai bintik-bintik noda.
Demikian pula, catatan fosil yang tidak lengkap waktu itu memberi celah bagi penyataan bahwa mahluk hidup telah terbentuk dari satu spesies ke spesies yang lain melalui perubahan sedikit demi sedikit. Sebaliknya, kini telah jelas bahwa catatan fosil, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak memberikan secuil bukti apapun yang mendukung pernyataan Darwin bahwa suatu makhluk hidup muncul dari perkembangan makhluk hidup lain yang telah ada sebelumnya. Hingga baru-baru ini, para evolusionis terbiasa mengelak dari kebuntuan yang menghadang mereka tersebut dengan berdalih, "Ini akan ditemukan suatu saat di masa mendatang." Tetapi, mereka sekarang tidak lagi mendapatkan tempat bersembunyi di balik penjelasan ini (Untuk lebih lengkapnya, silahkan membaca Bab "Kekeliruan Teori Evolusi")
Apapun yang terjadi, keyakinan para Darwinis terhadap teori evolusi tidak berubah sedikitpun. Para pendukung Darwin telah datang dan hadir hingga zaman kita dan, layaknya harta warisan, mereka melimpahkan kesetiaan kepada Darwin ke generasi selanjutnya secara turun-temurun selama 150 tahun terakhir.
Jika demikian, apakah yang menjadikan Darwinisme diminati sejumlah kalangan dan disebarlu-askan melalui propaganda besar-besaran, padahal fakta tentang ketidakabsahan ilmiahnya kini telah nampak jelas?
Yang paling menonjol dari teori Darwin adalah pengingkarannya terhadap keberadaan Pencipta. Menurut teori evolusi, kehidupan membentuk dirinya sendiri tanpa sengaja dari bahan-bahan pembentuknya yang telah ada di alam. Pernyataan Darwin ini memberikan pembenaran ilmiah palsu bagi semua filsafat kaum anti Tuhan, dimulai dari filsafat kaum materialis. Sebab, hingga abad ke-19, sebagian besar para ilmuwan melihat ilmu pengetahuan sebagai sarana mempelajari dan menemukan ciptaan Allah. Karena keyakinan ini tersebar luas, filsafat atheis dan materialis tidak menemukan lahan subur untuk tumbuh berkembang. Namun, pengingkarannya terhadap keberadaan Pencipta dan dukungan 'ilmiah' yang diberikannya kepada keyakinan atheis dan materialis menjadikan teori Evolusi sebagai kesempatan emas bagi mereka. Karena alasan ini, kedua filsafat tersebut berpihak kepada Darwinisme dan menyelaraskan teori ini dengan ideologi mereka sendiri.
Selain penyangkalan Darwinisme terhadap keberadaan Tuhan, terdapat pernyataan lainnya mendukung berbagai ideologi materialistis abad ke-19: "Perkembangan makhluk hidup dipengaruhi oleh perjuangan untuk mempertahankan hidup di alam. Perseteruan ini dimenangkan oleh yang terkuat. Yang lemah akan kalah dan punah."
Kaitan erat Darwinisme dengan ideologi-ideologi yang telah menimpakan penderitaan dan bencana terhadap dunia diungkap dengan jelas dalam bagian ini.
Darwinisme Sosial : Penerapan Hukum Rimba Dalam
Kehidupan Manusia
Charles Darwin
Salah satu pernyataan terpenting teori evolusi adalah "perjuangan untuk mempertahankan hidup" sebagai pendorong utama terjadinya perkembangan makhluk hidup di alam. Menurut Darwin, di alam terjadi perkelahian tanpa mengenal belas kasih demi mempertahankan hidup, ini adalah sebuah pertikaian abadi. Yang kuat selalu mengalahkan yang lemah, dan ini mendorong terjadinya perkembangan. Judul tambahan buku The Origin of Species merangkum pandangan ini. "The Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life" ("Asal-Usul Spesies melalui Seleksi Alam atau Pelestarian Ras-Ras Pilihan dalam Perjuangan untuk Mempertahankan Hidup.")
Yang mengilhami Darwin tentang hal ini adalah buku karya ekonom Inggris, Thomas Malthus: An Essay on The Principle of Population. Buku ini memperkirakan masa depan yang cukup suram bagi umat manusia. Menurut perhitungan Malthus, jika dibiarkan, populasi manusia akan meningkat dengan sangat cepat. Jumlahnya akan berlipat dua setiap 25 tahun. Namun, persediaan makanan tidak akan bertambah pada laju yang sama. Dalam keadaan ini, manusia menghadapi bahaya kelaparan yang tiada henti. Yang mampu menekan jumlah populasi ini adalah bencana, seperti perang, kelaparan, dan penyakit. Singkatnya, agar sebagian orang tetap bertahan hidup, maka sebagian yang lain perlu mati. Kelangsungan hidup berarti "perang tanpa henti".
Menurut Darwin buku Malthuslah yang mejadikannya berpikir tentang perjuangan demi mempertahankan hidup:
Dalam bulan Oktober 1838, yakni 15 bulan setelah saya memulai pengkajian sistematis saya, saya kebetulan membaca buku Malthus tentang kependudukan sekedar untuk hiburan, dan setelah sebelumnya memahami bahwa perjuangan untuk mempertahankan hidup yang terjadi di mana-mana, berdasarkan pengamatan berulang-ulang terhadap kebiasaan pada binatang dan tumbuhan, saya seketika tersadarkan bahwa keadaan ini mendorong variasi menguntungkan untuk cenderung lestari dan yang tidak menguntungkan akan musnah. Hasilnya adalah pembentukan spesies baru. Di sinilah saya pada akhirnya menemukan sebuah teori yang dapat saya pakai.2
Pada abad ke-19, gagasan Malthus telah diterima oleh masyarakat luas. Sejumlah kalangan intelektual Eropa kelas atas secara khusus mendukung gagasan Malthus ini. Perhatian besar yang diberikan Eropa abad ke-19 kepada pemikiran Malthus tentang populasi tercantum dalam artikel The Scientific Background of the Nazi "Race Purification" Programme (Latar Belakang Ilmiah Program "Pemurnian Ras" oleh Nazi ) :
Pada paruh pertama abad ke-19, di seluruh Eropa, para anggota kalangan yang berkuasa berkumpul membicarakan "masalah kependudukan" yang baru ditemukan, dan untuk merumuskan cara menerapkan anjuran Malthus untuk meningkatkan laju kematian orang-orang miskin: "Sebagai ganti ajakan hidup bersih kepada orang-orang miskin, kita harus menganjurkan kebiasaan hidup yang sebaliknya. Di kota-kota kita, kita hendaknya menjadikan jalanan semakin sempit, menjejali lebih banyak orang yang tinggal dalam rumah, dan mendorong munculnya kembali wabah penyakit. Di negeri ini kita harus membangun desa-desa di dekat tempat genangan air, dan secara khusus menganjurkan pemukiman di semua tempat basah rentan banjir dan tidak sehat," dan seterusnya, dan seterusnya.3
Thomas Malthus adalah tokoh yang mempengaruhi pemikiran Darwin. Ia mengemukakan bahwa peperangan dan kekurangan pangan menekan pesatnya pertumbuhan penduduk dunia.
Akibat kebijakan biadab ini, yang kuat akan mengalahkan yang lemah dalam perseteruan untuk mempertahankan hidup, dan dengan demikian laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan dapat ditekan. Di Inggris pada abad ke-19, program "penjejalan orang-orang miskin" ini telah benar-benar diterapkan. Sebuah sistem industri didirikan sebagai tempat di mana anak-anak berusia delapan atau sembilan tahun bekerja selama 16 jam sehari di pertambangan batubara, di mana ribuan dari mereka meninggal akibat keadaan yang buruk tersebut. Gagasan tentang "perjuangan untuk mempertahankan hidup" yang dianggap penting dalam teori Malthus, telah mengakibatkan jutaan orang miskin di Inggris menjalani hidup penuh penderitaan.
Darwin, yang terpengaruh pemikiran Malthus, menerapkan cara pandang ini ke seluruh alam kehidupan, dan mengatakan bahwa peperangan ini, yang benar-benar ada, akan dimenangkan oleh yang terkuat dan yang paling layak hidup. Pernyataan Darwin tersebut berlaku pada semua tanaman, binatang, danmanusia. Ia juga menekankan bahwa perseteruan untuk mempertahankan hidup ini adalah hukum alam yang senantiasa ada dan tak pernah berubah. Dengan menolak adanya penciptaan, ia mengajak orang-orang menanggalkan keyakinan agama mereka dan dengan demikian berarti pula seruan untuk meninggalkan segala prinsip etika yang dapat menjadi penghalang bagi kebiadaban dalam "perjuangan untuk mempertahankan hidup."
Karena alasan inilah teori Darwin mendapatkan dukungan dari kalangan yang berkuasa, bahkan sejak teori tersebut baru saja didengar, awalnya di Inggris dan selanjutnya di negeri Barat secara keseluruhan. Kaum imperialis, kapitalis, dan materialis lainnya yang menyambut hangat teori ini, yang memberikan pembenaran ilmiah bagi sistem politik dan sosial yang mereka dirikan, tidak kehilangan waktu untuk segera menerimanya. Dalam waktu singkat, teori evolusi telah dijadikan satu-satunya patokan utama dalam berbagai bidang yang menjadi kepentingan masyarakat, dari sosiologi hingga sejarah, dari psikologi hingga politik. Di setiap pokok bahasan, gagasan yang mendasari adalah semboyan "perjuangan untuk bertahan hidup" dan "kelangsungan hidup bagi yang terkuat"; dan partai politik, bangsa, pemerintahan, perusahaan dagang, dan perorangan mulai menjalani kegiatan atau kehidupannya dengan berpedomankan semboyan ini. Karena ideologi-ideologi yang berpengaruh di masyarakat telah menyelaraskan diri dengan Darwinisme, propaganda Darwinisme mulai dilakukan di segala bidang, dari pendidikan hingga seni, dari politik hingga sejarah. Terdapat upaya untuk menghubung-hubungkan setiap bidang yang ada dengan Darwinisme, dan untuk memberikan penjelasan pada tiap bidang tersebut dari sudut pandang Darwinisme. Akibatnya, meskipun orang-orang tidak memahami Darwinisme, berbagai pola masyarakat yang menjalani kehidupan sebagaimana perkiraan Darwinisme mulai terbentuk.
Darwin sendiri menganjurkan agar pandangannya yang didasarkan pada evolusi diterapkan pada pemahaman tentang etika dan ilmu-ilmu sosial. Darwin mengatakan berikut ini kepada H.Thiel dalam sebuah surat pada tahun 1869:
Anda akan segera meyakini betapa tertariknya saya ketika mendapati bahwa dalam masalah-masalah moral dan sosial anda menerapkan pandangan-pandangan yang serupa dengan yang telah saya gunakan dalam masalah perubahan spesies. Awalnya tidak terpikirkan dalam diri saya bahwa pandangan-pandangan saya dapat diperlebar ke bidang-bidang yang demikian luas, berbeda, dan paling penting.4
Dengan diterimanya pula gagasan "pertikaian di alam" dalam kehidupan manusia, peperangan dengan mengatas-namakan rasisme, Fasisme, Komunisme, dan imperialisme, dan tindakan golongan kuat untuk menindas orang-orang yang mereka anggap lebih lemah, kini terbungkus dengan topeng ilmiah. Sejak saat itu, mustahil menyalahkan atau menghalangi mereka yang melakukan pembantaian biadab, yang memperlakukan manusia layaknya binatang, yang mendorong pertikaian di antara sesama, yang merendahkan orang lain karena ras mereka, yang mematikan usaha kecil dengan dalih kompetisi, dan yang enggan membantu orang miskin. Sebab mereka melakukan ini semua sesuai dengan hukum alam yang "ilmiah".
Penjelasan ilmiah baru ini dikenal dengan nama "Darwinisme Sosial".
Salah seorang ilmuwan evolusionis terkemuka zaman kita, paleontolog Amerika, Stephen Jay Gould menerima kebenaran ini dengan menuliskan bahwa, menyusul penerbitan buku The Origin of Species pada tahun 1859, "alasan yang kemudian dipakai untuk membenarkan perbudakan, penjajahan, pembedaan ras, pertikaian antar kelas masyarakat, dan peran jenis kelamin dikemukakan dengan dukungan utama dari ilmu pengetahuan."5
PENINDASAN DI SELURUH DUNIA
Munculnya Darwinisme menjadikan kebohongan bahwa "pertikaian dan peperangan merupakan fitrah dalam diri manusia" diterima secara ilmiah. Akibatnya sungguh mengenaskan: di banyak tempat di dunia, peperangan, pembunuhan, dan kebiadaban dibungkus dengan menggunakan kedok 'ilmiah'. Demikianlah abad ke-20 menjadi abad yang penuh penderitaan dan kebiadaban.
Ada satu hal sangat penting untuk diketahui disini. Di setiap kurun sejarah manusia, terjadi peperangan, kekejaman, kebiadaban, rasime, dan pertikaian. Tetapi, di setiap masa selalu ada agama wahyu yang mengajarkan manusia bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah, dan mengajak mereka kepada perdamaian, keadilan, dan ketentraman. Oleh karena manusia mengetahui ajaran agama wahyu ini, mereka setidaknya memahami kekeliruan mereka ketika terjerumus kepada tindak kekerasan.
Tapi sejak abad ke-19, Darwinisme menyatakan bahwa perseteruan dan ketidakadilan demi memperebutkan keuntungan, memiliki unsur pembenaran ilmiah bagi mereka, dan mereka juga mengatakan bahwa semua ini merupakan bagian dari sifat fitrah manusia, bahwa dalam dirinya manusia memiliki kecenderungan bertindak biadab dan agresif yang merupakan peninggalan dari oleh nenek moyangnya, dan seperti halnya dengan binatang yang terkuat dan paling agresif akan bertahan hidup, hukum yang sama ini berlaku pada manusia. Di bawah pengaruh pemikiran ini, peperangan, penderitaan, dan pembantaian mulai terjadi di banyak tempat di seluruh dunia. Darwinisme mendukung dan mendorong semua pergerakan yang mendatang-kan penderitaan, pertumpahan darah, dan penindasan kepada dunia. Paham ini memperlihatkan berbagai tindakan tersebut sebagai hal yang masuk akal dan dapat dibenarkan, dan medukung semua penerapannya. Karena adanya dukungan ilmiah ini, ideologi berbahaya lainnya bermunculan dan tumbuh semakin kuat, dan hasil yang didapat adalah "abad penderitaan" pada abad ke-20.
Dalam bukunya "Darwin, Marx, Wagner" profesor sejarah Jacques Barzun menyelidiki penyebab ilmiah, sosiologis, dan budaya dari kehancuran moral dahsyat yang menimpa dunia modern. Pernyataan dari buku Bazrun ini sungguh menarik jika dilihat dari sudut pandang pengaruh Darwinisme terhadap dunia:
... di setiap negeri Eropa antara tahun 1870 dan 1941 terdapat golongan pro-peperangan yang menuntut persenjataan, golongan individualis yang menuntut kompetisi tanpa belas kasih, golongan imperialis yang menuntut penjajahan atas masyarakat terbelakang, golongan sosialis yang menuntut kekuasaan, dan kelompok rasialis yang menuntut pembersihan internal dari orang-orang asing - kesemuanya ini, ketika dalih keserakahan dan ketenaran telah gagal, atau bahkan sebelumnya, menyebut nama Spencer dan Darwin, yang boleh dikatakan sebagai penjelmaan ilmu pengetahuan... Ras adalah sesuatu yang biologis, yang berkaitan dengan masalah sosiologi, dan juga berhubungan dengan Darwin.6
PENDERITAAN DAN KESENGSARAAN
Menurut Darwinisme Sosial, kaum lemah, miskin, berpenyakit, dan terbelakang sepatutnya dimusnahkan dan disingkirkan tanpa belas kasih. Para penganut paham ini meyakininya sebagai keharusan demi keberlangsungan evolusi umat manusia. Salah satu sebab mengapa di abad ke-20 tidak ada yang sudi mendengar jerit tangis jutaan manusia yang meminta pertolongan, dari Bosnia hingga Ethiopia, adalah ideologi yang dipaksakan secara luas ke masyarakat ini.
Di abad ke-19, ketika Darwin mengajukan pernyataannya bahwa mahluk hidup tidak diciptakan, melainkan telah muncul secara kebetulan, dan bahwa manusia mempunyai nenek moyang yang sama dengan binatang, dan telah muncul sebagai makhluk hidup yang paling berkembang dan maju sebagai hasil peristiwa kebetulan, mungkin kebanyakan orang tidak dapat membayangkan apa akibat dari pernyataan ini. Tetapi di abad ke-20, dampak dari pernyataan ini tampak nyata dalam wujud berbagai pengalaman yang sungguh mengerikan. Mereka yang melihat manusia sebagai binatang yang telah berkembang, tidak ragu untuk bangkit dengan menginjak-injak yang lemah, mencari jalan untuk memusnahkan yang sakit dan lemah, dan melakukan pembantaian untuk menghapuskan ras yang mereka anggap berbeda dan lebih rendah. Semuanya terjadi karena teori mereka yang berkedok ilmu pengetahuan ini mengatakan kepada mereka bahwa ini adalah "hukum alam."
Jacques Barzun, profesor sajarah yang menulis buku "Darwin, Marx, Wagner,"
Bencana yang ditimpakan Darwinisme kepada dunia bermula dengan cara yang demikian ini, dan dengan cepat tersebar ke seluruh dunia. Sebaliknya, pada abad ke-19, hingga saat materialisme dan atheisme tumbuh semakin kuat dengan dukungan yang mereka dapatkan dari Darwinisme, kebanyakan masyarakat percaya bahwa Tuhan menciptakan semua mahluk hidup dan bahwa manusia, tidak seperti mahluk hidup lainnya, memiliki ruh yang diciptakan Tuhan. Berasal dari ras atau suku bangsa manapun, setiap manusia adalah seorang hamba yang diciptakan oleh Tuhan. Namun, redupnya keimanan terhadap agama yang diakibatkan, dan diperparah, oleh Darwinisme, memunculkan kelompok-kelompok masyarakat dengan cara pandang kompetitif dan tanpa mengenal belas kasih, tidak mengindahkan pentingnya moral, memandang manusia sebagai binatang yang telah berkembang maju.
Orang-orang yang mengingkari kewajiban mereka kepada Tuhan memunculkan pola hidup di mana segala sikap yang mementingkan diri sendiri dapat dibenarkan. Dari pola hidup ini lahirlah banyak paham, dan masing-masing paham ini, dalam penerapannya pada kehidupan dunia yang sesungguhnya, menjadi malapetaka bagi manusia.
Di halaman-halaman berikutnya, kita akan mempelajari beragam ideologi yang mendapatkan pembenaran dari Darwinisme tersebut, hubungan erat antara ideologi-ideologi ini dengan Darwinisme, dan penderitaan yang harus ditanggung dunia akibat persekutuan ini.
RASISME DAN KOLONIALISME DARWIN
Profesor Adam Sedgwick
Teman dekat Darwin, Profesor Adam Sedgwick, termasuk salah seorang yang melihat bahaya yang akan dimunculkan teori evolusi di masa mendatang. Setelah membaca dan menyelami isi The Origin of Species, ia mengatakan: "Jika buku ini diterima masyarakat luas, maka buku ini akan memunculkan kebiadaban terhadap ras manusia yang belum pernah tersaksikan sebelumnya."7 Dan ternyata waktu menunjukkan bahwa kekhawatiran Sedgwick terbukti benar. Abad ke-20 telah tercatat dalam sejarah sebagai zaman kegelapan di mana manusia melakukan pembunuhan masal terhadap sesamanya hanya karena ras atau suku bangsa mereka.
Dalam sejarah manusia, diskriminasi dan pembantaian dengan alasan yang sama tersebut memang telah terjadi sejak sebelum Darwin. Namun Darwinisme telah memberikan alasan ilmiah dan pembenaran palsu atas tindakan tersebut.
"Pelestarian Ras-Ras Pilihan..."
Kebanyakan para pendukung Darwinisme di zaman kita menyatakan bahwa Darwin tidak pernah berpandangan rasis, akan tetapi para rasislah yang mengemukakan pemikiran Darwin secara salah untuk disesuaikan dengan pandangan mereka sendiri. Mereka menegaskan bahwa kalimat "By the Preservation of Favoured Races" (Dengan Pelestarian Ras-Ras Pilihan) yang merupakan judul tambahan dari The Origin of Species hanya berlaku pada binatang. Tetapi, mereka telah mengabaikan perkataan Darwin tentang ras-ras manusia dalam bukunya.
Menurut pandangan yang dikemukakan Darwin dalam buku ini, ras-ras manusia berada pada tahap evolusi yang berbeda, dan sejumlah ras telah berevolusi dan mengalami perkembangan yang lebih cepat dibanding ras-ras lain. Sebaliknya, beberapa dari mereka hampir setingkat dengan kera.
Darwin menyatakan bahwa "perjuangan untuk mempertahankan hidup" juga terjadi antar ras-ras manusia. "Ras-ras pilihan" muncul sebagai pemenang dalam pertarungan ini. Menurut Darwin, ras-ras terpilih adalah bangsa kulit putih Eropa. Sementara ras Asia dan Afrika telah tertinggal dalam perjuangan untuk mempertahankan hidup. Darwin bahkan melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa ras-ras ini tak lama lagi akan kalah dalam pertarungan untuk mempertahankan hidup di seluruh dunia, dan kemudian musnah. Menurutnya:
Di masa mendatang, tidak sampai berabad-abad lagi, ras-ras menusia beradab hampir dipastikan akan memusnahkan dan menggantikan ras-ras biadab di seluruh dunia. Pada saat yang sama, kera-kera mirip manusia …tidak diragukan lagi akan dimusnahkan, selanjutnya jarak antara manusia dengan padanan terdekatnya akan lebih lebar, karena jarak ini akan memisahkan manusia dalam keadaan yang lebih beradab, sebagaimana yang kita harapkan, dari Kaukasian sekalipun, dengan jenis-jenis kera serendah babon, tidak seperti sekarang yang hanya memisahkan negro atau penduduk asli Australia dengan gorila. 8
Di bagian lain dari buku The Origin of Species, Darwin kembali menyatakan keharusan ras-ras rendah untuk musnah dan tidak perlunya orang-orang lebih maju untuk melindungi dan menjaga mereka agar tetap hidup. Ia membandingkan hal ini dengan orang-orang yang membiakkan binatang ternak:
Orang-orang biadab yang memiliki kelemahan pada tubuh dan akal dengan segera akan terhapuskan; dan mereka yang bertahan hidup biasanya memperlihatkan kondisi kesehatan yang prima. Sebaliknya, kita manusia-manusia beradab justru berusaha keras untuk menghentikan proses penghapusan ini; kita bangun rumah-rumah perawatan bagi orang-orang berpenyakit jiwa, cacat dan sakit; kita terapkan undang-undang bagi kaum miskin; dan para pekerja medis kita berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa setiap manusia hingga detik yang terakhir. Ada alasan yang memang dapat dipercaya bahwa vaksinasi telah menyelamatkan ribuan orang, yang jika kondisi kesehatannya lemah akan terserang penyakit cacar. Dengan demikian, orang-orang lemah dari masyarakat beradab mampu terus melangsungkan keturunan mereka. Tak seorang pun yang pernah mengetahui cara pembiakan hewan-hewan piaraan akan ragu bahwa tindakan ini pasti sangat merugikan bagi ras manusia. 9
Sebagaimana telah kita ketahui, dalam bukunya The Origin of Species Darwin menganggap masyarakat pribumi Australia dan Negro berada pada tingkatan yang sama dengan gorila, dan menyatakan bahwa ras-ras ini akan lenyap. Sedangkan terhadap ras-ras lain yang dianggapnya ras "rendah", ia berpendapat perlunya mencegah mereka beranak-pinak demi menghantarkan ras-ras ini pada kepunahan. Demikianlah, jejak rasisme dan diskriminasi yang masih kita jumpai di masa kini mendapatkan restu dan pembenaran dari Darwin.
Sedangkan tugas bagi "orang yang beradab" , menurut pandangan rasis Darwin, adalah untuk sedikit mempercepat masa evolusi, sebagaimana akan kita bahas lebih rinci pada bagian selanjutnya. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada keberatan dari sudut pandang "ilmiah" terhadap tindakan pemusnahan ras-ras rendah ini sekarang juga; sebab bagaimanapun juga mereka pada akhirnya akan segera lenyap.
Pandangan rasis Darwin berdampak nyata di banyak tulisan dan hasil pengamatannya. Sebagai contoh, ia secara terbuka memperlihatkan pandangan rasisnya ketika menggambarkan keadaan masyarakat pribumi Teirra del Furo yang disaksikannya selama pelayaran jauh yang ia ikuti sejak tahun 1871. Ia menggambar-kan pribumi tersebut sebagai makhluk hidup yang "sepenuhnya telanjang, seluruh tubuhnya dipenuhi zat warna, memakan apa saja yang mereka temukan layaknya binatang liar, sulit diatur, kejam terhadap siapapun yang bukan sukunya, merasa senang ketika menyiksa musuh, mempersembahkan kurban berdarah, membunuh anak-anak mereka sendiri, memperlakukan istri dengan kasar, meyakini banyak takhayul yang aneh." Sebaliknya, seorang peneliti, W.P. Snow, yang sepuluh tahun sebelumnya telah mengunjungi wilayah yang sama, mengemukakan pemandangan yang sangat berbeda. Menurut Snow, penduduk Tiera Del Fuego adalah "orang-orang yang terlihat sehat dan kuat; sangat mencintai anak-anak mereka; sejumlah barang mereka dibuat dengan sangat ahli; mereka mengenal semacam hak kepemilikan terhadap sesuatu; dan mereka memberikan wewenang dan kuasa kepada beberapa perempuan yang dituakan." 10
Pandangan rasis Darwin terungkap dalam perjalanan yang diikutinya. Misalnya, Darwin menganggap istilah "binatang liar" cocok digunakan untuk menyebut para penduduk asli. Padahal, kebudayaan dan keterampilan warga pribumi ini telah diakui dan dipaparkan oleh para peneliti lain.
Seperti telah dipahami dari contoh-contoh ini, Darwin adalah seorang rasis tulen. Nyatanya, dalam perkataan penulis buku What Darwin Really Said, Benjamin Farrington, Darwin mengemukakan banyak pernyataan tentang "perbedaan-perbedaan lebih besar antar manusia dari ras-ras yang berbeda" dalam bukunya The Descent of Man.11
Selain itu, teori Darwin yang mengingkari keberadaan Tuhan telah menyebabkan orang tidak lagi memandang manusia sebagai ciptaan Tuhan yang telah diciptakan dengan kedudukan yang sama. Dan inilah salah satu penyebab di balik kemunculan rasisme dan pesatnya penerimaan paham ini di seluruh dunia. Ilmuwan Amerika, James Ferguson, menyatakan kaitan erat antara penolakan adanya penciptaan dan kemunculan rasisme sebagaimana berikut:
Antropologi baru dengan segera menjadi latar belakang teoritis antara dua aliran pemikiran yang saling bertentangan tentang asal mula manusia. Yang lebih dahulu dan lebih mapan adalah paham 'monogenisme,' yakni kepercayaan bahwa semua manusia, tanpa membedakan warna kulit dan ciri lainnya, adalah keturunan langsung dari Adam dan melalui penciptaan oleh Tuhan. Monogeisme diajarkan oleh kalangan gereja dan diterima luas hingga abad ke-18, di saat penentangan terhadap kekuasaan kaum agamawan mulai memperkokoh teori tandingan, yakni 'poligenisme' (teori evolusi), yang meyakini bahwa masyarakat ras yang berbeda-beda memiliki asal-usul yang berbeda.12
Antropolog India, Lalita Vidyarthi, menjelaskan bagaimana teori evolusi Darwin menjadikan rasisme dapat diterima oleh ilmu-ilmu sosial:
Teorinya (Darwin) tentang kelangsungan hidup bagi yang terkuat disambut hangat oleh para ilmuwan sosial masa itu, dan mereka percaya bahwa manusia meraih tangga evolusi yang berbeda yang berpuncak pada peradaban bangsa kulit putih. Hingga paruh kedua abad ke-19, rasisme diterima sebagai fakta oleh sebagian besar ilmuwan Barat.13
Stephen Jay Gould dan bukunya yang mengungkap pandangan rasis Darwin.
Setelah masa Darwin, para pendukung Darwinisme mengerahkan segenap daya upaya mereka untuk membuktikan pandangan-pandangan rasisnya. Untuk tujuan ini, mereka tiada ragu membuat berbagai kesalahan dan pemalsuan ilmiah. Mereka beranggapan bahwa ketika mereka telah dapat membuktikan semua ini, maka mereka akan berhasil membuktikan secara ilmiah keunggulan mereka sendiri dan "hak" untuk menindas, menjajah, dan bahkan kalau perlu memusnahkan ras-ras lain.
Pada bab ketiga dari bukunya, The Mismeasure of Man, Stephen Jay Gould mengungkapkan bahwa sejumlah antropolog memalsukan data mereka untuk membuktikan "keunggulan" ras kulit putih. Menurut Gould, metode yang seringkali mereka gunakan adalah dengan memalsukan ukuran otak dari tengkorak-tengkorak fosil yang mereka temukan. Gould menyebutkan dalam bukunya bahwa, dengan menganggap adanya kaitan antara ukuran otak dengan tingkat kecerdasan, banyak antropolog dengan sengaja melebih-lebihkan ukuran tengkorak orang Kaukasia dan merendahkan ukuran tengkorak orang berkulit Hitam dan Indian.14
Dalam bukunya, Ever Since Darwin, Gould menjelaskan sejumlah pernyataan yang sulit dipercaya dari kaum Darwinis yang ingin menunjukkan bahwa sejumlah ras tergolong rendah:
Haeckel dan teman-temannya juga mengemukakan teori rekapitulasi sebagai dalih untuk membenarkan keungggulan ras bangsa kulit putih Eropa bagian utara. Mereka mencari-cari bukti anatomi dan perilaku manusia, dengan memanfaatkan segala sesuatu yang mereka temukan dari otak hingga pusar. Herbert Spencer menulis bahwa "sifat-sifat kecerdasan pada ras manusia tidak beradab... adalah sifat-sifat yang muncul kembali pada anak-anak ras beradab." Carl Vogt mengatakan hal tersebut secara lebih tegas pada tahun 1864: "Negro dewasa, jika dilihat dari kemampuan berpikirnya, memiliki sifat anak-anak... Sejumlah suku telah mendirikan negara dengan tatanan yang khas, akan tetapi selebihnya boleh kita tegaskan bahwa di masa lalu maupun sekarang, keseluruhan ras ini tidak mempersembahkan sesuatu apapun yang mengarah pada kemajuan bagi umat manusia atau yang layak untuk tetap dilestarikan." 15
Ahli anatomi kedokteran Prancis, Etienne Serres, menyatakan secara jelas bahwa pria berkulit hitam termasuk primitif karena pusar mereka terletak lebih rendah.
Evolusionis yang sezaman dengan Darwin, Havelock Ellis, mendukung pembedaan antara ras unggul dan ras rendah dengan suatu penjelasan yang diyakininya sebagai "ilmiah" sebagai berikut:
Anak dari banyak ras Afrika memiliki tingkat kecerdasan yang jarang - itu pun kalau ada - di bawah anak Eropa, namun ketika tumbuh dewasa ia menjadi bodoh dan tumpul, dan seluruh kehidupan sosialnya terperangkap pada pola kebiasaan picik yang tidak berkembang, sebaliknya orang Eropa masih memiliki sebagian besar keaktifan dan kecerdasan yang menyerupai masa kecilnya. 16
Antropolog Darwinis asal Prancis, Vacher de Lapouge, mengatakan dalam karyanya yang berjudul Race et Milin Social Essais d'Anthroposociologie (Paris 1909) bahwa kelas-kelas selain kulit putih adalah keturunan dari orang-orang biadab yang belum pernah belajar untuk beradab, atau mungkin juga mereka mewakili golongan berperangai buruk dari kelas-kelas berdarah campuran. Ia memperoleh data dengan mengukur tengkorak yang ada di kuburan orang-orang kelas atas dan kelas bawah di Paris. Menurut hasil yang ia peroleh, berdasarkan tengkorak mereka, sejumlah orang cenderung kaya, percaya diri, dan merdeka; sedangkan sekelompok yang lain cenderung konservatif, puas dengan sedikit, dan memiliki semua sifat seorang pelayan yang baik. Kelas adalah hasil dari seleksi sosial; golongan kelas atas dalam suatu masyarakat adalah mereka yang memiliki ras unggul. Tingkat kekayaan berbanding dengan indeks tengkoraknya. Lapouge kemudian meramalkan, "Saya berpandangan bahwa di tahun-tahun mendatang, manusia akan saling membunuh dikarenakan bentuk kepala mereka yang bulat atau lonjong," katanya 17. Dan ramalan ini pun menjadi kenyataan, sebagaimana yang akan kita lihat dengan lebih rinci pada halaman-halaman berikutnya dalam buku ini, dan abad ke-20 telah menjadi saksi atas pembunuhan masal yang dilakukan dengan dalih rasisme...!
Pada saat itu ternyata tidak hanya ilmuwan antropologi, ilmuwan entomologi (ilmu tentang serangga) juga tak mau ketinggalan untuk turut serta berpandangan rasis, yang telah diawali oleh Darwinisme, dengan sejumlah pernyataan yang sulit dipercaya. Contohnya, pada tahun 1861, setelah mengumpulkan kutu yang hidup pada tubuh manusia dari berbagai tempat di dunia, seorang ilmuwan entomologi Inggris sampai pada kesimpulan bahwa kutu yang hidup pada tubuh manusia dari ras tertentu tidak dapat hidup pada tubuh manusia dari ras lain. Jika dilihat dari ilmu pengetahuan masa kini, pendapat ini benar-benar menggelikan.18 Ketika orang berkedudukan sebagai ilmuwan membuat pernyataan semacam ini, maka tidaklah mengherankan jika para rasis dogmatis menggunakan ungkapan-ungkapan yang tidak masuk akal, tidak cerdas, dan sama sekali tidak bermakna seperti "kutu orang Negro adalah Negro."
Singkatnya, pandangan rasisme dari teori Darwin mendapatkan sambutan baik di paruh kedua abad ke-19 dikarenakan saat itu orang "kulit putih" Eropa sedang menunggu-nunggu teori yang dapat membenarkan perbuatan jahatnya.
Kolonialisme Inggris dan Darwinisme
Negara yang paling banyak diuntungkan oleh pandangan rasis Darwin adalah tanah air Darwin sendiri, Inggris. Di tahun-tahun ketika Darwin mengemukakan teorinya, Inggris Raya tengah mendirikan imperium kolonialis nomor satu di dunia. Seluruh sumber kekayaan alam dari India hingga Amerika Latin dikeruk oleh Imperium Inggris. Orang "kulit putih" ini sedang menjarah dunia untuk kepentingannya sendiri.
Dipelopori oleh Inggris, tentunya tidak ada negara kolonialis yang mau dianggap sebagai "penjarah", dan tercatat dalam sejarah dengan julukan semacam ini. Karenanya, mereka mencari alasan untuk menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Salah satu alasan yang mungkin adalah dengan menampilkan rakyat terjajah sebagai "masyarakat primitif" atau "makhluk mirip binatang". Dengan cara seperti ini, mereka yang dibantai dan diperlakukan dengan tidak manusiawi dapat dipandang bukan sebagai manusia, melainkan makhluk separuh manusia separuh binatang. Dengan demikian, perlakuan buruk terhadap mereka tidak dapat dikatakan sebagai bentuk kejahatan.
Sesungguhnya, alasan yang dicari-cari seperti ini bukanlah barang baru. Tersebarnya kolonialisme di dunia telah bermula sejak abad ke-15 dan ke-16. Pernyataan bahwa sejumlah ras memiliki sebagian sifat binatang pertama kali dikemukakan oleh Christopher Columbus dalam penjelajahannya ke benua Amerika. Menurut pernyataan ini, penduduk asli Amerika bukanlah manusia, akan tetapi sejenis binatang yang telah berkembang. Oleh karenanya, mereka dapat dijadikan pelayan bagi para penjajah Spanyol.
Meskipun Columbus digambarkan dalam sejumlah film tentang penemuan benua Amerika sebagai orang yang memiliki rasa persahabatan dan kemanusiaan terhadap penduduk asli, kenyataan membuktikan bahwa Columbus tidak menganggap para penduduk asli tersebut sebagai manusia.19
Christopher Columbus adalah yang pertama kali melakukan pembantaian besar-besaran. Columbus mendirikan daerah jajahan Spanyol di wilayah-wilayah yang ia temukan, dan memperbudak penduduk pribumi. Ia bertanggung jawab atas dimulainya perdagangan budak. Para "penjajah" Spanyol menyaksikan kebijakan penindasan dan pemerasan yang dijalankan Columbus, dan melanjutkan hal yang sama. Akibatnya, pembantaian yang dilakukan mencapai batas yang sulit dipercaya. Misalnya, penduduk sebuah pulau yang pada saat pertama kali dikunjungi Colum bus berjumlah 200.000, setelah 20 tahun berkurang menjadi 50.000, dan pada tahun 1540 hanya 1.000 orang yang masih tersisa. Saat seorang penjajah Spanyol terkenal, Cortes, menginjakkan kakinya untuk pertama kali di Meksiko di bulan Februari 1519, keseluruhan penduduk aslinya berjumlah 25 juta, namun di tahun 1605 jumlah ini berkurang menjadi 1 juta. Di Pulau Hispaniola, jumlah penduduk yang tadinya 7-8 juta pada tahun 1492, menjadi 4 juta jiwa pada tahun 1496, dan hanya tersisa 125 orang pada tahun 1570. Berdasarkan angka para sejarawan, dalam waktu kurang dari seabad setelah Columbus pertama kali menginjakkan kakinya di benua tersebut, 95 juta manusia dibantai oleh para penjajah. Ketika Columbus menemukan Amerika, 30 juta penduduk asli mendiami benua tersebut. Akibat pembantaian yang terjadi di masa lalu dan masa kini, mereka telah menjadi ras punah dan kurang dari 2 juta orang saja yang masih tersisa.
PEMBANTAIAN PENDUDUK ASLI AMERIKA
Penemuan benua Amerika oleh Christopher Columbus menandai awal pembantaian biadab terhadap penduduk asli benua tersebut.
Yang menyebabkan pembantaian tersebut mencapai tingkat yang sungguh sangat biadab ini adalah anggapan bahwa para penduduk asli tersebut bukanlah manusia sejati, melainkan binatang.
Namun, pernyataan para penjajah ini tidak mendapat dukungan luas. Di Eropa pada saat itu, kebenaran bahwa semua manusia diciptakan sama oleh Tuhan dan bahwa mereka semua adalah keturunan dari satu nenek moyang yang sama - yakni Nabi Adam - diterima sedemikian luas oleh masyarakat sehingga Gereja Katolik secara khusus menyatakan penentangannya terhadap penyerangan dan penjarahan tersebut. Yang terkenal di antaranya adalah pernyataan uskup Chiapas, Bartolome da las Casas, yang menginjakkan kakinya di Dunia Baru bersama Columbus. Ia mengatakan bahwa setiap penduduk asli adalah "manusia sejati" sebagai jawaban terhadap pernyataan para penjajah bahwa mereka termasuk "sejenis binatang". Paus Paulus III mengutuk perlakuan biadab terhadap warga pribumi dalam Pernyataan Paus pada tahun 1537, dan menyatakan bahwa penduduk asli tersebut termasuk manusia sejati yang mampu menjadi orang yang taat beragama.20
Namun keadaannya berubah di abad ke-19. Seiring dengan tersebarnya filsafat kaum materialis dan semakin jauhnya masyarakat dari agama, kenyataan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan mulai diingkari. Sebagaimana telah disinggung pada halaman-halaman sebelumnya, hal ini terjadi bersamaan dengan kemunculan rasisme.
Ratu Victoria dan Cortes, tokoh utama asal Spanyol yang bertanggung jawab dalam pembantaian di benua Amerika.
Dengan kebangkitan filsafat Darwinis-materialis pada abad ke-19, rasisme tumbuh semakin kuat, dan ini memberikan dukungan besar bagi sistem imperialisme Eropa.
James Joll, yang menghabiskan waktunya bertahun-tahun sebagai profesor sejarah di sejumlah universitas seperti Oxford, Standford dan Harvard, dalam bukunya yang menjadi rujukan Europe Since 1870 yang kini masih digunakan sebagai buku pegangan di universitas, menguraikan hubungan ideologis antara Darwinisme, imperialisme dan rasisme:
Kumpulan pemikiran paling berpengaruh yang mengilhami gagasan imperialisme adalah yang secara garis besar dapat digolongkan sebagai 'Darwinisme sosial', dan yang melihat hubungan antar negara sebagai pertarungan abadi untuk memperta-hankan hidup di mana sejumlah ras dianggap 'lebih unggul' dari yang lain dalam proses evolusi di mana yang kuat senantiasa menonjolkan diri mereka sendiri.
Charles Darwin, seorang naturalis Inggris yang bukunya The Origin of Species, terbit pada tahun 1859, dan The Descent of Man, yang menyusul pada tahun 1871, telah memunculkan perdebatan yang mempengaruhi berbagai cabang pemikiran di Eropa... Gagasan Darwin, dan sejumlah tokoh semasanya seperti filsuf Inggris Herbert Spencer,... dengan cepat diterapkan pada bidang-bidang yang sangat jauh berbeda dari hal-hal ilmiah yang lebih berhubungan... Unsur Darwinisme yang terlihat paling mungkin diterapkan untuk pengembangan masyarakat adalah kepercayaan bahwa jumlah penduduk yang melebihi sarana pendukungnya mengharuskan adanya perjuangan untuk mempertahankan hidup secara terus-menerus di mana yang terkuat atau yang paling layaklah yang menang. Dari sini, para pemikir sosial mendapatkan kemudahan untuk memberi pengertian moral pada istilah "paling layak", sehingga jenis atau ras yang akan bertahan hidup adalah mereka yang secara moral memang berhak untuk tetap hidup.
Oleh karenanya, doktrin tentang seleksi alam dapat dengan mudah diselaraskan dengan rangkaian pemikiran lain yang dibangun oleh penulis Prancis, Count Joseph-Arthur Gobineau, yang menerbitkan karya berjudul An Essay on the Inequality of Human Races pada tahun 1853. Gobineau menegaskan bahwa unsur terpenting bagi kemajuan adalah ras; dan ras-ras yang akan tetap unggul adalah mereka yang berhasil mempertahankan kemurnian rasnya secara utuh. Di antara ras-ras ini, menurut Gobineau, adalah ras Arya yang paling mampu bertahan hidup... Adalah.. Houston Chamberlain yang berperan dalam mengembangkan sebagian gagasan ini selangkah lebih jauh... Hitler sendiri mengagumi sang pengarang (Chamberlain) hingga mengunjunginya pada saat kematiannya di tahun 192721
Sebagaimana telah diuraikan, terdapat kaitan ideologis yang menghubungkan Darwin dengan para pemikir rasis dan imperialis, dan bahkan dengan Hitler. Darwinisme adalah landasan ideologis imperialisme, yang menenggelamkan dunia ke dalam kubangan darah pada abad ke-19, dan juga Nazisme, yang melakukan hal yang sama di abad ke-20.
Inggris Raya zaman Victoria juga mendapatkan apa yang disebut dengan "pijakan ilmiah"-nya dari Darwinisme. Inggris Raya mengeruk keuntungan besar dari penjajahan, dan, tanpa merasa bersalah, menimpakan penderitaan terhadap orang-orang yang dijajahnya demi keuntungannya sendiri. Satu contoh politik kotor yang dilakukan imperialisme Inggris adalah "Perang Opium" terhadap Cina. Inggris Raya menyelundupkan opium yang ditanamnya di India ke Cina sejak perempatan pertama abad ke-19. Penyelundupan opium ini dipercepat sejalan dengan waktu untuk membayar kerugian perdagangan luar negerinya. Masuknya obat bius ini ke negara tersebut juga mengakibatkan lemahnya kendali Cina atas wilayah kekuasaanya sendiri. Kehancuran masyarakat dalam waktu singkat mencapai tingkat yang parah. Pelarangan opium, yang diberlakukan pemerintah Cina setelah ketidakpastian yang lama, memicu Perang Opium (1838-1842). Tidak diragukan lagi, perang ini menjadikan negara bangkrut. Cina dipaksa menyerah akibat ketidakcakapan tentaranya setiap kali berhadapan dengan pasukan asing dan diharuskannya mengabulkan permintaan mereka yang terus bertambah. Orang-orang Barat perlahan membentuk pusat-pusat pemukiman di dalam wilayah kekuasaan Cina sejak tahun 1842. Mereka merampas wilayah-wilayah pelabuhan utama dari tangan Cina, menyewakan lahan-lahan mereka, dan mengharuskan negara tersebut membuka diri terhadap dunia luar dengan cara yang paling mendatangkan keuntungan bagi mereka sendiri. Akibat dari ini semua, kemiskinan yang melanda negeri, lemahnya pemerintahan, dan hilangnya secara perlahan-lahan wilayah kekuasaan Cina memicu banyak pemberontakan.
PEMALSUAN MANUSIA PILTDOWN
Salah satu bukti menarik betapa teori evolusi memberikan inspirasi bagi imperialisme Inggris adalah skandal manusia Piltdown.
Pada tahun 1912, sebuah tengkorak aneh ditemukan di daerah Piltdown, Inggris. Charles Dawson, ilmuwan yang menemu-kannya, beserta timnya mengumumkan bahwa tengkorak tersebut berasal dari makhluk separuh kera separuh manusia. Arthur Keith, ahli anatomi evolusionis terkemuka memeriksa fosil tersebut dan membenarkan temuannya.
Namun, Dawson dan Keith menegaskan satu hal penting. Otak fosil tersebut berukuran sama dengan otak manusia modern. Akan tetapi tulang rahangnya memiliki ciri mirip kera.
Tiba-tiba otak manusia Piltdown menjadi kebanggaan masyarakat Inggris. Karena ditemukan di Inggris, tengkorak ini pastilah nenek moyang bangsa Inggris. Menurut masyarakat Inggris, volume otak yang lebih besar menandakan bahwa mereka telah berevolusi lebih dahulu sebelum ras-ras lain, dan, oleh karenanya, mereka lebih unggul.
Inilah alasan mengapa penemuan manusia
Piltdown membangkit-kan kegembiraaan luar biasa di Inggris. Koran-koran menampilkannya sebagai judul utama, dan kerumunan masyarakat bersuka cita merayakan penemuan tersebut. Pemerintah Inggris bahkan memberi gelar kesatria kepada Arthur Keith untuk penemuannya.
Ahli paleontologi evolusionis terkenal, Don Johanson, menjelaskan kaitan antara manusia Piltdown dan imperialisme Inggris:
Penemuan Piltdown sangat Eurosentris. Tidak hanya otaknya yang memiliki "keunggulan", tapi bangsa Inggris juga memiliki keunggulan.*
Inspirasi yang didapatkan Inggris dari penemuan manusia Piltdown berlangsung hanya hingga tahun 1953, ketika Kenneth Oakley, ilmuwan yang memeriksa ulang fosil tersebut dengan lebih teliti, mengungkapnya sebagai pemalsuan terbesar abad ke-20. Fosil tersebut dibuat dengan merekatkan rahang orang utan pada tengkorak manusia.
*Don Johnson, In Search of Human Origins, 1994 WHGB Educational Foundation
Apa yang dialami Cina hanyalah salah satu akibat politik yang dijalankan Inggris. Di sepanjang abad ke-19, penindasan dan beragam penderitaan akibat penjajahan Inggris dialami oleh wilayah-wilayah seperti Afrika Selatan, India dan Australia.
Membenarkan penindasan oleh Inggris ini adalah tugas para sosiolog dan ilmuwan Inggris. Dan Charles Darwin adalah tokoh terpenting dan yang paling berperan dari kelompok tersebut. Darwinlah yang menyatakan bahwa selama evolusi berlangsung terdapat "ras-ras unggul", yakni "ras kulit putih", dan menunjukkan bahwa penindasan oleh bangsa kulit putih terhadap ras-ras lain hanyalah sebuah "hukum alam."
Karena pembenaran Darwin terhadap rasisme penjajah, ilmuwan terkenal keturunan Cina, Kenneth J.Hsü, ketua jurusan Geografi, Swiss Federal Institute of Technology, melukiskan Darwin sebagai "seorang ilmuwan terhormat zaman Victoria, dan tokoh terkemuka masyarakat yang telah mengirim kapal meriam untuk memaksa pengiriman opium ke Cina, semuanya atas nama kompetisi (dalam perdagangan bebas) dan kemampuan bertahan hidup bagi yang terkuat." 22
Kebencian Darwin terhadap Bangsa Turki
Sasaran paling utama bagi penjajahan Inggris di akhir abad ke-19 adalah Kekhalifahan Utsmaniyyah.
Di masa itu, imperium Utsmaniyyah memerintah wilayah sangat luas yang terbentang dari Yaman hingga Bosnia-Herzegovina. Namun hingga saat itu, wilayah yang sebelumnya damai, tentram dan stabil tersebut menjadi sulit untuk diatur. Penduduk Kristen yang berjumlah sedikit mulai melakukan pemberontakan dengan dalih ingin merdeka, dan kekuatan militer raksasa seperti Rusia mulai mengancam kedaulatan Kekhalifahan Utsmaniyyah.
Di seperempat terakhir abad ke-19, Inggris dan Prancis bersekutu dengan sejumlah kekuatan yang ingin menyerang Kekhalifahan Utsmaniyyah. Inggris secara khusus mengincar propinsi-propinsi di bagian selatan Kekhalifahan Utsmaniyyah. Perjanjian Berlin, yang ditandatangani pada tahun 1878, adalah wujud keinginan para penjajah Eropa untuk memecah belah wilayah Utsmaniyyah. Lima tahun kemudian, yakni pada tahun 1882, Inggris menduduki Mesir, yang masih merupakan wilayah Kekhalifahan Utsmaniyyah. Inggris mulai melancarkan siasatnya untuk mengambil alih wilayah kekuasaan Utsmaniyyah di Timur Tengah di kemudian hari.
Seperti biasanya, Inggris mendasarkan politik penjajahan ini pada paham rasisme. Pemerintah Inggris dengan sengaja berusaha menampilkan bangsa Turki, yang menjadi bagian utama penduduk Utsmaniyyah, dan negara Utsmaniyyah secara khusus, sebagai bangsa "terbelakang".
Perdana Menteri Inggris William Ewart Gladstone secara terbuka mengatakan bahwa orang-orang Turki mewakili bagian dari umat manusia yang bukan manusia, dan demi kepentingan peradaban mereka, mereka harus digiring kembali ke padang rumput Asia dan dihapuskan dari Anatolia.23
Perkataan ini, dan semisalnya, digunakan selama puluhan tahun oleh pemerintah Inggris sebagai alat propaganda melawan bangsa Utsmaniyyah. Inggris berupaya menampilkan Turki sebagai bangsa terbelakang yang harus tunduk kepada ras-ras Eropa yang lebih maju.
KEBENCIAN DARWIN TERHADAP BANGSA TURKI SEBAGAIMANA TERTULIS DALAM SURAT PRIBADINYA
Charles Darwin menggunakan teorinya guna memperkokoh rencana politik Inggris melawan Kekhalifahan Utsmaniyyah, dan berupaya menampilkan Turki sebagai bangsa yang berasal dari ras rendah. Di masa kini, musuh bangsa Turki masih saja menjadikan pernyataan Darwin yang tidak masuk akal ini sebagai dalih.
Yang menjadi "landasan ilmiah" bagi propaganda ini adalah Charles Darwin!
Sejumlah pernyataan Darwin tentang bangsa Turki muncul dalam buku berjudul The Life and Letters of Charles Darwin yang terbit pada tahun 1888. Darwin mengemukakan bahwa dengan menghapuskan "ras-ras terbelakang" seleksi alam akan mampu berperan dalam pembangunan peradaban, dan kemudian menuturkan perkataan yang sama persis sebagaimana berikut ini tentang bangsa Turki:
Saya dapat menunjukkan bahwa peperangan dalam rangka seleksi alam telah dan masih lebih memberikan manfaat bagi kemajuan peradaban daripada yang tampaknya cenderung anda akui. Ingatlah bahaya yang harus dialami bangsa-bangsa Eropa, tak sampai berabad-abad yang lalu, karena dikalahkan oleh orang-orang Turki, dan betapa bodohnya jika pandangan seperti ini sekarang masih ada! Ras-ras 'Kaukasia' yang lebih beradab telah mengalahkan bangsa Turki hingga tak berdaya dalam peperangan untuk mempertahankan hidup. Melihat dunia masa depan yang tidak begitu lama lagi, betapa tak terhitung jumlah ras-ras rendah yang akan dimusnahkan oleh ras-ras lebih tinggi dan berperadaban di seluruh dunia.24
PERANG GALLIPOLI
Pada pertempuran Gallipoli, pasukan Turki berperang dengan gagah berani melawan pasukan musuh yang dipimpin oleh Inggris, dan kehilangan 250.000 anggota pasukannya.
Pernyataan Darwin yang tidak masuk akal ini adalah alat propaganda tertulis untuk mendukung politik Inggris yang ingin menghancurkan Kekhalifahan Utsmaniyyah. Dan alat propaganda ini ternyata cukup ampuh. Perkataan Darwin yang pada intinya berarti "Bangsa Turki akan segera musnah, ini adalah hukum evolusi" memberi semacam 'pembenaran ilmiah' bagi propaganda Inggris dengan tujuan menciptakan kebencian terhadap orang-orang Turki.
Keinginan Inggris untuk mewujudkan ramalan Darwin pada intinya terpenuhi dalam Perang Dunia Pertama. Perang besar ini, yang dimula
Stern (No: 40/1992) memberitakan:
Lagu yang dinyanyikan pendukung sayap kanan radikal menjadi musik mars yang membangkitkan tindakan kekerasan yang ditujukan kepada orang-orang asing. Kaum muda, yang semakin hari jumlahnya semakin bertambah, khususnya di negara-negara bagian Jerman yang baru, menjadi tergugah semangatnya oleh ritme musik agresif ini.
ALIANSI MENGERIKAN ANTARA DARWINISME DAN FASISME
Aliansi Berdarah Antara Darwin dan Hitler
Nazisme lahir di tengah kekacauan di Jerman yang menderita kekalahan dalam perang dunia pertama. Pemimpin partai ini adalah Adolf Hitler, sosok pemarah dan agresif. Rasisme melandasi cara pandang Hitler terhadap dunia. Ia meyakini Arya, yang merupakan ras utama bangsa Jerman, sebagai ras paling unggul di atas semua ras lain, sehingga sudah sepatutnya memimpin mereka. Ia memimpikan bahwa ras Arya akan mendirikan imperium dunia yang akan bertahan selama 1000 tahun.
Landasan ilmiah yang digunakan Hitler bagi teori rasis ini adalah teori evolusi Darwin. Tokoh utama yang mempengaruhi pemikiran Hitler, yakni sejarawan rasis Jerman Herinrich Von Treitschke, sangat dipengaruhi teori evolusi Darwin dan mendasarkan pandangan rasisnya pada Darwinisme. Ia sering berkata, "Bangsa-bangsa hanya mampu berkembang melalui persaingan sengit sebagaimana gagasan Darwin tentang kelangsungan hidup bagi yang terkuat," dan memaklumkan bahwa ini berarti peperangan tanpa henti yang tak terhindarkan. Ia berpandangan bahwa, "Penaklukan dengan pedang adalah cara untuk membangun peradaban dari kebiadaban dan ilmu pengetahuan dari kebodohan." Ia berpendapat, "Ras-ras kuning tidak memahami ketrampilan seni dan kebebasan politik. Sudah menjadi takdir ras-ras hitam untuk melayani bangsa kulit putih dan menjadi sasaran kebencian orang kulit putih untuk selamanya..."43
Saat membangun teorinya, Hitler, sebagaimana Treitschke, mendapatkan ilham dari Darwin, terutama gagasan Darwin tentang perjuangan untuk bertahan hidup. Judul bukunya yang terkenal, yakni Mein Kampf (Perjuangan Saya), telah terilhami oleh gagasan tersebut. Seperti halnya Darwin, Hitler memberikan status kera pada ras selain Eropa, dan mengatakan, "Singkirkan bangsa Jerman Nordik dan tidak ada yang tersisa kecuali tarian para kera".44
Dalam rapat umum partai pada tahun 1933 di Nuremberg, Hitler mengatakan bahwa, "ras yang lebih tinggi menjajah ras yang lebih rendah…sebuah kebenaran yang kita saksikan di alam dan yang dapat dianggap sebagai satu-satunya kebenaran yang mungkin," karena didasarkan pada ilmu pengetahuan.45
Hitler dan bukunya Mein Kampf yang berisi ulasan tentang ideologinya.
Hitler, yang meyakini keunggulan ras Arya, mempercayai keunggulan tersebut sebagai pemberian alam. Dalam buku Mein Kampf ia menulis sebagai berikut:
Orang-orang Yahudi membentuk ras pesaing lebih rendah di bawah manusia, yang telah ditakdirkan oleh warisan biologis mereka sebagai yang terhina, sebagaimana ras Nordik telah dinobatkan sebagai yang terhormat… Sejarah akan berpuncak pada sebuah imperium milenium baru dengan kemegahan yang tiada tara, yang berlandaskan pada hirarki baru berdasarkan ras sebagaimana ketentuan alam itu sendiri.46
Hitler, yang menganggap manusia sebagai jenis binatang yang sangat maju, percaya bahwa untuk mengatur proses evolusi, diperlukan pengambil-alihan kendali proses tersebut ke tangannya sendiri dalam rangka membangun ras manusia Arya, daripada membiarkannya diatur oleh kekuatan alam dan peristiwa kebetulan. Dan inilah tujuan akhir pergerakan Nazi. Untuk mewujudkan tujuan ini, langkah awalnya adalah memisahkan, dan mengucilkan ras-ras lebih rendah dari ras Arya yang dianggap paling unggul.
Di sinilah Nazi mulai menerapkan Darwinisme dengan mengambil contoh dari "teori eugenika" yang bersumber pada Darwinisme.
Teori Eugenika Didasarkan pada Gagasan Darwin
Teori eugenika muncul di pertengahan awal abad ke-20. Eugenika berarti membuang orang-orang berpenyakit dan cacat, serta "memperbaiki" ras manusia dengan memperbanyak jumlah individu sehat. Sebagaimana hewan jenis unggul dapat dibiakkan dengan mengawinkan induk-induk hewan yang sehat, maka berdasarkan teori ini ras manusia pun dapat diperbaiki melalui cara yang sama.
Francis Galton (kiri) dan Leonard Darwin (kanan).
Seperti telah diduga, yang memunculkan program eugenika adalah para Darwinis. Para pemuka pergerakan eugenika di Inggris adalah sepupu Charles Darwin, Francis Galton, dan anaknya Leonard Darwin.
Telah jelas bahwa gagasan eugenika merupakan akibat alamiah Darwinisme. Bahkan, kebenaran tentang eugenika ini mendapatkan tempat istimewa dalam berbagai penerbitan yang mendukung eugenika, "Eugenika adalah pengaturan mandiri evolusi manusia", bunyi salah satu tulisan tersebut.
Kenneth Ludmerer, ahli sejarah kedokteran di Washington University, mengemukakan bahwa gagasan eugenika seusia dengan gagasan Republik Plato, tapi ia juga menambahkan bahwa Darwinisme merupakan penyebab munculnya ketertarikan terhadap gagasan eugenika di abad ke-19:
Ernst Haeckel
…pemikiran eugenika modern muncul hanya pada abad ke-19. Adanya ketertarikan terhadap eugenika selama abad itu disebabkan oleh banyak hal. Di antara yang terpenting adalah teori evolusi, sebab gagasan Francis Galton tentang eugenika - dan dialah yang menciptakan istilah eugenika - adalah akibat logis langsung dari doktrin ilmiah yang dikemukakan sepupunya, Charles Darwin.47
Di Jerman, orang pertama yang terpengaruh dan kemudian menyebarkan teori eugenika adalah ahli biologi evolusionis terkenal Ernst Haeckel. Haeckel adalah teman dekat sekaligus pendukung Darwin. Untuk mendukung teori evolusi, ia mengemukakan teori "rekapitulasi", yang menyatakan bahwa embrio dari berbagai makhluk hidup menyerupai satu sama lain. Di kemudian hari diketahui ternyata Haeckel telah memalsukan data ketika memunculkan pendapatnya ini.
Selain membuat pemalsuan ilmiah, Haeckel juga menyebarkan propaganda eugenika. Ia menyarankan agar bayi cacat yang baru lahir segera dibunuh karena hal ini akan mempercepat evolusi pada masyarakat manusia. Ia bahkan melangkah lebih jauh dengan mengatakan para penderita lepra dan kanker serta yang berpenyakit mental harus dibunuh dengan tanpa ada masalah, sebab jika tidak, mereka akan membebani masyarakat dan memperlambat evolusi.
Peneliti Amerika George Stein berkesimpulan tentang dukungan buta Haeckel terhadap teori evolusi dalam artikelnya di majalah American Scientist sebagai berikut:
…[Haeckel] berpendapat bahwa Darwin benar…manusia, tanpa perlu dipertanyakan lagi, berevolusi dari dunia hewan. Demikianlah, dari sini langkah maut telah diambil saat Haeckel pertama kali mengemukakan Darwinisme ke seluruh penjuru Jerman, keberadaan manusia secara sosial dan politik dikendalikan oleh hukum-hukum evolusi, seleksi alam, dan biologi, sebagaimana dikemukakan secara jelas oleh Darwin. Untuk berpendapat sebaliknya adalah pandangan takhayyul yang ketinggalan zaman.48
Orang-orang tua dan berpenyakit dibunuh menurut kebijakan eugenika Hitler.
Haeckel meninggal pada tahun 1919. Tapi gagasannya diwarisi oleh kaum Nazi. Segera setelah Hitler meraih kekuasaan, program resmi eugenika mulai diterapkan. Hitler menyatakan kebijakan baru tersebut dalam kalimat berikut ini:
Dalam negara yang populer, pendidikan akal dan jasmani akan memainkan peranan penting, tetapi seleksi manusia pun sama pentingnya…Negara bertanggung jawab memutuskan ketidaklayakan bereproduksi kepada siapapun yang jelas-jelas sakit atau berkelainan secara genetis… dan harus menjalankan tanggung jawab ini tanpa merasa kasihan dengan tidak mempedulikan apakah orang tersebut mengerti atau tidak…. Penghentian kelahiran keturunan yang lemah jasmani atau cacat mental dalam waktu hanya 600 tahun akan berujung pada…perbaikan tingkat kesehatan manusia yang saat ini sulit diwujudkan. Jika tingkat kesuburan anggota paling sehat dari ras ini tercapai dan terencana, yang akan dihasilkan adalah suatu ras yang…telah kehilangan benih-benih cacat jasmani dan ruhani yang untuk saat sekarang masih kita bawa.49
Demi menjalankan kebijakan Hitler ini, penderita kelainan jiwa, orang cacat, orang buta sejak lahir, dan penderita penyakit genetis dalam masyarakat Jerman, dikurung dalam "pusat-pusat sterilisasi" khusus. Mereka dianggap parasit yang membahayakan kemurnian dan kelancaran perjalanan evolusi ras Jerman. Di kemudian hari, mereka yang dikucilkan dari masyarakat ini dibunuh melalui perintah rahasia Hitler.
Pemenang medali emas Olimpiade 1936 di Berlin, Jesse Owens, tidak diberi ucapan selamat oleh Hitler hanya karena kulitnya hitam.
Pembunuhan ini dikemukakan sebagai hal yang sama sekali beralasan dan mereka yang dianggap rendah secara genetis digambarkan sebagai manusia "tidak menguntungkan" yang menghalangi kemajuan bangsa. Sejumlah kelompok masyarakat, termasuk beragam ras dan suku bangsa tertentu, yang dianggap berkelas rendah lambat-laun mulai dijadikan sasaran. Selanjutnya, orang tua berpenyakit, pengidap penyakit kuning, penderita kelainan mental parah, tuli dan bisu, dan bahkan mereka yang berpenyakit parah dijadikan korban. Setelah atlit berkulit hitam Jesse Owens memenangkan empat medali emas di Olimpiade Berlin tahun 1936, Hitler, meskipun mengucapkan selamat kepada semua peserta lomba, menolak untuk mengucapkannya kepada Jesse Owens dan meninggalkan stadion. Sejumlah evolusionis bahkan mengemukakan pandangan bahwa secara evolusi wanita lebih rendah dari pria. Dr. Robert Wartenberg, yang kemudian menjadi profesor neurologi terkemuka di California, berusaha membuktikan hal tersebut dengan beralasan bahwa wanita tidak akan mampu bertahan hidup kecuali 'dilindungi oleh pria'. Ia menyimpulkan, oleh karena wanita yang lemah tersebut tidak tersisihkan dengan cepat akibat perlindungan ini, evolusi pun berjalan lambat, dan karenanya seleksi alam kurang berlaku pada wanita dibanding pada pria. Berdasarkan pemikiran ini, kaum wanita Jerman era Nazi secara terbuka dilarang memiliki jenis pekerjaan tertentu.50
Menyusul perkembangan Darwinisme dan gagasan eugenika di Jerman, "para ilmuwan ras" secara terbuka mendukung pembunuhan anggota atau bagian masyarakat yang tidak diinginkan dari penduduk Jerman. Salah satu ilmuwan ini, Adolf Jost, "mengeluarkan seruan dini bagi pembunuhan medis secara langsung dalam sebuah buku yang terbit pada tahun 1895, Das Recht auf den Tod (The Right to Death). Ia beralasan, "demi mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, negara wajib memikul tanggung jawab atas kematian individu-individunya." Adolf Jost adalah penasehat Adolf Hitler yang menampakkan diri di panggung politik selama hampir 30 tahun kemudian. "Negara wajib memastikan bahwa hanya individu sehat yang melahirkan anak," kata Hitler. "Negara harus menyatakan ketidaklayakan untuk memiliki keturunan bagi mereka yang terlihat berpenyakit atau yang menderita penyakit keturunan sehingga dapat mewariskan ke keturunannya."51
Menurut undang-undang yang dikeluarkan pada tahun 1933, 350.000 penderita cacat mental, 30.000 orang jipsi, dan ratusan anak berkulit hitam dimandulkan dengan cara pengebirian, penggunaan sinar X, penyuntikan, dan kejutan listrik pada alat kelamin. Seorang perwira Nazi berkata, "Sosialisme kebangsaan tidak lain hanyalah biologi terapan".52
Hitler mengumpulkan wanita-wanita berambut pirang dan bermata biru, dan menjaga agar mereka selalu bergaul dengan para perwira SS Nazi. Dengan cara ini ia bermimpi membangun ras paling unggul.
Selain upaya percepatan pembangunan ras Jerman dengan cara membunuh dan menerapkan berbagai kebijakan kejam terhadap masyarakat tak berdosa, Hitler juga menerapkan hal lain yang diperlukan bagi eugenika. Pria dan wanita berambut pirang dan bermata biru, yang dianggap mewakili ras Jerman, dianjurkan untuk saling berhubungan dan melahirkan keturunan. Pada tahun 1935 ladang-ladang reproduksi khusus didirikan untuk tujuan tersebut. Ladang-ladang ini, di mana para wanita muda yang memenuhi persyaratan ras Jerman ditempatkan, seringkali dikunjungi oleh satuan pasukan SS Nazi. Bayi-bayi zina yang lahir di tempat tersebut dibesarkan agar kelak menjadi prajurit imperium Jerman yang diharapkan akan berusia 1.000 tahun.
Pemurnian Ras Arya oleh Nazi
PENYIMPANGAN RAS INDUK
Para perwira Nazi, yang telah dididik dengan pemikiran evolusi, berusaha mencari ras induk dengan mengukur tempurung kepala, hidung dan dahi.
Kaum Nazi kembali menggunaan pemikiran Darwinis untuk menyatakan tanpa bukti tentang keunggulan ras Arya. Darwin mengemukakan bahwa saat manusia sedang berevolusi, tengkorak mereka tumbuh membesar. Kaum Nazi sangat meyakini gagasan ini dan mulai melakukan pengukuran tengkorak untuk menunjukkan ras Jerman sebagai yang paling unggul. Di seluruh penjuru Jerman Nazi, pembandingan dilakukan demi membuktikan tengkorak Jerman lebih besar dibanding ras-ras lain. Gigi, mata, rambut, dan ciri tubuh lainnya diperiksa berdasarkan ketentuan evolusi. Mereka yang kedapatan tidak bersesuaian dengan ketentuan ras Jerman dibinasakan menurut kebijakan eugenika.
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan" (QS. Al-Baqarah, 2:205)
Segala kekejaman ini dilaksanakan dalam rangka menerapkan prinsip Darwinis dalam masyarakat manusia. Sejarawan Amerika Michael Gordin, pengarang buku The Nazi Doctors and The Nuremberg Code, mengungkap kenyataan tersebut sebagai berikut:
Saya pikir apa yang telah terjadi adalah adanya kesesuaian sempurna antara ideologi Nazi dan Darwinisme Sosial dan pemurnian ras saat terjadi perkembangan di peralihan abad ke-20.53
Perihal ini, George Stein menjelaskan:
Sebagaimana Hitler, Heinrich Himmler, pemimpin Gestapo, serta para perwira Nazi lainnya berpandangan Darwinis, sehingga menjadikan mereka berpola pikir rasis dan bengis.
Sosialisme kebangsaan, atau apapun namanya, pada intinya adalah usaha pertama kali yang dilakukan secara sadar untuk membangun masyarakat politik di atas landasan kebijakan biologis yang jelas: kebijakan biologis yang sejalan penuh dengan fakta ilmiah revolusi Darwin.54
Evolusionis terkenal Sir Arthur Keith berkata tentang Hitler sebagaimana berikut:
Pemimpin Jerman adalah seorang evolusionis; ia telah dengan sadar menjadikan Jerman sejalan dengan teori evolusi.55
Pengarang buku Darwin: Before and After, Robert Clarke menyimpulkan bahwa Adolf Hitler: " … terpikat oleh pelajaran tentang evolusi - mungkin sejak ia masih anak-anak. Hitler beralasan…bahwa ras lebih unggul akan selalu menaklukkan ras lebih rendah."56 Filsafat politik Jerman Nazi terbentuk di bawah pengaruh gagasan Hitler ini.
Pengarang buku Race and Reich, Joseph Tenenbaum mengemukakan filsafat politik Jerman dibangun di atas keyakinan bahwa yang diperlukan bagi perkembangan evolusi adalah:
…perjuangan, seleksi, dan keberlangsungan hidup bagi yang terkuat, semua gagasan dan pemikiran dirumuskan … oleh Darwin … tetapi telah mulai tumbuh subur dalam filsafat sosial Jerman abad ke-19. … Sehingga memunculkan doktrin tentang hak alamiah Jerman untuk memerintah dunia berdasarkan kekuatan yang lebih unggul …imperium Jerman di atas bangsa-bangsa yang lebih lemah, sebagaimana hubungan "palu dan landasan tempa".57
Di antara para pemimpin Nazi, Adolf Hitler bukanlah satu-satunya yang melancarkan "peperangan evolusi ideologis". Heinrich Himmler, pemimpin Gestapo, "menyatakan hukum alam harus dibiarkan menjalankan perannya pada kelangsungan hidup bagi yang terkuat". Bahkan, seluruh pemimpin Nazi menaruh keyakinan kuat pada evolusi dan rasisme Jerman, sebagaimana kebanyakan para ilmuwan dan pengusaha Jerman selama tahun-tahun suram tersebut.
Kebencian Hitler Terhadap Agama
Alasan lain mengapa Hitler sangat menekankan pentingnya teori evolusi adalah karena ia memahami teori ini sebagai senjata melawan kepercayaan agama. Hitler memiliki kebenciaan mendalam terhadap agama-agama wahyu. Nilai moral seperti cinta, belas kasih, dan kerendahan hati, yang diajarkan agama, merupakan halangan besar bagi kemunculan sosok manusia Arya yang beringas dan ahli perang yang ingin diciptakan oleh kaum Nazi. Oleh karenanya, setelah Nazi meraih kekuasaan pada tahun 1933 mereka berusaha mengembalikan masyarakat Jerman kepada keyakinan paganisme mereka di masa lalu. Swastika, lambang yang berasal dari kebudayaan pagan kuno, adalah tanda kembalinya kebudayaan ini. Upacara Nazi yang diadakan di setiap penjuru tempat di Jerman adalah penghidupan kembali upacara keagamaan paganisme kuno. Jadi, tidaklah mengherankan bila ternyata gagasan evolusi, yang merupakan warisan kebudayaan paganisme, sangat bersesuaian dengan ideologi Nazisme. Hitler pernah mengungkapkan sikapnya terhadap agama Kristen saat ia menyatakan secara terbuka bahwa agama adalah suatu:
… kebohongan terorganisir [yang] mesti dihancurkan. Negara harus tetap menjadi penguasa mutlak. Ketika masih muda, saya berpendapat tentang perlunya memulai [penghancuran agama] … dengan dinamit. Sejak itu saya menyadari pentingnya kehati-hatian dalam hal ini …Pada akhirnya… di kursi Kepausan di St. Peter, akan duduk seorang lelaki sangat tua dan lemah; dan sejumlah perempuan tua berwajah buruk yang mengelilinginya… Yang muda dan sehat adalah kami … Bangsa kita sebelumnya telah mampu hidup dengan baik tanpa agama ini. Saya mempunyai enam divisi pasukan SS yang sama sekali tidak mempedulikan ajaran agama.59
Swastika yang digunakan Hitler adalah lambang yang berasal dari kebudayaan pagan kuno.
Daniel Gasman mengungkap alasan tentang kebencian Hitler terhadap agama dalam bukunya The Scientific Origins of National Socialism:
Hitler menegaskan dan memberikan perhatian khusus kepada gagasan evolusi biologis sebagai senjata paling ampuh melawan agama tradisional dan ia berulang kali menyalahkan agama Kristen karena penentangannya terhadap pengajaran evolusi… Bagi Hitler, evolusi adalah simbul bagi ilmu pengetahuan modern dan peradaban.60
Sebenarnya, penyebab utama berbagai bencana dunia di abad ke-20 yang tak terhitung jumlahnya adalah perilaku manusia seperti Hitler dan kaum Nazi yang tidak beragama. Orang-orang yang mengingkari keberadaan Allah ini dan percaya bahwa manusia telah berevolusi menjadi binatang yang lebih maju dan berkembang, merasa dirinya tidak diawasi, dan tidak perlu bertanggung jawab kepada siapapun. Ketiadaan rasa takut kepada Allah dan hari kemudian menjadikan mereka melakukan kebiadaban dan kedzaliman tanpa batas; mereka membunuh jutaan orang tanpa belas kasih. Kesengsaraan dan penderitaan yang terjadi dalam masyarakat tak beragama dapat terlihat dengan jelas pada kasus Hitler. Dan tidak hanya Hitler: seperti yang akan kita lihat; Stalin, Mao, Pol Pot, Franco, Mussolini dan para tokoh lain yang telah menjadikan abad ke-20 bermandikan darah, adalah mereka yang sama sekali tidak mengenal agama. Sebuah pelajaran sudah sepatutnya diambil dari mimpi buruk ini, yang berpangkal dari pengingkaran terhadap agama.
Pertemuan akbar Nazi menyerupai upacara-upacara pagan kuno.
Sebaliknya, mereka yang takut kepada Allah dan hidup dalam naungan Alquran akan selalu membawa kedamaian, ketenangan, keamanan, kemakmuran, dan pencerahan bagi masyarakat. Manusia yang beriman kepada agama Allah tidak akan pernah mengusik kedamaian di belahan dunia manapun, sebaliknya mereka selalu menganjurkan kasih sayang, persahabatan, kesetiaan dan kerja sama.
Hitler bertanggung jawab atas terbunuhnya jutaan manusia, dan jutaan lagi yang terlantar tanpa pertolongan dan tempat bernaung. Ideologi biadabnya didasarkan pada gagasan Darwin tentang ras unggul dan ras rendah. Dan ia tidak ragu-ragu untuk membunuh mereka yang dianggap berasal dari ras-ras rendah.
Gambar-gambar ini memperlihatkan dengan sekilas penderitaan, ketakutan, kengerian, dan kesedihan yang ditimpakan Hitler dan mereka yang sepaham dengannya kepada umat manusia. Darwinisme, yang menjadi sumber utama mimpi buruk ini, masih terus menimbulkan penderitaan bagi manusia di seluruh penjuru dunia.
Bencana Dasyat yang Ditimbulkan oleh Si Darwinis-Fasis Mussolini
Sebagamana Hitler yang menentukan kebijakannya berdasarkan Darwinisme, rekan sezaman dan sekutunya Benito Mussolini juga berpijak pada pendapat dan konsep Darwinisme untuk membangun Italia di atas landasan imperialis dan Fasis.
Mussolini adalah Darwinis tulen, yang meyakini kekerasan sebagai kekuatan pendorong dalam sejarah, dan bahwa peperangan mendorong terjadinya revolusi. Menurutnya, "Keengganan Inggris untuk turut berperang hanya membuktikan kemunduran evolusi imperium Inggris."61
Di bagian kepala majalah The People Of Italy (Il Popolo d'Italia), yang didirikannya dengan bantuan dana dari pemerintah Prancis, ia mencantumkan frase, "Seseorang yang memiliki besi juga akan memiliki roti." Dengan kata lain ia mengatakan kepada masyarakat bahwa agar dapat mengisi perut mereka, mereka perlu kekuatan untuk berperang.
Mussolini menjadikan kapak sebagai lambang Fasisme dan Partai Fasis. Sebab kapak melambangkan peperangan, kekerasan, kematian, dan pembantaian.
Perilaku Mussolini, yang agresif dan cenderung pada kekerasan sebagaimana Fasis lainnya, diulas dalam buku karya Denis Mack Smith. Dalam bukunya, Smith menyatakan bahwa salah satu yang sangat diyakini Mussolini adalah agresi, dan naluri dasarnya adalah cenderung kepada kekerasan.62
Seperti halnya para Darwinis-Fasis lainnya, kebijakan Mussolini yang cenderung menyukai perang, agresif, dan menindas menyebabkan banyak manusia terbantai, terlunta-lunta tanpa tempat tinggal dan keluarga, serta negara yang hancur lebur. Kekerasan dan penindasan yang dilakukan, oleh para Blackshirts (pasukan Berbaju Hitam), tidak hanya di negerinya sendiri, tapi juga di negara lain. Pada tahun 1935 ia menduduki Etopia, dan hingga tahun 1941 telah memusnahkan 15.000 orang. Ia dengan segera mendukung dan membenarkan pendudukannya atas Etiopia berdasarkan pandangan rasialis Darwinisme. Menurut Mussolini, orang-orang Etopia berkedudukan lebih rendah karena berasal dari ras hitam, dan diperintah oleh ras lebih unggul seperti bangsa Italia sudah sepatutnya menjadi kehormatan bagi mereka.
Di sisi lain, ia melanjutkan penindasan terhadap kaum Muslimin sejak pendudukan Italia atas Libia pada tanggal 3 Oktober 1911, dan bahkan meningkatkan serangan yang ditujukan kepada umat Islam. Pendudukan tersebut berakhir dengan kematian Mussolini melalui kesepakatan yang dibuat pada tanggal 10 Februari 1947. Dalam rentang waktu ini, 1,5 juta kaum Muslimin meninggal dunia dan ratusan ribu lainnya terluka.
Pasukan pembunuh bentukan Mussolini, the Blackshirts.
Mussolini, yang terkenal dalam sejarah karena kekejaman dan penindasannya, menjelaskan Fasisme yang ia bela dan ia terapkan dalam sebuah pidato:
Fasisme bukan lagi berarti pembebasan akan tetapi kedzaliman, bukan lagi sebagai pelindung negara tapi pengaman kepentingan individu.63
Seperti yang telah kita pahami dari apa yang terjadi pada masa Hitler dan Mussolini, Fasisme - di mana yang kuat dan kejam adalah yang benar dan paling unggul, di mana satu-satunya cara mencapai keberhasilan dan kemajuan adalah melalui keberingasan, penyerangan, kekerasan, dan peperangan - adalah penerapan gagasan Darwin tentang "Yang kuat hidup, yang lemah mati" dan mengakibatkan penderitaan jutaan manusia.
Seorang anggota Parlemen yang berbicara menentang Mussolini diculik dan dibunuh di siang hari. Gambar di atas memperlihatkan pemindahan mayatnya dari hutan tempat di mana ia ditemukan dalam keadaan tak bernyawa.
Franco dan Penindasan Rakyat Spanyol
Satu lagi pemimpin berhaluan fasis yang menyebabkan abad ke-20 banjir darah adalah Franco. Ia membentuk gerakan "Falange" di Spanyol dengan dukungan para tokoh Darwinis Fasis, yakni Hitler dan Mussolini, dan menyebabkan terjadinya penderitaan dan penindasan bagi warga Spanyol. Franco menyeret rakyatnya kepada perang sipil, membangkitkan permusuhan atar saudara, bapak melawan anaknya.
Selama perang sipil Spanyol, rata-rata 250 orang terbunuh setiap harinya di Madrid, 150 di Barcelona, dan 80 di Seville. Sejumlah hukuman mati dilakukan dengan menancapkan paku ke kepala. Pembantaian tanpa belas kasihan terjadi hampir di seluruh pelosok negeri. Misalnya, di desa kecil di kawasan pengunungan sebelah Utara Madrid, 31 warganya ditahan karena tidak memberikan suaranya pada Franco, dan 13 di antaranya diangkut keluar dari desa menggunakan truk dan dibunuh di pinggir jalan. Para fasis memasuki sebuah kota berpenduduk 11.000 jiwa dekat Seville, dan membunuh lebih dari 300 orang. Akibat kekejaman yang terus berlangsung seperti ini, 800.000 orang terbunuh dalam perang sipil ini, 200.000 lebih dihukum mati atas perintah Franco, dan jutaan orang lainnya terluka atau cacat.
Franco Memberi Hitler Penduduk sebuah Desa secara Keseluruhan untuk melakukan uji senjata
Pendukung paling utama Franco dalam perang sipil tersebut adalah Hitler dan Mussolini. Franco tidak begitu saja menerima dukungan sekutunya tanpa imbalan apapun. Ia membuat salah satu persetujuan paling biadab dan paling kejam dalam sejarah dengan menghadiahkan kota-kota kecil seperti Guernica kepada Nazi untuk dijadikan sasaran pengujian senjata baru mereka:
Di pagi hari tanggal 5 Mei 1937, penduduk kota kecil Guernica terjaga dan kemudian menemui ajal akibat pesawat-pesawat pembom raksasa beserta berton-ton bomnya, begitulah keajaiban baru teknologi Nazi. Kota kecil tersebut telah dibiarkan oleh Franco untuk dijadikan tempat uji coba pesawat-pesawat Nazi.64
Peristiwa ini hanyalah salah satu akibat filsafat menyesatkan yang menganggap manusia sebagai binatang percobaan. Filsafat ini - yang menyebabkan ribuan orang mati hanya untuk dijadikan sarana uji coba kekuatan senjata dan yang menjadikan ribuan lainnya cacat, terluka dan tersiksa - masih hidup hingga sekarang dengan beragam penampakan yang berbeda. Hal ini akan terus berlanjut selama filsafat para Darwinis serta kedzaliman serupa, yang melihat manusia sebagai sejenis binatang dan perang sebagai jalan terbaik bagi kemajuan, senantiasa dipelihara agar tetap hidup.
Tidak ada belas kasih, bahkan terhadap anak-anak sekalipun, dalam perang sipil Spanyol, di mana Franco adalah tokoh yang paling bertanggung jawab. Orang-orang dipaksa keluar dari rumah-rumah mereka tanpa alasan apapun dan ditembak mati. Rakyat tak berdosa mati terbunuh, cacat dan kehilangan keluarga serta orang yang mereka cintai. Ini semua adalah wujud kebiadaban kaum fasis dalam kehidupan sehari-hari.
Peran Darwinisme dalam Mempersiapkan Perang Dunia
Pertama dan Kedua
Dalam bukunya Europe since 1870, Profesor sejarah terkenal asal Inggris James Joll menjelaskan salah satu penyebab pecahnya Perang Dunia Pertama adalah keyakinan para pemimpin Eropa saat itu terhadap pemikiran Darwinis:
Kita telah melihat bagaimana gagasan Darwin sangat berpengaruh pada ideologi penjajahan di akhir abad ke-19, tapi penting untuk disadari bagaimana doktrin tentang perjuangan untuk bertahan hidup dan kelangsungan hidup bagi yang terkuat menjadi diyakini secara harfiah oleh sebagian besar pemimpin Eropa di tahun-tahun menjelang Perang Dunia Pertama. Misalnya, kepala staf angkatan bersenjata Austro-Hungaria, Franz Baron Conrad von Hoetzendorff, menulis dalam catatanya seusai perang tersebut:
Agama yang menganjurkan kasih sayang, pengajaran akhlak, dan doktrin filosofis terkadang justru melemahkan perjuangan manusia untuk bertahan hidup hingga titik terendah, tapi semua ini takkan pernah berhasil menghilangkannya sebagai kekuatan pendorong di dunia … Sejalan dengan prinsip utama ini, bencana perang dunia terjadi sebagai akibat adanya kekuatan pendorong dalam kehidupan negara dan rakyat, seperti halilintar yang sesuai sifat alaminya harus melepaskan energinya sendiri.
Dilihat dari latar belakang ideologis semacam ini, tuntutan Conrad tentang perlunya perang pencegahan demi mempertahankan kerajaan Austro-Hungaria dapat dipahami.
Kita telah melihat pula bagaimana pandangan ini tidak hanya diyakini oleh para tokoh militer, dan Max Weber, misalnya, sanga terlibat dalam perjuangan untuk mempertahankan hidup dalam skala internasional. Ada lagi, Kurt Riezler, tangan kanan dan orang kepercayaan pribadi kanselir Jerman Theobald von Bethmann-Hollweg, pada tahun 1914 menulis: "Permusuhan yang abadi dan pasti pada dasarnya merupakan sifat bawaan yang telah ada dalam hubungan antar masyarakat; dan permusuhan yang kita saksikan di manapun... bukanlah akibat penyimpangan fitrah manusia akan tetapi itulah intisari (kehidupan) dunia dan sumber kehidupan itu sendiri.65
Friedrich von Bernhardi, seorang jenderal Perang Dunia Pertama dan penganut Darwinisme Sosial, tergolong pemimpin yang demikian pula. "Perang" menurutnya "adalah kebutuhan biologis"; ini "sama pentingnya dengan perjuangan oleh unsur-unsur alam lainnya"; perang "memberikan keputusan yang adil secara biologis", sebab keputusannya berpijak pada sifat paling mendasar dari segala sesuatu."66
Gambar halaman di sebelah kiri: pemandangan di London akibat pemboman pesawat tempur Jerman dalam Perang Dunia Kedua.
Seperti yang telah kita lihat, Perang Dunia Pertama terjadi karena para pemikir, jenderal, dan pemimpin Eropa menganggap berperang, menumpahkan darah, mengalami penderitaan, serta menimpakan penderitaan sebagai satu bentuk "kemajuan" dan hukum alam yang tak berubah. Inspirasi ideologis yang menyeret seluruh masyarakat masa itu kepada kehancuran melalui gagasan yang sama sekali palsu ini tidak lain adalah teori Darwin tentang "perjuangan untuk mempertahankan hidup" dan "ras-ras pilihan". Dua tahun setelah Bernardi mengucapkan perkataan tersebut, Perang Dunia Pertama, yang bertujuan mendorong perkembangan biologis, dimulai (!). Perang ini menyebabkan 8 juta orang mati, ratusan kota hancur, serta jutaan korban lain yang terluka, cacat, tuna wisma, dan kehilangan pekerjaan. Sumber utama peperangan yang dilancarkan Nazi, yang terjadi 21 tahun setelahnya dan menelan sekitar 50 korban jiwa, juga berasal dari Darwinisme.
Peperangan abad ke-20 menyebabkan kehancuran dasyat bagi umat manusia.
Hitler seringkali menghubungkan kebijakan perang dan pembantaian etnis yang dilakukannya dengan Darwinisme. Ia melihat perang tidak sekedar untuk melenyapkan ras-ras lemah, tapi juga untuk menyingkirkan anggota-anggota lemah dari ras induk. Jerman Nazi memuja perang sebagiannya karena alasan tersebut, sebab dalam benak mereka perang merupakan satu tahapan sangat penting bagi kemajuan ras.
Evolusionis A. E. Wiggam menjelaskan tentang "kepercayaan bahwa perang akan membuat manusia berkembang", sebagaimana yang menjadi dasar kebijakan Hitler, dalam buku yang terbit pada tahun 1922:
… pada satu masa manusia memiliki otak sedikit lebih besar dibanding sepupu antropoidnya, yaitu kera. Tapi, dengan menendang, menggigit, berkelahi…dan mengalahkan musuh-musuh yang kurang pintar darinya, dan dengan kenyataan bahwa mereka yang tidak memiliki cukup kemampuan dan kekuatan untuk melakukannya akan binasa, maka otak manusia menjadi besar dan berkembang lebih baik dalam hal kearifan dan kecerdasan, jikalau tidak dalam hal ukuran…67
Hitler mendapatkan dukungan dari para evolusionis seperti Wiggam dan menganggap perang sebagai keharusan bagi mereka yang ingin tetap hidup. Ia menyatakan ini secara terbuka dalam Mein Kampf:
Keseluruhan alam kehidupan adalah peperangan dasyat antara yang kuat dan yang lemah - dan kemenangan abadi ada pada pihak kuat atas pihak lemah. Bila tidak demikian, maka tiada sesuatupun kecuali kerusakan meliputi seluruh alam. Siapapun yang ingin hidup harus berjuang. Siapapun yang enggan berjuang di dunia ini, di mana perjuangan tanpa henti telah menjadi kaidah kehidupan, tidak berhak untuk tetap hidup. Untuk berpandangan di luar ini berarti "menghina" alam. Kesedihan, kesengsaraan, dan penyakit adalah balasan untuknya.68
Para Darwinis menyatakan bahwa yang kuat tetap bertahan setelah berjuang demi kelangsungan hidup, dan spesies yang dikembangkan melalui cara ini menjadi teradaptasikan ke masyarakat manusia. Dengan pandangan seperti ini, peperangan juga mulai dianggap sebagai keharusan demi kemajuan umat manusia. Misalnya, Hitler menganggap kehebatan Jerman bersumber pada pemusnahan warganya yang lemah melalui peperangan selama berabad-abad. Meskipun bangsa Jerman tidak asing dengan peperangan, pembenaran "ilmiah" baru merupakan dukungan terhadap kebijakan mereka yang suka perang.
Di lain tempat, Hitler juga menyatakan, "Peradaban manusia sebagaimana kita saksikan tidak akan ada kalau bukan karena perang yang terus-menerus."69
Para diktator dan penguasa Darwinis, yang meyakini perang sebagai jalan menuju kemajuan umat manusia, menghempaskan abad ke-20 ke kubangan darah. Mereka menebar kerusakan ke seluruh penjuru dunia.
Mengenai peperangan, Haeckel mengusulkan cara-cara biadab bangsa Sparta, salah satu negara kota yang membentuk Yunani kuno, harus dilaksanakan. Ia menulis, "dengan membunuh semuanya kecuali 'anak-anak sehat dan kuat' bangsa Spartan senantiasa dalam keadaan kuat dan prima."70
Perang dipandang sebagai "sesuatu yang sangat diperlukan untuk mengatur" populasi di seluruh Eropa, dan bukan hanya di Jerman. "Jika tidak dikarenakan peperangan", tulis tokoh Darwinis Sosial asal Jerman Friedrich Von Bernhardi, "kita mungkin akan mendapati ras rendah dan lemah mental menguasai mereka yang sehat dan bugar dengan kekayaan dan jumlah mereka. Pentingnya peperangan terletak pada kemampuannya mendorong terjadinya seleksi, karenanya peperangan menjadi keharusan biologis."71
Sebagaimana telah kita pahami sejauh ini, Hitler dan para penganut setia Nazi pendukungnya melihat perang sebagai sebuah keharusan berdasarkan inspirasi yang mereka peroleh dari Darwinisme. Dan dengan melaksanakan keharusan ini, mereka menimpakan berbagai penderitaan pada rakyaknya sendiri, dan pada masyarakat di negara lain. Dari sudut pandang ini, sungguh beralasan untuk mengatakan Charles Darwin sebagai salah seorang yang paling bertanggung jawab terhadap semua penderitaan yang terjadi dalam Perang Dunia Kedua.
Perang di Seluruh Dunia
PERANG VIETNAM
Pasca Perang Vietnam, di mana lebih dari sejuta orang terbunuh atau terluka di kedua belah pihak yang bertikai, telah meninggalkan banyak orang menderita. Banyak dari orang ini disuruh berperang ribuan mil jauhnya dari tempat tinggal mereka.
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.
(QS. Asy Syuura, 42:42)
Seorang bapak memperlihatkan kepada tentara Vietnam Selatan anaknya yang terbunuh saat tentara pemerintah memburu gerilyawan Viet Cong.
BOSNIA AND KOSOVO
Pengalaman pahit yang terjadi di Bosnia dan Kosovo hendaknya tidak dilupakan. Kurangnya kepedulian terhadap masyarakat tak berdosa yang dibunuh hanya karena mereka Muslim atau berasal dari suku atau ras yang berbeda sungguh memprihatinkan. Kegagalan mengulurkan bantuan, dan penindasan terhadap rakyat yang tak berdosa di jantung Eropa selama bertahun-tahun hanya mengungkapkan secara terbuka betapa moralitas dan rasa belas kasih telah sirna di kalangan masyarakat abad ke-20.
PERANG KOREA
Perang Korea, yang meletus antara tahun 1950 hingga 1953, membawa bencana bagi rakyat tak berdosa, orang tua dan anak-anak. Betapa manusia tumbuh menjadi sedemikian kejam hingga tega menghujani bom pada warga tak berdosa tanpa merasa kasihan.
JAKARTA
Selama kerusuhan Mei di Jakarta, kamar mayat dipenuhi oleh jenazah. Pada kerusuhan yang terjadi di negeri ini, sejumlah kota rusak berat dan mobil-mobil dibakar.
IRLANDIA UTARAda
Masyarakat hidup dalam ketakutan dan kemelaratan. Jalanan rusak akibat serangan teroris dalam perseteruan yang telah berlangsung puluhan tahun antara pasukan Inggris dan Tentara Republik Irlandia (IRA). Gambar paling atas memperlihatkan keadaan pada tahun 1972; sedangkan di samping pada tahun 1986.
LIBERIA
Kekerasan yang terjadi akibat pertikaian di dalam negeri.
Professor Dr. Jerry Bergman menggambarkan pengaruh Darwinisme sehingga memunculkan Perang Dunia Kedua:
Bukti yang ada sangatlah jelas bahwa gagasan Darwin berpengaruh besar pada pemikiran dan perilaku bangsa Jerman…Nyatanya, gagasan Darwin berpengaruh besar hingga menyebabkan Perang Dunia Kedua, hilangnya 40 juta jiwa, dan terbuangnya uang sekitar 6 milyar dolar. Merasa sangat yakin bahwa evolusi adalah benar, Hitler melihat dirinya sebagai juru selamat modern umat manusia… Dengan membiakkan ras unggul, dunia akan melihatnya sebagai tokoh yang mengangkat martabat kemanusiaan ke tingkat evolusi yang lebih tinggi.72
Sudah pasti bahwa peperangan yang tak terhitung jumlahnya telah terjadi di dunia ini sebelum Darwin mengemukakan teorinya. Tetapi akibat pengaruh teorinya, peperangan untuk pertama kalinya telah mendapatkan pembenaran dari ilmu pengetahuan. Max Nordau menggarisbawahi peran buruk Darwin dalam masalah perang dalam sebuah artikel berjudul The Philosophy and Morals of War, yang menimbulkan masalah di Amerika:
Tokoh utama di atas semua para pendukung perang adalah Darwin. Sejak teori evolusi disebarkan, mereka menutupi kebiadaban alamiah mereka dengan mengatasnamakan Darwin dan mengemukakan dorongan naluri yang bersumber dari hati mereka yang terdalam ini sebagai kesimpulan ilmiah.73
Bukanlah kebetulan jika abad ke-20 harus menyaksikan peperangan paling berdarah yang pernah diketahui di dunia, yang terjadi setelah abad ke-19, dan yang sangat dipengaruhi oleh gagasan para pendukung utama materialisme seperti Darwin, Marx, dan Freud. Darwinisme telah menyediakan landasan berpijak teoritis dan 'ilmiah' yang berujung pada peperangan, dan para penguasa bengis, yang menganggap perang sebagai suatu keharusan bagi perkembangan dan kemajuan umat manusia, telah membunuh secara keseluruhan 60 juta manusia di kedua perang dunia tersebut.
Neo-Nazi
Meskipun para pemimpin fasis seperti Hitler dan Mussolini, dan organisasi Nazi yang memiliki hubungan dengan mereka (seperti SA, SS, Gestapo) atau pasukan "blackshirts" Mussolini kini hanya tampak sebagai sesuatu di masa lalu, organisasi Neo-Nazi yang mengikuti gagasan mereka masih hidup hingga sekarang. Di tahun-tahun belakangan ini khususnya, pergerakan rasis dan fasis mengalami kebangkitan kembali di banyak negara Eropa. Berdiri di barisan terdepan dari pergerakan ini adalah kaum Neo-Nazi di Jerman.
Fasisme masih hidup hingga sekarang. Serangan dan kebrutalan kelompok Neo-Nazi, khususnya di Jerman, seringkali menjadi permasalahan serius. Para pengikut Neo-Nazi, yang memuji Darwin dalam situs internet mereka, memusuhi bangsa Turki.
Neo-Nazi beranggotakan para preman pengangguran, pencandu narkoba, dan berandalan, dan mereka memiliki semua ciri mentalitas fasis. Sebuah artikel berita tentang Neo-Nazi menunjukkan betapa mereka mudah tergerak untuk melakukan tindak kekerasan dan menumpahkan darah:
Darah, kehormatan, dan fanatisme….Untuk merangkum sifat para anggota perkumpulan the Fascist Olympia Group ini mungkin cukup hanya dalam tiga kata ini. Kini perkumpulan tersebut memiliki 35.000 anggota. Dan pada mata mereka dapat terlihat adanya keinginan kuat untuk bangkit. 74
Neo-Nazi telah terpengaruhi oleh pemahaman tentang Darwinis yang sama sebagaimana "pendahulu" mereka, yakni Hitler dan para pemimpin selainnya. Di situs-situs internet yang mereka buat untuk propaganda Nazi dan rasis, dapat ditemukan perkataan Darwin and pujian terhadapnya, karena Darwin memberikan dukungan kepada semua pergerakan dan pemikiran Neo-Nazi. Oleh karenanya di situs-situs ini, mereka mengemukakan Darwinisme sebagai teori yang wajib diterima tanpa merasa perlu bukti apapun.
Penyerangan dan pembunuhan yang dilakukan oleh Neo-Nazi sungguh sangat biadab. Neo-Nazi merasakan kepuasan ketika membakar orang hingga mati, menakuti-nakuti mereka, dan menyiksa anak-anak kecil; dan bangsa Turki adalah salah satu sasaran utama mereka. Neo-Nazi menyatakan kebencian dan rasa permusuhan mereka terhadap bangsa Turki di banyak tempat dalam situs internet mereka, dan melampiaskan kebencian ini dengan perbuatan keji. Penyataan tentang Turki sebagaimana tercantum di salah satu Neo-Nazi website:
Misalnya, seandainya saat ini kekuasaan ada di tangan saya, saya ingin melihat sebagian besar bangsa Turki berada dalam kamar gas beracun.75
Yang menjadi inspirasi bagi kebencian kaum Neo-Nazi terhadap bangsa Turki adalah sekali lagi Charles Darwin. Neo-Nazi yakin mereka mengemukakan penjelasan 'ilmiah' untuk membenarkan kebencian mereka terhadap bangsa Turki dengan mengambil inti sari pernyataan Darwin yang keliru dan tidak masuk akal tentang bangsa Turki. Pada halaman terakhir dari bab ini, anda dapat melihat beberapa situs internet Neo-Nazi yang menyanjung Darwin dan yang memperlihatkan sejumlah pernyataan mereka tentang bangsa Turki.
Kekerasan Neo-Nazi terhadap bangsa Turki dan orang lain akhir-akhir ini cukup meningkat. Harian Turki Sabah edisi 12 Agustus 2000 memberikan daftar penyerangan oleh Neo-Nazi selama musim panas 2000:
- Di bulan Juni, jendela Masjid El Rahman di kota Gera, negara bagian Thüringen, dirusak.
- Dua bom molotov dilempar ke Masjid Turki di kota kecil Eppigen, negara bagian Baden-Württemberg.
- Sebuah bom molotov dilempar ke Masjid Hijau di daerah Utersen, Pinneberg.
- Bangunan yang dihuni orang-orang Turki dibakar di Memingen.
- Di Bolcholt sebuah kafe Turki dan sebuah gedung yang dihuni orang-orang Lebanon dibakar. Empat Belas orang terluka, satu di antaranya serius.
- Di kota Chemnitz, Jerman Timur, bayi berumur tujuh bulan dari keluarga berkebangsaan Irak dilempar keluar ke tanah. Muka bayi tersebut terluka ketika membentur beton. 76
Kaum Neo-Nazi melakukan serangan terhadap warga Turki di kota Möln pada tahun 1992
Terdapat sejumlah peristiwa yang jauh lebih mengenaskan lagi beberapa waktu yang lalu. Dengan menjadikan permusuhan Darwin terhadap bangsa Turki sebagai pedoman, Neo-Nazi mengatur dan melancarkan serangan terhadap warga Turki di Möln pada bulan Nopember 1992. Selanjutnya, di tahun 1993, lima warga Turki dibakar oleh orang-orang Neo-Nazi di Solingen.77 Media masa menggambarkan kejadian ini sebagai "Serangan rasis paling berdarah dalam sejarah Jerman sejak era Nazi." Serangan seperti ini sering terjadi di tahun-tahun setelahnya. Kebakaran menimpa rumah-rumah orang Turki, warga Turki dipukuli dan mengalami cedera. Selain di Jerman, penyerangan serupa terjadi pula di Belanda. Dalam suatu serangan yang ditujukan kepada warga Turki, seorang wanita beserta lima orang anaknya terbunuh. Orang-orang yang turut serta dalam pawai belasungkawa menerima surat ancaman yang diberi tanda swastika.
Beberapa peristiwa ini hanya sebagian kecil dari serangan rasis yang ditujukan kepada warga Turki. Penyerangan dan pembunuhan oleh keompok fasis ini, yang merupakan generasi penerus Darwin dan Fasis seperti Hitler, masih terus berlanjut. Tindakan hukum tidak akan cukup untuk menghentikan serangan berkelompok yang biadab ini. Jalan yang tepat untuk menghentikan mereka adalah dengan melancarkan perang ideologis secara serius seiring dengan tindakan hukum. Kebiadaban yang dilakukan oleh orang-orang yang menganggap rasisme sebagai hukum alam tidak akan berhenti selama pemikiran Darwinis yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan tidak dihancurkan.
Stern (No: 40/1992) memberitakan:
JERMAN DALAM KEJATUHAN
Setiap hari terjadi serangan terhadap para kamp-kamp pengungsi dengan menggunakan batu dan bom api. Kebencian terhadap orang asing meningkat, dan terdapat kekhawatiran terhadap pemerintahan masa depan. Para politikus tidak mampu berbuat apapun. Dari luar negeri, pergerakan sayap kanan di Jerman dicermati dengan rasa was-was. Akan dibawa ke manakah negeri ini?
Stern (No: 40/1992) memberitakan:
Lagu yang dinyanyikan pendukung sayap kanan radikal menjadi musik mars yang membangkitkan tindakan kekerasan yang ditujukan kepada orang-orang asing. Kaum muda, yang semakin hari jumlahnya semakin bertambah, khususnya di negara-negara bagian Jerman yang baru, menjadi tergugah semangatnya oleh ritme musik agresif ini.
DARWINISME: SUMBER KEKEJAMAN KOMUNIS
Abad yang baru saja kita tinggalkan dipenuhi dengan berbagai tindak kekerasan dan kebiadaban. Tidak diragukan lagi, ideologi pembawa bencana terbesar bagi umat manusia di abad tersebut adalah Komunisme, paham yang paling tersebar luas di seluruh dunia. Komunisme, yang mencapai puncak sejarahnya melalui dua tokoh filsuf Jerman, Karl Mark dan Friedrich Engels pada abad ke-19, telah begitu banyak menumpahkan darah di berbagai belahan bumi, melebihi apa yang dilakukan oleh kaum Nazi dan para penjajah. Paham ini telah merenggut nyawa orang-orang yang tidak berdosa, memunculkan gelombang kekerasan, dan menebarkan rasa ketakutan serta putus asa di kalangan umat manusia. Bahkan kini, ketika orang menyebut-nyebut negara Tirai Besi dan Rusia, segera muncul gambaran tentang masyarakat yang terselimuti kegelapan, kabut, rasa putus asa, beragam persoalan, dan ketakutan; serta jalanan yang tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan. Tidak menjadi soal, seberapa dahsyat Komunisme dianggap telah hancur di tahun 1991, puing-puing yang ditinggalkannya masih tetap ada. Tak peduli, meskipun orang-orang Komunis dan Marxis yang "tak pernah jera" tersebut telah menjadi "liberal", filsafat materialis, yang merupakan sisi gelap Komunisme dan Maxisme, dan yang memalingkan manusia dari agama dan nilai-nilai akhlak, masih tetap berpengaruh pada mereka.
Ideologi yang menebarkan ketakutan ke seluruh penjuru dunia ini sebenarnya mewakili pemikiran yang telah ada sejak zaman dahulu kala. Dialektika meyakini bahwa seluruh perkembangan di jagat raya terjadi akibat adanya konflik. Berdasarkan kepercayaan ini, Marx dan Engels melakukan pengkajian terhadap sejarah dunia. Marx menyatakan bahwa sejarah manusia adalah berupa konflik, dan konflik yang ada sekarang adalah antara kaum buruh dan kaum kapitalis. Para buruh ini akan segera bangkit dan memunculkan revolusi Komunis.
Sebagaimana orang-orang materialis, kedua pendiri komunisme ini memendam kebencian yang mendalam terhadap agama. Marx dan Engels, keduanya adalah atheis tulen yang memandang perlunya menghapuskan keyakinan terhadap agama dilihat dari sudut pandang Komunisme.
Tetapi, ada satu hal yang belum dimiliki Marx dan Engels: agar dapat menarik pengikut di kalangan masyarakat secara lebih luas, mereka perlu membungkus ideologi mereka dengan penampakan ilmiah. Inilah awal dari terbentuknya ideologi gabungan berbahaya yang kemudian memunculkan penderitaan, kekacauan, pembunuhan masal, pertikaian sesama saudara, dan perpecahan di abad ke-20. Darwin mengemukakan teorinya tentang evolusi dalam bukunya The Origin of Species. Dan sungguh menarik bahwa pernyataan utama yang ia kemukakan adalah penjelasan yang sedang dicari-cari oleh Marx dan Engels. Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada sebagai hasil dari "perjuangan untuk mempertahankan hidup" atau "konflik dialektika". Lebih dari itu, ia mengingkari penciptaan dan menolak keyakinan terhadap agama. Bagi Marx dan Engels hal ini merupakan kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
Kekaguman Marx dan Engels Terhadap Darwin
Sedemikian pentingnya Darwinisme bagi komunisme sehingga hanya beberapa bulan setelah buku Darwin terbit, Engels menulis kepada Marx, "Darwin, yang (bukunya) kini sedang saya baca, sungguh mengagumkan."78
Marx menjawab tulisan Engels pada tanggal 19 Desember 1860, dengan mengatakan, "Ini adalah buku yang berisi dasar berpijak pada sejarah alam bagi pandangan kita."79
Bapak pendiri Komunisme: Karl Marx dan Friedrich Engels.
KEHANCURAN TEORI SEJARAH MARXIS
Karl Mark, bapak pendiri Komunisme, sangat terpengaruh oleh gagasan Dawin, dan meng-gunakan gagasan ini untuk menjelaskan proses dialektik sejarah. Menurut Marx, masyarakat menempuh tahapan-tahapan yang berbeda dalam sejarah, dan yang menentukan tahap-tahap tersebut adalah perubahan dalam sarana produksi dan hubungan-hubungan produksi. Berda-sarkan pandangan ini, ekonomi menjadi penentu segala sesuatu yang lain. Sejarah melewati beberapa tahapan evolusi: Masyarakat primitif, masyarakat budak, masyarakat feodal, masyarakat kapitalis, dan masyarakat Komunis sebagai tahapan yang terakhir.
Namun, sejarah telah membuktikan sendiri bahwa periode evolusi yang dikemukakan Marx ternyata keliru. Tidak ada masa dalam sejarah masyarakat manapun yang melalui tahapan evolusi sebagaimana yang dikemukakan Marx. Sebaliknya, berbagai sistem yang diyakini Marx terjadi melalui serangkaian tahapan tertentu, malah dapat terjadi dalam waktu yang bersamaan dan dalam masyarakat yang sama pula. Di saat satu wilayah dari suatu negara sedang mengalami sistem yang menyerupai masyarakat feodal, sistem kapitalis berlaku di wilayah lainnya dalam negara yang sama. Jadi, pernyataan bahwa tahapan dari satu sistem ke sistem berikutnya mengikuti pola evolusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Marx dan teori evolusi tidak dapat dibuktikan sama sekali.
Sebaliknya, tak satupun ramalan Marx tentang masa depan menjadi kenyataan. Akhirnya disadari bahwa teori-teori Marx tidak dapat diterapkan dalam waktu 10 tahun setelah kematiannya. Marx menyatakan bahwa secara bergantian, negara-negara maju kapitalis akan mengalami revolusi Komunis. Namun, periode ini tidak pernah terjadi. Lenin, salah seorang pengikut setia Marx, mencoba menjelaskan mengapa revolusi ini belum juga terjadi, dan kemudian membuat ramalan lain bahwa revolusi Komunis akan dialami oleh negara-negara Dunia Ketiga. Namun, sejarah membuktikan ketidakbenaran seluruh pernyataan Lenin. Di masa kini, jumlah negara-negara yang berada di bawah kekuasaan Komunisme dapat dihitung dengan jari tangan sebelah. Selain itu, Maxisme menggunakan kekerasan di setiap wilayah di mana mereka meraih kekuasaan, dan ia berkuasa bukan melalui gerakan yang didukung masyarakat luas, seperti yang diakuinya, melainkan dengan kekuatan diktator.
Singkatnya, sejarah yang baru saja berlalu benar-benar membuktikan kekeliruan periode evolusi sejarah sebagaimana perkiraan filsafat Marxis. Teori seperti "dialektika sejarah" dan "evolusi sejarah" dalam berjilid-jilid buku yang ditulis oleh para ideolog materialis seperti Marx dan Engels, hanyalah hasil khayalan mereka.
Dalam sebuah surat yang ditulis Marx pada tanggal 16 Januari 1861 kepada Lassalle, seorang teman sosialis lainnya, ia mengatakan: "Buku Darwin sangatlah penting dan membantu saya meletakkan dasar berpijak dalam ilmu alam bagi perjuangan kelas dalam sejarah."80 Begitulah, pernyataan ini mengungkap betapa pentingnya teori evolusi bagi Komunisme.
Marx menunjukkan rasa simpatinya terhadap Darwin dengan mempersembahkan karya terpentingnya, Das Kapital, kepada Darwin. Salinan buku jilid pertama karya Marx yang dimiliki Darwin dibubuhi tulisan tangan Marx sendiri, yang menggambarkan dirinya sebagai "pengagum tulus" sang Naturalis Inggris, yakni Darwin.81
Engels juga mengakui kekagumannya pada Darwin dalam pernyataannya:
Alam adalah ujian bagi dialektika, dan perlu dikemukakan...bahwa pada akhirnya, alam berjalan secara dialektik dan bukan secara metafisik...Dalam hal ini, nama Darwin mesti disebut sebelum yang lain82
Engels memuji Darwin dan Marx sebagai dua orang yang memiliki kesamaan, "Sebagaimana Darwin menemukan hukum evolusi pada alam kehidupan, Marx menemukan hukum evolusi pada sejarah manusia," katanya83
Dalam karyanya yang lain, Engels menekankan betapa pentingnya usaha yang dilakukan Darwin dalam membangun sebuah teori yang menentang agama:
Ia (Darwin) telah memberikan pukulan paling keras terhadap gambaran metafisik tentang alam melalui pembuktiannya bahwa alam kehidupan yang ada sekarang - tumbuhan, binatang, dan juga manusia tentunya - adalah hasil dari proses evolusi yang terus berlangsung selama jutaan tahun.84
Selain itu, Engels dengan segera menunjukkan penerimaannya terhadap teori Darwin dengan menulis artikel berjudul "The Part Played by Labour in the Transition from Ape to Man" ("Peran yang Dimainkan Kaum Buruh dalam Peralihan dari Kera ke Manusia".)
Peneliti Amerika, Conway Zirckle, menjelaskan mengapa para pendiri Komunisme segera menerima teori Darwin:
Marx dan Engels menerima evolusi segera setelah Darwin menerbitkan buku The Origin of Species. Evolusi, sudah pasti, hanyalah sesuatu yang dibutuhkan para pendiri komunisme untuk menjelaskan bagaimana manusia muncul menjadi ada tanpa perlu campur tangan kekuatan supernatural apapun, dan karenanya dapat digunakan untuk mengukuhkan landasan filsafat materialistis mereka. Tambahan pula, penafsiran Darwin tentang evolusi - bahwa evolusi telah berlangsung melalui hasil kerja seleksi alam - memberi mereka penjelasan lain di luar penjelasan teologis yang berlaku umum terhadap fakta bahwa semua bentuk kehidupan teradaptasi dengan lingkungan mereka.85
Tom Bethell, dari majalah Harper's, menjelaskan kaitan mendasar antara Marx dan Darwin sebagaimana berikut:
Marx mengagumi buku Darwin bukan karena alasan ekonomis, namun karena alasan yang lebih mendasar bahwa alam semesta menurut Darwin sepenuhnya bersifat materialistik, dan penjelasan tentang hal ini tidak lagi merujuk kepada penyebab yang tidak nampak, yang bukan materi di luar atau di 'balik' alam semesta. Berkenaan dengan hal yang penting ini, Darwin dan Marx benar-benar kawan sejati.86
Kini hubungan antara Darwinisme dan Marxisme adalah kebenaran yang nyata dan diakui setiap orang. Buku-buku yang mengisahkan riwayat hidup Karl Marx senantiasa mengemukakan hal ini secara jelas. Misalnya, sebuah biografi Karl Marx memaparkan hubungan tersebut sebagaimana berikut:
"Darwinisme memunculkan serangkaian kebenaran yang utuh yang mendukung Marxisme, dan membuktikan serta mengembangkan kebenarannya. Penyebaran pemikiran evolusi Darwinis telah menciptakan lahan subur bagi pemikiran Marxis secara keseluruhan untuk diterima oleh kalangan buruh... Marx, Engels, dan Lenin memberikan perhatian sangat besar terhadap pemikiran Darwin dan menekankan nilai ilmiahnya, dengan demikian penyebaran pemikiran ini mengalami percepatan."87
Seperti yang telah kita pahami, Marx dan Engels senang karena merasa yakin bahwa gagasan evolusi Darwin memberikan dukungan ilmiah bagi cara pandang atheis mereka. Namun kegembiraan ini terbukti terlalu dini. Teori evolusi nampak mendapatkan penerimaan yang luas karena dikemukakan di abad ke-19. Teori ini masih penuh dengan kekeliruan karena ketiadaan bukti ilmiah apapun yang mendukungnya. Ilmu pengetahuan, yang berkembang pada paruh kedua abad ke-20, telah mengungkap ketidakabsahan teori evolusi. Ini berarti keruntuhan pemikiran Komunis dan Materialis sebagaimana halnya yang menimpa Darwinisme. (Untuk lebih jelasnya silakan membaca buku Keruntuhan Teori Evolusi karya Harun Yahya). Tetapi, karena para ilmuwan yang berpandangan materialis tahu bahwa keruntuhan Darwinisme juga berarti keruntuhan ideologi-ideologi mereka sendiri, mereka mengusahakan berbagai cara yang mungkin untuk menyembunyikan keruntuhan Darwinisme tersebut dari pandangan masyarakat.
Kekaguman Pengikut Marx dan Engels terhadap Darwin
Para pengikut Marx dan Engels, yang bertanggung jawab atas kematian jutaan orang dan ratusan juta lainnya yang hidup dalam penderitaan, ketakutan, dan kekerasan, menyambut hangat teori evolusi dengan penuh kegembiraan.
John N. Moore berbicara mengenai kaitan antara evolusi dan para pemimpin Uni Soviet yang menerapkan gagasan Marx dan Engels di Rusia:
Pemikiran para pemimpin Uni Soviet berakar kuat pada cara pandang evolusi.88
Adalah Lenin yang menjadikan proyek revolusi Komunis Marx sebagai kenyataan. Lenin, pemimpin pergerakan Bolshevik Komunis di Rusia, bertujuan menjatuhkan rezim Tsar di Rusia dengan kekuatan bersenjata. Kekacauan pasca Perang Dunia I memberi kesempatan yang selama ini dinanti-nantikan kaum Bolshevik. Di bawah pimpinan Lenin, kaum Komunis merebut kekuasaan melalui perjuangan bersenjata dalam bulan Oktober 1917. Menyusul revolusi ini, Rusia menjadi ajang perang sipil berdarah selama 3 tahun antara pihak Komunis melawan para pendukung Tsar.
Seperti para pemimpin Komunis lainnya, Lenin seringkali menegaskan bahwa teori Darwin merupakan landasan berpijak yang sangat penting bagi filsafat materialis dialektika.
Salah satu pernyataannya mengungkap pandangannya tentang Darwinisme:
Darwin mengakhiri keyakinan bahwa spesies binatang dan tumbuhan tidak berkaitan satu sama lain, kecuali secara kebetulan, dan bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan, dan karenanya tidak mengalami perubahan.89
Lenin ve Trotsky
Trotsky, yang dianggap tokoh paling penting dalam revolusi Bolshevik setelah Lenin, kembali menekankan pentingnya Darwinisme. Ia menyatakan kekagumannya atas Darwin sebagaimana berikut:
Penemuan Darwin adalah kemenangan terbesar dialektika di segala bidang kehidupan.90
Menyusul kematian Lenin di tahun 1924, Stalin, yang dikenal luas sebagai diktator paling berdarah sepanjang sejarah dunia, menggantikannya menduduki jabatan pemimpin Partai Komunis. Selama 30 tahun masa pemerintahannya, apa yang dilakukan Stalin hanyalah pembuktian atas kekejaman sistem Komunisme.
Kebijakan penting Stalin yang pertama adalah mengambil alih lahan-lahan milik petani yang berjumlah 80% dari keseluruhan penduduk Rusia atas nama negara. Atas nama kebijakan pengambilalihan dan pengumpulan tanah ini, yang ditujukan untuk menghilangkan kepemilikan pribadi, semua hasil panen para petani Rusia dikumpulkan oleh aparat bersenjata. Akibat yang ditimbulkan adalah bencana kelaparan yang mengenaskan. Jutaan wanita, anak-anak dan orang tua yang tidak mampu mendapatkan apapun untuk dimakan, terpaksa menggeliat kelaparan hingga meninggal. Korban meninggal di Kaukasus saja mencapai 1 juta jiwa.
Stalin mengirim ratusan ribu orang yang mencoba melawan kebijakan ini ke kamp-kamp kerja paksa Siberia yang mengerikan. Kamp-kamp ini, di mana para tahanan dipekerjakan hingga mati, menjadi kuburan bagi kebanyakan mereka. Selain itu, puluhan ribu orang dibunuh oleh polisi rahasia Stalin. Jutaan orang dipaksa mengungsi ke daerah-daerah terpencil di Rusia, termasuk warga Krimea dan Turki Turkestan.
Melalui kebijakan berdarah ini, Stalin telah membunuh sekitar 20 juta orang. Para sejarawan telah mengungkap bahwa kebiadaban ini memberikan kenikmatan tersendiri baginya. Ia merasa sangat senang untuk duduk di mejanya di Kremlin sembari memeriksa daftar mereka yang mati di kamp-kamp konsentrasi atau yang telah dihukum mati.
Selain karena kondisi kejiwaannya, yang paling berpengaruh hingga menjadikannya pembunuh yang demikian kejam adalah filsafat materialis yang ia yakini. Dalam perkataan Stalin sendiri, pijakan utama bagi filsafat ini adalah teori evolusi Darwin. Ia menjelaskan betapa pentingnya pemikiran Darwin:
Tiga hal yang kita lakukan agar tidak melecehkan akal para pelajar seminari kita. Kita harus mengajarkan mereka usia bumi, asal-usul bumi, dan ajaran-ajaran Darwin.91
Ketika Stalin masih hidup, teman dekat semasa kecilnya mengisahkan bagaimana Stalin menjadi seorang atheis dalam buku Landmarks in the life of Stalin (Peristiwa Penting dalam Kehidupan Stalin):
Stalin termasuk diktator paling berdarah sepanjang sejarah. Ia bertanggung jawab atas terbunuhnya puluhan juta manusia, kematian akibat kelaparan dan kemiskinan, dan jutaan lagi yang terlantar tanpa tempat tinggal dan mata pencaharian.
Di usia yang sangat dini, ketika masih sebagai seorang murid di sekolah Kristen, kawan saya Stalin telah memiliki pola pikir yang kritis dan revolusioner. Ia mulai membaca buku Darwin dan menjadi seorang atheis.92
Dalam buku yang sama, G. Glurdjidze, teman Stalin semasa kecil, mengisahkan bagaimana Stalin berhenti mengimani Tuhan dan mengatakan kepadanya bahwa alasannya adalah buku Darwin. Stalin juga memaksanya untuk membaca buku tersebut.93
Salah satu bukti penting tentang keyakinan buta Stalin terhadap teori evolusi adalah penolakan sistem pendidikan Soviet terhadap hukum genetika Mendel di saat ia masih berkuasa. Hukum ilmiah yang telah diterima di seluruh dunia ilmu pengetahuan sejak awal abad ke-20 ini menolak gagasan Lamarck yang menyatakan bahwa "sifat dapatan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya." Ilmuwan Rusia Lysenko melihat hal ini sebagai pukulan hebat terhadap teori evolusi dan, oleh karenanya, merupakan bahaya besar. Ia menyampaikan gagasannya kepada Stalin. Stalin terkesan dengan pemikiran Lysenko dan menempatkannya sebagai kepala sejumlah organisasi ilmiah milik pemerintah. Demikianlah, ilmu genetika, yang telah memberikan pukulan berat bagi evolusi, tidak diterima di organisasi ilmiah atau sekolah manapun di Uni Soviet hingga kematian Stalin.
Di masa Stalin, Uni Soviet telah berubah menjadi wilayah yang penuh kekacauan di mana jutaan nyawa manusia senantiasa terancam. Meski bersih dari kesalahan apapun, mereka dapat diciduk kapanpun untuk menerima siksaan yang belum pernah terbayangkan. Tidak hanya Komunisme, sejarah Fasisme juga dipenuhi dengan perlakuan serupa.
Ketika mengkaji berbagai peristiwa ini, para pengamat sejarah terjebak dalam kesalahan saat mengemukakan bahwa penyebab utama dari segala kebiadaban dan kejahatan ini adalah dikarenakan Lenin, Stalin, Mao, Hitler, dan Mussolini memiliki kepribadian yang tidak stabil dan menderita penyakit kejiwaan. Namun, kebetulan macam apakah ini jika seluruh dunia harus jatuh ke tangan orang-orang yang jiwanya terganggu pada saat yang bersamaan?
Adalah sebuah kebenaran yang jelas dan pasti bahwa orang-orang ini beserta ideologi yang dianutnya, semuanya meminum dari mata air yang sama. Segala kebijakan yang mereka terapkan dikemukakan sebagai sesuatu yang sah dan satu-satunya yang benar berdasarkan sumber yang sama. Singkatnya, di belakang orang-orang ini ada satu pihak lain yang paling bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi. Penyebab munculnya para pemimpin yang tidak manusiawi dan berpenyakit kejiwaan, yang menyeret jutaan manusia untuk mengikuti mereka, dan yang membolehkan mereka melakukan kejahatan, adalah pembenaran dan dukungan yang seolah tampak ilmiah tersebut, yang diberikan kepada mereka oleh filsafat materialis dan Darwinisme.
Mao Tse Tung: Duta Besar Darwin dan Marx di Cina
Ketika Stalin masih memerintah rezim totaliternya, rezim Komunis lain yang menganggap Darwinisme sebagai landasan berpijak ilmiahnya didirikan di Cina. Komunis di bawah pimpinan Mao Tse Tung meraih kekuasaan pada tahun 1949 setelah perang sipil yang panjang. Mao mendirikan rezim penindas dan berdarah, persis seperti sekutunya Stalin, yang memberinya dukungan penuh. Hukuman mati dengan alasan politis yang tak terhitung jumlahnya terjadi di Cina. Di tahun-tahun berikutnya, kelompok pemuda militan Mao yang dikenal sebagai "Pasukan Pengawal Merah" menghempaskan negeri ini dalam tirani ketakutan.
Mao secara terbuka mengumumkan dasar filosofis dari sistem yang ia bangun dengan mengatakan: "Sosialisme Cina didirikan di atas Darwin dan teori evolusi."94
Sebagai Marxis, atheis, dan penganut setia evolusionisme, Mao menetapkan bahwa bahan bacaan yang digunakan dalam program "Lompatan Besar ke Depan" dalam literatur masa kini adalah karya-karya Darwin serta bahan bacaan lain yang mendukung cara pandang evolusi.95
Ketika Komunis Cina meraih kekuasaan di tahun 1950, mereka menggunakan teori evolusi sebagai landasan ideologis mereka. Bahkan pada kenyataannya, kalangan intelektual Cina telah menerima teori evolusi jauh-jauh hari sebelumnya:
Selama abad ke-19, Barat menganggap Cina sebagai raksasa yang sedang tidur, terkungkung dan terjebak oleh tradisi kuno. Beberapa orang Eropa mengetahui betapa bersemangatnya kaum intelektual Cina dalam menangkap gagasan evolusi Darwin, dan melihat di dalamnya terdapat dorongan penuh harapan bagi kemajuan dan perubahan. Menurut penulis Cina Hu Shih (Living Philosophies, 1931), ketika buku Thomas Huxley Evolution and Ethics (Evolusi dan Etika) diterbitkan pada tahun 1898, buku tersebut segera dikagumi dan diterima oleh kalangan intelektual Cina. Orang-orang kaya mendanai penerbitan edisi berbahasa Cina dari buku tersebut agar dapat tersebar luas ke masyarakat.96
Mao Tse Tung
Jadi, orang-orang yang beralih kepada Komunisme dan memimpin revolusi Komunis adalah para intelektual ini, yang "dengan bersemangat telah terpengaruhi" pemikiran Darwin.
Tidaklah sulit bagi Cina waktu itu, bahkan dengan beragam kepercayaan yang mendalam dan sejarah panteistiknya, untuk masuk ke dalam dekapan Darwinisme dan Komunisme. Dalam sebuah artikel di majalah New Scientist, filsuf Darwinis asal Kanada, Michael Ruse, berkata tentang Cina di awal abad ke-20:
Pemikiran ini langsung mengakar, karena Cina secara tabiatnya tidak memiliki hambatan intelektual maupun relijius terhadap evolusi sebagaimana yang seringkali ada di Barat. Sungguh, dalam beberapa hal, Darwin terlihat hampir mirip orang Cina!... pemikiran para penganut Taoisme dan Neo-Konghucu selalu menitikberatkan pada "kebendaan" manusia. Kekerabatan kita dengan binatang bukanlah hal yang mengejutkan... Kini, filsafat yang resmi adalah Leninisme Marxis (atau sejenisnya). Namun, tanpa pendekatan materialis sekuler dari Darwinisme (di sini diartikan sebagai filsafat sosial secara lebih umum), tidak akan tersedia lahan subur bagi Mao dan para pendukung revolusinya untuk menebarkan benih dan menuai hasil panen mereka.97
Sebagaimana pernyataan Michael Ruse di atas, dengan berakar kuatnya pemikiran Darwin, Cina dengan mudah menganut Komunisme. Masyarakat Cina, yang terpedaya oleh pemikiran Darwinis, berdiam diri dan menyaksikan semua pembantaian oleh Mao Tse Tung, salah seorang pembunuh kejam yang tercatat dalam sejarah.
Komunisme menyebabkan perang gerilya, aksi terorisme berdarah, dan perang sipil di banyak negara, tidak hanya di Cina. Turki termasuk salah satu di antaranya. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, kelompok-kelompok yang mengangkat senjata melawan negara telah menyeret Turki ke kancah terorisme dengan tujuan mengadakan revolusi Komunis di negara tersebut. Setelah tahun 1980, terorisme Komunis bergabung dengan arus separatisme dan menjadi penyebab atas kematian puluhan ribu warga Turki, polisi, serta tentara selama menjalankan tugas mereka.
Ideologi Komunis, yang telah menyebabkan pertumpahan darah di dunia selama 150 tahun senantiasa berjalan beriringan dengan Darwinisme. Bahkan kini, kalangan Komunis adalah pendukung terdepan Darwinisme. Kapanpun seseorang mengamati kelompok-kelompok yang keras kepala mendukung teori evolusi, di hampir setiap negara, ia akan menyaksikan para penganut Marxisme di barisan terdepan kelompok tersebut. Sebab, sebagaimana perkataan Karl Marx, teori evolusi memberikan dasar berpijak bagi ideologi Komunis dari segi ilmu alam, dan memberikan pembenaran ilmiah terpenting, meskipun keliru, bagi pengingkaran kaum Komunis terhadap agama.
Di Balik Eratnya Hubungan antara Darwinisme dan Komunisme: Kebencian terhadap Agama
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, alasan terpenting yang menjadikan kuatnya keyakinan kaum materialis dan Komunis terhadap Darwinisme adalah dukungan yang nyata-nyata diberikan Darwinisme kepada atheisme. Filsafat Materialis telah ada sepanjang sejarah, tetapi hingga abad ke-19 kebanyakan pemikiran para filsuf terbatas hanya pada teori semata. Alasan terpenting mengapa demikian adalah hingga saat itu para ilmuwan yang ada beriman kepada Tuhan dan meyakini adanya penciptaan. Namun pada abad ke-19 filsafat materialis dan teori Darwin mulai diterapkan pada ilmu-ilmu kealaman. Darwinisme adalah landasan utama bagi budaya anti agama kaum materialis yang terjadi pada abad ke-19 dan yang paling terasa dampaknya di abad ke-20.
Berbagai ideologi yang lahir dari budaya materialis ini, sebagaimana yang telah kami ulas sebelumnya, menyulut pecahnya dua perang dunia, perang sipil yang tak terhitung, tindakan terorisme, pembasmian etnis, pemusnahan dan kebiadaban. Akibat serangkaian bencana ini, puluhan juta manusia kehilangan nyawa, ratusan juta orang tertindas dan harus menderita perlakuan paling buruk.
Para teroris yang terpengaruh oleh pandangan materialis-Darwinis, sebagaimana binatang yang mereka yakini sebagai asal-usul mereka, pergi jauh ke gunung dan tinggal di gua-gua dalam keadaan yang memprihatinkan. Mereka dapat membunuh manusia tanpa perlu berpikir panjang, dan menghabisi nyawa bayi, orang tua dan orang tak berdosa. Tanpa memandang diri sendiri dan orang lain sebagai makhluk hidup ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan ruh, akal, hati, dan pemahaman, mereka memperlakukan satu sama lain sebagaimana halnya binatang memperlakukan sesamanya. Penghancuran lusinan gereja dan masjid oleh Stalin hanyalah satu bentuk kebencian Komunis terhadap agama.
Dalam bukunya "The Long War Against God" (Perang Panjang Melawan Tuhan), Henry Morris menjelaskan kaitan tersebut sebagaimana berikut ini:
Meskipun secara ilmiah memiliki banyak kekurangan, sifat ilmiah yang dianggap ada pada evolusi telah biasa digunakan untuk membenarkan semua bentuk sistem beserta penerapannya yang anti-Tuhan. Yang paling berhasil, sejauh ini, tampaknya adalah komunisme, dan para pengikutnya di seluruh dunia telah terperdaya untuk berpikir bahwa komunisme pasti benar karena didasarkan pada ilmu evolusi.98
Selama dan setelah revolusi Bolshevik, terjadi banyak pengrusakan terhadap simbul-simbul keagamaan. Gereja dan masjid dihancurkan. Benda-benda bernilai seni di dalam gereja dijarah, sebagaimana tampak dalam gambar.
Permusuhan Komunisme dan materialisme terhadap agama menjelma dalam berbagai bentuk kekerasan selama pemberontakan Bolshevik. Bangunan gereja dan masjid dihancurkan. Di antara yang tidak diakui keberadaannya dan tidak digolongkan dalam "masyarakat sosialis baru", terutama adalah kaum agamawan. Meskipun kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat adalah agamis, mereka dipersulit untuk melaksanakan kewajiban agama mereka. Dalam rangka menjadikan Minggu, saat orang Kristiani pergi ke gereja, bukan sebagai hari suci, gagasan tentang hari libur bersama dihilangkan. Setiap orang bekerja selama 5 hari, tapi hari libur mingguan dapat diambil kapan saja. Kebijakan ini sengaja diberlakukan kaum komunis "untuk membantu usaha penghapusan agama".99 Menyusul kebijakan ini, pada tahun 1928 dan 1930, pajak yang wajib dibayar oleh kaum agamawan dinaikkan 10 kali lipat, kupon untuk mendapatkan jatah makanan ditarik , dan mereka tidak lagi diperbolehkan mendapatkan layanan kesehatan. Ini berarti mereka tidak lagi menikmati hak-hak mereka sebagai warga sipil. Mereka seringkali ditangkap, dipindahkan dari tempat tugas mereka dan diasingkan. Hingga tahun 1936, sekitar 65 persen masjid dan 70 persen gereja yang ada telah dihancurkan.
Perlakuan paling kejam terhadap kaum agamawan terjadi di Albania. Pemimpin Komunis di Albania, yang dikenal tidak beragama, adalah Enver Hodja, yang pada tahun 1967 mengumumkan Albania sebagai negara pertama "tanpa agama". Para agamawan dipenjarakan tanpa alasan apapun, dan beberapa dari mereka dibunuh selama dalam tahanan. Pada tahun 1948 dua orang uskup dan 5.000 orang agamawan ditembak. Orang-orang Muslim juga mendapat perlakuan yang sama. Lembaran berita bulanan Nendori¬ mengumumkan bahwa 2.169 masjid dan gereja telah ditutup, 327 di antaranya adalah tempat ibadah Katolik.
Alasan dari semua kebijakan ini, tidak diragukan lagi, adalah cita-cita Komunisme dalam rangka membentuk masyarakat yang secara buta mengingkari keberadaan Tuhan, yang tidak lagi bersentuhan dengan agama, dan hanya meyakini dan menghargai segala yang bersifat materi. Pada kenyataannya, inilah sasaran utama yang ingin dicapai Komunisme. Sebab, para pemimpin Komunis paham bahwa mereka hanya dapat memerintah sekehendak hati mereka orang-orang yang berkepribadian seperti mesin, tidak lagi memiliki kepekaan, tidak berperasaan, dan, di atas itu semua, yang tidak lagi merasa takut kepada Tuhan. Dengan masyarakat seperti ini, para pemimpin Komunis dapat mendorong mereka melakukan pembunuhan dan penindasan sebanyak dan sekejam yang mereka kehendaki. Darwinisme telah mengukuhkan paham atheisme dan membenarkan segala bentuk penindasan, kekejaman, pertikaian, dan pembunuhan yang kesemuanya dilarang dalam agama. Segala tindakan inilah yang dianjurkan Darwinisme agar dilaksanakan oleh semua ideologi yang telah menumpahkan darah dan menganggap kehidupan tidak berharga di abad ke-20. Itulah sebabnya mengapa abad yang lalu dipenuhi peperangan, pembantaian, pemberontakan, tindak kekerasan, pertikaian dan permusuhan yang tak berkesudahan.
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat. (QS. Al Baqarah, 2:114).
Penindasan dan Kekerasan oleh Kaum Komunis-Darwinis
Memunculkan kekacauan dan ketakutan adalah dua senjata sangat penting yang selalu digunakan Marxisme dan komunisme. Kecenderungan Marxisme kepada terorisme dan kekerasan tampak dalam percobaan di distrik Paris ketika Marx masih hidup. Terorisme, secara khusus menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ideologi Komunis dengan Lenin, ketika ia sedang menerapkan teori Marx. Kaum komunis menumpahkan darah jutaan manusia di setiap tempat di bumi, dan membuat orang mengalami penderitaan, ketakutan, dan kekejaman dengan mendirikan organisasi-organisasi teroris. Sebagaimana yang akan tampak di halaman-halaman berikutnya, kini semua pemimpin Komunis dikenang karena penindasan dan pembunuhan yang mereka lakukan. Meskipun demikian, masih saja ada sejumlah kalangan yang memajang foto para pembunuh kejam yang bersimbah darah ini pada dinding-dinding mereka, dan masih menerima orang-orang bengis ini sebagai guru mereka.
Orang-orang Komunis menegaskan bahwa kekejaman dan terorisme bukanlah perbuatan mereka dan bahwa tindakan biadab ini hanya terjadi dalam penerapan Komunisme oleh sejumlah perorangan. Mereka juga berupaya memutihkan nama Komunisme. Namun, apapun usaha mereka, terdapat sebuah kebenaran yang tidak dapat disangkal: Para Pendiri Komunisme secara pribadi membela kekerasan dan terorisme dan memandangnya sangat penting bagi ideologi mereka. Pakar ilmu politik Amerika, Samuel Francis, mengatakan tentang hal ini:
Marx dan Engels pada dasarnya menegaskan secara khusus bahwa revolusi akan selalu diwarnai kekerasan dan para pelaku revolusi harus menggunakan kekerasan melawan para penguasa, dan dalam beberapa hal mereka benar-benar menampakan dukungan terhadap terorisme.100
La revolución comunista fue muy sangrienta. Decenas de millones de personas fueron masacradas y asesinadas brutalmente. Los líderes comunistas ordenaron que todo el que se le opusiese sea liquidado.
Karl Marx mengatakan "pemberontakan adalah seni sebagaimana halnya berperang" dan menggunakan perkataan Danton, salah seorang tokoh terpenting dalam "politik revolusioner", sebagai pegangan utama: de l'audace, de l'audace, encore de l'audace" (Serang, serang, dan serang lagi!)101 Terdapat pernyataan yang jelas oleh Lenin tentang keharusan menggunakan terorisme secara sistematis. Di bawah ini beberapa di antaranya:
Pada kenyataannya, negara tidak lain adalah mesin untuk menekan kebebasan satu kelas oleh kelas lain. Pemerintahan diktator adalah kekuasaan yang didasarkan secara langsung pada kekuatan dan tidak dibatasi oleh hukum... Pemerintahan diktator revolusioner kaum buruh adalah kekuasaan yang dimenangkan dan dipertahankan dengan menggunakan kekerasan oleh kaum buruh terhadap kaum kaya, sebuah pemerintahan yang tidak dibatasi oleh hukum apapun.102
Kita sama sekali tidak menentang pembunuhan politis... Hanya ketika berkaitan langsung dan erat dengan pergerakan massa, aksi teroris perorangan benar-benar mampu dan pasti membuahkan hasil.103
Agar menjadi sebuah kekuatan, para buruh yang sadar akan kedudukannya harus memperoleh mayoritas yang mendukungnya. Selama tidak ada kekerasan yang digunakan untuk melawan masyarakat, maka tidak ada cara lain untuk meraih kekuasaan.104
Ketika berbicara pada pertemuan para buruh, Lenin melontarkan pernyataan mengerikan tentang betapa terorisme sangat penting bagi mereka:
Jika massa tidak bangkit secara tiba-tiba, tak satupun yang akan tercapai... Sebab, selama kita gagal menghukum para spekulan seperti yang sepatutnya mereka terima - dengan menembakkan peluru di kepala mereka - kita tidak akan meraih apapun. 105
Salah seorang pemimpin utama Revolusi Oktober di Rusia, Trotsky, mengatakan berikut ini untuk membenarkan perkataan Lenin:
Tetapi revolusi benar-benar memerlukan kaum revolusioner sehingga ia meraih tujuannya dengan segala cara yang ada - jika perlu dengan mengangkat senjata, bahkan Terorisme.106
PENINDASAN DI RUSIA
Gambar di samping melukiskan kekejaman yang berlangsung selama revolusi di Rusia.
Trotsky bahkan melangkah lebih jauh lagi dalam pidatonya yang lain,
Satu-satunya pilihan kita sekarang adalah perang sipil. Perang sipil adalah perjuangan untuk mendapatkan makanan... Hidup perang sipil!107
Prinsip-prinsip para perumus teori Komunis seperti Lenin dan Trotsky ini diterapkan dalam revolusi Bolshevik di Rusia. Selama masa revolusi di musim gugur tahun 1917, mulailah terjadinya pembantaian secara meluas, perampasan, dan kekerasan yang sulit dipercaya. Orang-orang yang menentang atau dicurigai menentang revolusi dikumpulkan tanpa alasan, ditangkap dan ditembak. Rumah-rumah dirampok dan dihancurkan. Terorisme, yang dimulai dengan Lenin dan Trotsky, berlanjut terus dan menjadi semakin buruk pada masa Stalin.
Akibat kelaparan yang terjadi pada tahun 1921-1922 karena ulah rezim Komunis. Pemandangan di atas memperlihatkan korban bencana kelaparan ini.
Harrison E. Salisbury dari The New York times melukiskan kamp-kamp penjara Soviet sebagaimana berikut:
...sebuah benua yang keseluruhannya adalah teror... Dibanding dengan mereka yang telah menyebabkan ratusan ribu hukuman mati dan jutaan orang mati selama masa teror Soviet, pemerintahan Tsar terlihat lebih baik... Otak kita sulit membayangkan kejahatan rutin dan sistematis di mana tiga atau empat juta, atau bahkan lebih, pria dan wanita dihukum setiap tahun dengan kerja paksa dan pengasingan untuk selamanya - dan sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja sehingga seringkali para tahanan tidak diberitahu tentang hukuman mereka...108
Orang-orang selain Rusia, dan khususnya Turki Krimea, Turki Asia Tengah, dan Kazakh, tak luput dari terorisme Soviet. Pengadilan khusus, troiki, didirikan untuk membersihkan masyarakat Rusia dari orang-orang Kazakh. Di bulan Oktober 1920 para troiki ini menghukum mati lebih dari 6.000 orang, dan perintah ini dilaksanakan dengan segera. Keluarga, dan kadang kala tetangga, dari mereka yang menentang rezim dan yang tidak tertangkap, disandera secara sistematis dan dikirim ke kamp-kamp penampungan. Martin Latsis, kepala salah satu kamp ini di Ukraina dalam salah satu laporannya mengakui bahwa ini adalah kamp kematian:
Pengambilan hasil panen pertanian warga Ukraina oleh pemerintah Rusia menyebabkan mereka mati kelaparan.
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo'a: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau". (QS. An-Nisaa, 4:75)
Dikumpulkan bersama-sama di kamp dekat Maikop, para sandera, wanita, anak-anak dan orang tua bertahan hidup dalam keadaan yang paling mengenaskan, dalam dingin dan lumpur di bulan Oktober... Mereka sekarat seperti lalat. Para wanita bersedia melakukan apa saja agar tidak mati. Para tentara penjaga kamp memanfaatkan kesempatan ini dan menjadikan mereka pelacur.109
Pengaruh Darwin menjadikan para pelaku revolusi Komunis membunuh manusia dengan penuh kegilaan. Dokumen-dokumen yang ada waktu itu memperlihatkan bahwa tujuan utama mereka adalah pemusnahan masyarakat secara keseluruhan. Seolah mereka percaya bahwa semakin banyak orang yang mereka bunuh, semakin besar keberhasilan yang akan mereka raih. Rencana mereka untuk melenyapkan setiap orang yang mereka curigai menentang revolusi terungkap dalam salah satu keputusan mereka:
Pyatigorsk Cheka (Panitia Luar Biasa untuk Perang Melawan Anti-Revolusi) dengan seketika memutuskan untuk menghukum mati 300 orang per hari. Mereka membagi kota menjadi sejumlah distrik dan mengambil kuota orang dari tiap-tiap distrik, dan memerintahkan Partai untuk menuliskan daftar hukuman mati...Di Kislovodsk, karena kehabisan ide yang lebih baik, diputuskan untuk membunuh orang-orang yang ada di rumah sakit.110
Sebagaimana diumumkan dalam artikel utama surat kabar Krasnyi Mech (Pedang Merah) yang pro-Komunis, orang-orang Komunis melihat segala hal diperbolehkan dan percaya bahwa darah harus ditumpahkan agar terbentuk warna pada bendera Merah .
Bagi kita, segalanya diperbolehkan, sebab kitalah yang pertama kali mengangkat pedang bukan untuk menindas ras-ras dan menjadikan mereka budak, namun untuk membebaskan umat manusia dari belenggunya... Darah? Biarkan darah mengalir seperti air! Biarkan darah untuk selamanya membasahi bendera hitam bajak laut yang dikibarkan orang-orang kaya, dan biarkan bendera kita berwarna merah darah selamanya! Sebab, hanya dengan kematian dunia lama kita dapat membebaskan diri kita sendiri selamanya dari kembalinya orang-orang kaya itu!111
Disamping segala bentuk penyiksaan ini, Stalin juga membentuk "satuan petugas pengumpul" untuk mengumpulkan hasil panen para petani secara paksa. Satuan ini bertanggungjawab atas segala bentuk penindasan yang mereka lakukan. Pada tanggal 14 Februari 1922 seorang petugas pengawas menulis:
Penyalahgunaan kedudukan oleh satuan petugas pengumpul, secara jujur, kini telah mencapai tingkat yang sungguh sulit dipercaya. Secara sistematis, para petani yang ditahan semuanya disekap dalam gudang-gudang besar tanpa diberi penghangat ruangan; mereka kemudian dicambuk dan diancam dengan hukuman mati. Mereka yang belum memenuhi seluruh kuota mereka diikat dan dipaksa berlari dengan telanjang di sepanjang jalanan utama desa dan kemudian disekap di gudang lain tanpa penghangat ruangan. Sejumlah besar wanita dipukuli hingga pingsan dan kemudian dilemparkan ke dalam lubang yang digali di salju dalam keadaan telanjang...112
"Satuan Petugas Pengumpul" hasil panen dibentuk oleh Stalin; selain menyiksa, mereka juga merampas hasil panen para petani. Mereka yang tidak mampu mendapatkan hasil panen yang cukup untuk diserahkan kepada petugas pemerintah, disiksa dengan beragam cara hingga tewas. Gambar di samping memperlihatkan nasib rakyat yang mengenaskan di bawah pemerintahan Komunis.
Stalin percaya bahwa Spanyol adalah negeri yang memberi banyak kesempatan baik bagi Uni Sovyet, dan turut campur dalam urusan negara tersebut akan mendatangkan keuntungan. Karena itu ia memihak dan mendukung kaum Komunis pada Perang Sipil Spanyol. Namun, dengan begitu wabah terorisme di Uni Sovyet merebak ke Spanyol. Salah satu contoh penindasan dan penyiksaan yang ada di sana adalah kamp konsentrasi yang menampung 200 orang anti Stalin di awal tahun 1938. "Ketika para Stalinis memutuskan untuk membentuk Cheka," salah seorang korban mengisahkan:
Ada sebuah pekuburan kecil yang dibersihkan di dekat sini. Para Chekis memiliki gagasan yang sangat jahat: mereka akan membiarkan makam-makam di pekuburan itu terbuka, dengan tulang-belulang dan tubuh membusuk yang terlihat jelas. Di sinilah mereka menyekap orang dengan pelanggaran-pelanggaran paling berat. Mereka memiliki beberapa cara penyiksaan tertentu yang sangat keji. Banyak tahanan yang digantung terbalik pada bagian kakinya selama berhari-hari . Sebagian yang lain mereka kunci dalam lemari kecil dengan hanya satu lubang kecil di dekat wajah untuk bernapas... Salah satu perlakuan paling buruk dikenal dengan "laci"; para tahanan dipaksa berjongkok di dalam kotak kecil selama beberapa hari. Beberapa di antaranya ada yang dibiarkan di sana dan tidak dapat bergerak selama delapan hingga sepuluh hari.113
Pada tahun 1931 Paus Pius XI menuturkan pendapatnya tentang kekejaman yang ditimbulkan Komunisme kepada dunia dalam sebuah surat yang diedarkan ke semua uskup Katolik Roma di seluruh dunia, Quadragesimo Anno:
Komunisme mengajarkan dan berusaha mewujudkan dua hal: peperangan antar kelas yang tanpa henti dan penghapusan penuh kepemilikan pribadi. Ini dilakukan tidak secara rahasia atau dengan cara tersembunyi, tapi secara terbuka, dan menggunakan sarana apapun yang mungkin, bahkan yang paling kejam sekalipun. Untuk mencapai tujuan ini, Komunisme merasa tidak ada yang perlu ditakuti untuk dilaksanakan, dan tidak menghormati dan menghargai apapun. Ketika berkuasa, kebiadaban dan perlakuannya yang tidak manusiawi sungguh melampaui batas. Paham ini meninggalkan puing-puing pembantaian dan penghancuran yang mengerikan. Wilayah Eropa Timur dan Asia yang terbentang luas menjadi bukti akan hal ini.114
Sebagaimana tertera dalam kutipan di atas, tujuan utama Komunisme adalah perang antar kelas yang tidak mengenal belas kasih, dan penghapusan total kepemilikan pribadi. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk menerapkan teori evolusi, yang telah diterapkan Darwin dalam bidang biologi, kepada masyarakat manusia, dan agar umat manusia berada dalam keadaan bertikai, berperang, layaknya binatang-binatang liar di alam.
Bencana akibat Komunisme tidak hanya berlaku di Rusia. Di antara sekian negara yang menjadi lahan penyebaran Komunisme dan yang sekaligus menderita bencana terburuk akibat paham ini adalah Cina.
Sang Darwinis Mao Tse Tung dan Pembantaian yang Dilakukannya
Pemimpin Komunis Cina, Mao, memiliki dua orang panutan: Darwin dan Stalin. Kedua nama ini, yang menyatu dalam kepribadian Mao, telah menyebabkan bencana besar dan meninggalkan jejak mereka pada masa kegelapan yang cukup lama dalam sejarah Cina. Sekitar 6 hingga10 juta orang dibunuh secara langsung di bawah arahan Mao Tse Tung. Puluhan juta para penentang revolusi menghabiskan sebagian besar masa hidup mereka di penjara, di mana 20 juta di antaranya meninggal. Antara 20 dan 40 juta orang meninggal karena kelaparan pada tahun 1959-1961, dalam masa yang dinamakan "Lompatan Besar ke Depan," akibat kebijakan kejam Mao. Pembantaian di lapangan Tianamen pada bulan Juni 1989 (yang menewaskan sekitar 1.000 orang) memberikan satu gambaran tentang apa yang dialami Cina dalam sejarah masa kininya. Pembunuhan dan pembersihan etnis terhadap penduduk Turki Mus lim di Turkistan Timur masih terus berlangsung.
Kebiadaban dahsyat dan hal-hal yang suilt dipercaya terjadi ketika revolusi Komunis berlangsung di Cina. Rakyatnya, yang berada dalam pengaruh hipnotisme massal, mendukung segala jenis pembantaian dan menunjukkan dukungan mereka dengan berteriak-teriak saat menyaksikan pembunuhan. Buku Le Livre Noir du Communisme (Buku Hitam Komunisme), yang disusun oleh sekelompok sejarawan dan pengajar, menjelaskan tindakan biadab Komunisme sebagai berikut:
Kaum Komunis pendukung Mao menghukum dengan sangat kejam siapapun yang melawan mereka dalam perang sipil. Mereka dihina di hadapan masyarakat sebelum akhirnya dibunuh.
Seluruh warga diundang untuk menghadiri pengadilan terbuka terhadap "orang-orang yang menentang revolusi," yang hampir dipastikan akan dihukum mati. Setiap orang turut serta menghadiri hukuman mati tersebut, dan berteriak "bunuh, bunuh" kepada Pasukan Penjaga Merah yang tugasnya memotong-motong tubuh korban. Kadang potongan-potongan ini dimasak dan dimakan, atau secara paksa diberikan untuk dimakan oleh anggota keluarga korban yang masih hidup dan yang menyaksikan peristiwa tersebut. Setiap orang kemudian diundang dalam sebuah perjamuan, di mana hati dan jantung dari para bekas pemilik tanah dimakan secara bersama-sama, dan ke pertemuan di mana para pembicaranya akan beridato di hadapan barisan potongan kepala yang masih tertancap segar di atas tiang-tiang. Kesenangan pada kanibalisme kejam ini, yang di kemudian hari menjadi sesuatu yang lazim di bawah rezim Pol Pot, seolah menghidupkan kembali sosok pemimpin dari Asia Tenggara yang hidup di masa silam yang seringkali muncul di saat-saat terjadinya malapetaka dalam sejarah Cina.115
Sejumlah pemimpin partai di Cina dituduh sebagai kapitalis. Rambut kepala mereka dicukur di hadapan masyarakat dan kemudian dihukum mati.
Hukuman mati terhadap seorang wanita Cina bernama Wang Souxin. Uang untuk membayar peluru yang digunakan dalam hukuman mati ini diambil dari keluarga korban.
MEDAN PEMBANTAIAN POL POT DAN KHMER MERAH
Antara tahun 1975 dan 1979, selama pemerintahan Pol Pot, dua dari tujuh juta penduduk Kamboja terbunuh. Ketika kita menyaksikan pembu-nuhan yang dilakukan Pol Pot, yang bermimpi mendi-rikan negara Komunis yang sempurna, dari segi persen-tasi jumlah penduduk, pembunuhan yang dilakukannya jauh lebih besar dari yang dilakukan Hitler dan Stalin. Yang menjadi sasaran utama Pol Pot adalah anggota masyarakat seperti para dokter, insinyur, ilmuwan, singkatnya para intelektual negeri tersebut, yang telah ia bunuh. Bahkan ia memerintahkan agar "setiap orang yang berkacamata" dibunuh. Akibat pembunuhan yang tidak manusiawi ini, terciptalah "ladang-ladang pembantaian" yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Alur berpikir yang digunakan oleh para petinggi Khmer Merah untuk membenarkan pembantaian mereka terangkum dalam perkataan ini: "Mempertahankan anda tidak ada untungnya, kehilangan anda tidak ada ruginya". Mereka membunuh setiap orang yang mereka anggap, atau mereka curigai sebagai, tidak berguna atau berbahaya. Setidaknya setiap keluarga telah kehilangan salah satu anggotanya dalam pembantaian in.
Pol Pot, yang menganggap hidup manusia tidak berharga, percaya bahwa keberadaan keluarga merupakan hambatan bagi rencana radikalnya untuk mewujudkan sosialisme di masa depan. Ia berusaha menghapuskan gagasan tentang keluarga dengan mencerai-beraikan keluarga dan mewajibkan masyarakat untuk hidup di tempat-tempat hunian milik bersama. Kebijakan yang sama telah diterapkan oleh Stalin di Rusia. Pertama-tama, tanah-tanah milik para petani diambil alih, kemudian petak-petak tanah berukuran kecil dikembalikan di daerah yang sengaja terpencar dan terpisah sangat jauh satu sama lain. Akibat dari semua ini, suatu keluarga yang hendak menggarap lahan mereka, yang hanya terdiri dari petak-petak lahan yang sempit, diharuskan hidup terpisah satu sama lain.
Robert Templer, Pol Pot's Legacy of Horror, The Age, April 18, 1998, http://dithpran.org/PolPotegacy.htm
Rezim Pol Pot dan Khmer Merah menjadikan negerinya "Ladang-Ladang Pembantaian".
Pengalaman Pahit Kebiadaban Komunis
Kebiadaban serupa juga dialami di setiap negara yang dikuasai Komunisme, di antaranya adalah Kamboja, Korea Selatan, Laos, Vietnam. Eropa Timur dan negara-negara Afrika. Akibat kekejaman berdarah ini dilukiskan dalam buku The Black Book of Communism (Buku Hitam Komunisme) sebagaimana berikut ini:
Kejahatan-kejahatan ini cenderung mengikuti suatu pola yang dapat dikenali meskipun dilakukan oleh rezim dengan cara yang berbeda-beda hingga tingkat tertentu. Pola tesebut termasuk: hukuman mati dengan berbagai cara, seperti ditembak, digantung, ditenggelamkan, pemukulan, dan, pada sejumlah kasus, pemberian gas beracun, zat racun atau "kecelakaan mobil"; penghancuran penduduk dengan memunculkan bencana kelaparan, dengan cara kelaparan yang sengaja dibuat, penimbunan bahan makanan, atau keduanya sekaligus; pengusiran, yang dengannya kematian dapat terjadi dalam perjalanan (akibat keletihan jasmani, atau penyekapan di ruangan tertutup), di tempat tinggal seseorang, atau dengan cara kerja paksa (keletihan, penyakit, kelaparan, dan kedinginan). Periode yang digambarkan sebagai masa "perang sipil" keadaannya lebih parah lagi - tidak selalu mudah untuk membedakan peristiwa yang disebabkan oleh peperangan antara para penguasa dan pemberontak, dan kejadian-kejadian yang pantas disebut sebagai pembantaian penduduk sipil.
Meskipun demikian, kita harus dapat mengira-ngira. Perkiraan kasar berikut, berdasarkan perkiraan tidak resmi, memberikan kita gambaran tentang tingkat kejahatan ini:
Uni Soviet: 20 juta korban jiwa
Cina: 65 juta korban jiwa
Vietnam: 1 juta korban jiwa
Korea Utara: 2 juta korban jiwa
Kamboja: 2 juta korban jiwa
Eropa timur: 1 juta korban jiwa
Amerika Latin: 150.000 korban jiwa
Afrika: 1,7 juta korban jiwa
Afghanistan: 1,5 juta korban jiwa
Pergerakan Komunis dunia dan partai-partai Komunis yang tidak berkuasa: sekitar 10,000 korban jiwa
Total mendekati 100 juta korban jiwa. 116
Semua rezim dan organisasi Komunis yang berbeda-beda ini memiliki kondisi kejiwaan yang sama: mereka telah sama sekali kehilangan segala rasa kemanusiaan seperti rasa iba, keadilan, dan kasih sayang. Tiba-tiba saja, masyarakat manusia telah menjadi ladang-ladang peperangan dan pembantaian, tempat para binatang buas berjuang untuk hidup dan mendapatkan makanan. Sebagaimana seekor binatang buas yang berkelahi dengan sesama jenisnya demi memperebutkan makanan dan wilayah kekuasaan, orang-orang ini pun berperilaku sama, layaknya "binatang". Karena kemunculan Darwin telah mengajarkan kepada mereka bahwa mereka pada dasarnya adalah binatang, dan karena binatang berkelahi agar dapat bertahan hidup, maka mereka pun mesti melakukan hal yang sama.
Pergerakan yang tidak berperikemanusiaan ini merasa bahwa mereka telah memperoleh kehormatan dengan mengenakan topeng ilmiah palsu. Satu-satunya alasan mengapa para pemimpin Bolshevik mampu berbicara lantang dan terbuka mengenai penyerangan, terorisme, dan pembantaian adalah pembenaran yang mereka dapatkan dari teori evolusi Darwin. Dalam bukunya Evolution for Naturalists (Evolusi untuk Kaum Naturalis), P.J. Darlington sebagai seorang evolusionis mengakui bahwa kebiadaban adalah akibat alamiah teori evolusi, dan perilaku ini malah dibenarkan:
Butir pertama adalah bahwa mengutamakan kepentingan pribadi dan kekerasan adalah sifat bawaan yang telah ada dalam diri kita, yang diturunkan dari binatang nenek moyang kita yang paling awal... Jika demikian, kekerasan adalah sesuatu yang alamiah bagi manusia, suatu hasil dari evolusi117
Seperti yang jelas terungkap dari pengakuan evolusionis, sangatlah wajar dan alamiah bagi ideologi komunis, yang menjadikan teori evolusi Darwin sebagai pedoman utamanya, untuk menganggap manusia lain sebagian hewan, memperlakukan mereka seperti layaknya binatang, dan menindas mereka. Karena orang yang menerima ideologi komunis-darwinis lupa bahwa ia memiliki Pencipta, ia lalai dari tujuan keberadaannya di dunia, dan bahwa ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Sang pencipta di hari perhitungan. Sebagai hasilnya, seperti setiap manusia yang tidak punya rasa takut pada Allah, ia menjadi makhluk yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, menjadi penguasa yang tidak berbelas kasihan, bahkan pembunuh kejam. Allah menggambarkan kondisi orang -orang ini dan apa yang akan menimpa pada mereka dalam Alquran:
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih (QS. Asy Syuura, 42:42)
Pada tahun 1968, ideologi kiri menyebar dan diterima luas di seluruh penjuru dunia, khususnya oleh para pemuda di kampus-kampus universitas. Berbagai pertemuan diselenggarakan, dan para pemuda dihasut untuk melawan saudara mereka sendiri, polisi, dan tentara. Akibat peristiwa ini, sesama saudara saling bertikai, kota-kota menjadi porak-poranda, dan seluruh dunia terjerembab ke lembah kekacauan.
PENINDASAN DI TURKISTAN TIMUR
Meskipun pembubaran Uni Soviet telah diterima sebagai simbul kematian Komunisme sebagai rezim politis, ideologi dan penerapan Komunis masih terus berlanjut. Rusia dan China adalah negara di mana mentalitas Tentara Merah ini masih sangat berpengaruh. Kebijakan Rusia di Chechnya, dan perlakuan pemerintah Cina di Turkistan Timur, adalah bukti paling penting tentang hal ini. Warga Turki Muslim yang kini hidup di Turkistan Timur, tengah mengalami penindasan yang tiada hentinya di bawah kekuasaan Cina yang didirikan Mao. Para pemuda ditahan tanpa alasan, dihukum mati dengan tuduhan melawan rezim, dan ditembak. Umat Islam dilarang menjalankan kewajiban agama secara berjamaah, dan pendapatan mereka diambil dengan cara menerapkan pajak yang tidak manusiawi. Orang-orang hidup di ambang kematian karena kelaparan, dan uji nuklir yang dilakukan persis di depan mereka; akibatnya merekapun terjangkiti penyakit mematikan.
Umat Turki Muslim di Turkistan Timur telah hidup dibawah penjajahan Cina selama 250 tahun. Cina memberi nama "Sinkiang" atau "tanah terjajah" kepada Turkistan Timur, yang merupakan wilayah Muslim, dan menyatakannya sebagai wilayah kekuasaan mereka. Setelah kaum Komunis yang dipimpin Mao mengambil alih wilayah tersebut pada tahun 1949, penindasan terhadap warga Turkistan Timur meningkat bahkan lebih kejam dari sebelumnya. Kebijakan rezim Komunis bertujuan untuk menghancurkan kaum Muslimin yang menolak asimilasi. Mereka yang terbunuh mencapai jumlah yang mengerikan. Jumlah korban yang meninggal antara tahun 1949 dan 1952 mencapai 2.800.000 orang; antara 1952 dan 1957, 3.509.000 jiwa; antara 1958 dan 1960, 6.700.000 orang; antara 1961 dan 1965, 13.300.000 orang terbunuh oleh Tentara Merah Cina atau mati kekurangan pangan akibat ulah rezim tersebut. Bersama dengan pembantaian setelah tahun 1965, jumlah warga Turkistan Timur yang terbunuh mencapai jumlah yang mencengangkan: 35 juta jiwa.
Selain membantai warga Muslim sejak tahun 1949, rezim Cina juga secara sistematis memindahkan orang-orang keturunan Cina untuk menetap di Turkistan. Dampak dari kebijakan ini, yang dilaksanakan pemerintah Cina sejak tahun 1953, sungguh di luar perkiraan. Pada tahun 1953, warga Muslim berjumlah 75% dan Cina 9%, namun hingga tahun 1982 jumlah ini menjadi Muslim 43% dan Cina 40%. Sensus tahun 1990, yang memperlihatkan jumlah populasi Muslim 40% dan Cina 53%, merupakan petunjuk paling penting yang menunjukkan tingkat pembersihan etnis tersebut.
Sementara itu, pemerintahan Cina menggunakan Muslim Turkistan Timur sebagai hewan percobaan dalam uji nuklir mereka. Akibat berbagai uji nuklir, yang dimulai pada tahun 1964, para penduduk setempat telah terjangkiti penyakit mematikan, dan 20.000 bayi cacat telah dilahirkan. Diketahui bahwa jumlah Muslim yang telah meninggal akibat uji nuklir ini adalah 210.000 jiwa. Ribuan orang mengalami cacat anggota tubuh, dan ribuan lainnya terkena penyakit seperti kuning dan kanker.
Antara tahun 1964 hingga kini, Cina telah meledakkan sekitar 50 bom atom dan bom hidrogen. Para ahli Swedia berhasil mengungkap fakta bahwa pengujian nuklir bawah tanah pada tahun 1984 dengan menggunakan bom berkekuatan 150 ton telah mengakibatkan gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter.
Penindasan Cina terhadap bangsa Turki Uighur tidak berhenti sampai di sini. Apa yang dialami selama bulan Februari 1997, saat berbagai peristiwa menyedihkan sedang pecah, merangkum penindasan yang dilakukan oleh Cina. Menurut berita yang sampai ke masyarakat, pada tanggal 4 September, yang merupakan hari raya keagamaan, tentara milisi Cina memukul lebih dari 30 wanita yang sedang berkumpul di mesjid dan membaca Alquran dengan tongkat besi dan menyeret mereka ke markas besar keamanan. Penduduk setempat mendatangi markas tersebut dan meminta agar mereka dibebaskan. Seketika itu tiga tubuh wanita yang telah disiksa hingga tewas dilempar ke hadapan mereka. Hal ini memicu kemarahan, dan bentrokan pun pecah antara mereka dengan pihak keamanan Cina. Antara tanggal 4 hingga 7 September, 200 orang Turkistan Timur kehilangan nyawanya dan lebih dari 3.500 orang Turki Uighur disekap di kamp-kamp. Di pagi hari tanggal 8 September, orang-orang dilarang melakukan sholat hari raya di masjid-masjid di mana mereka telah berkumpul. Menyusul peristiwa ini, bentrokan pun terjadi lagi sehingga jumlah orang yang ditahan, yang telah mencapai 58.000 orang antara April hingga Desember 1996, meningkat menjadi 70.000 orang. Sekitar 100 pemuda ditembak di tempat-tempat umum , dan 5.000 orang warga Turki Uighur ditelanjangi dan dipertontonkan di depan umum secara berkelompok yang masing-masingnya beranggotakan 50 orang.
Apa yang terjadi di Turkistan Timur ini hanyalah satu di antara berbagai penderitaan di abad ke-20. Di setiap penjuru dunia pada abad ke-20, orang-orang dengan agama, ras, atau ideologi yang berbeda-beda membunuh, atau membantai satu sama lain. Bukanlah suatu kebetulan jika pola pikir Darwin berada di balik semua ideologi yang melakukan pembunuhan ini. Sebab, dengan teorinya, Darwin telah memudahkan orang untuk saling membunuh dan membenarkan tindakan mereka.
Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan azab, maka tidaklah diringankan azab bagi mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh. (QS. An-Nahl, 16:85)
Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun. (QS. Ar-Ruum, 30:29)
(Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali 'Imraan, 3:173)
PENINDASAN TIADA HENTI DI CHECHNYA
Meskipun telah diruntuhkan oleh Dzhokar Dudayev, pendudukan Rusia atas Chechnya pada tahun 1991 telah berubah menjadi perang yang sesungguhnya pada tanggal 11 Desember 1994. Hal ini dipicu oleh kerusuhan serius pada bulan Nopember di tahun yang sama. Lebih dari 100.000 warga Chechnya kehilangan nyawa dalam peperangan tersebut, sedangkan puluhan ribu lainnya dipaksa mengungsi. Dalam perang tersebut, Chechnya kehilangan ratusan sumber-sumber bersejarah dan ekonominya. Ketika Rusia mengumumkan bahwa Chechnya adalah "urusan dalam negeri" mereka, tidak terdengar kecaman dari luar. Berton-ton bom dijatuhkan di setiap meter persegi wilayah Chechnya. Terjadi pembersihan etnis, sebagaimana yang belum pernah disaksikan dalam sejarah dunia, dengan menggunakan senjata kimia yang sebenarnya telah dilarang hingga saat ini. Namun, meskipun menghadapi berbagai macam kesulitan yang ada, di bulan Agustus 1996, pasukan Rusia harus mengakui kekalahannya di tangan para pejuang Chechnya, yang sama sekali tidak merasa gentar dan berjuang demi tanah air mereka dengan segenap kekuatan yang mereka miliki.
Rusia, yang harus menerima Chechnya sebagai negara terpisah dalam perjanjian yang ditandangani para pejabat tinggi di bulan Agustus 1996 dan Mei 1997, tampak telah menerima keadaan tersebut. Namun di bulan Oktober 1997, pasukan Rusia memasuki wilayah Chechnya dan mulai melakukan pembunuhan, tanpa membedakan wanita, anak-anak, dan orang tua. Penduduk sipil menjadi sasaran pengeboman yang tiada henti selama berbulan-bulan. Untuk mematahkan perlawanan penduduk, rumah sakit, pasar dan iring-iringan pengungsi secara khusus dipilih sebagai sasaran. Pada akhirnya terungkap bahwa Rusia telah menggunakan bom kimia, rudal scud, dan peluru Napalm dalam perangnya melawan Chechnya. Di samping itu, pihak Rusia mencemari sungai Argun, yang biasa digunakan oleh warga di banyak desa di Chechnya, dengan menggunakan racun. Kebanyakan wanita dan anak-anak yang meminum air yang tercemar tersebut meninggal, sedangkan ratusan lagi menanti ajal mereka di pintu-pintu rumah sakit. Karena air sungai tersebut mengandung racun, maka penduduk sipil yang tidak mampu menemukan sumber air untuk minum atau keperluan lainnya terpaksa menjalani masa-masa yang teramat sulit.
Keadaan para pengungsi juga sangat mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan di tempat-tempat pengungsian menunjukkan sudah terlampau banyaknya jumlah pelanggaran hak-hak asasi manusia. Sekitar 250.000 pengungsi Chechnya yang menyelamatkan diri dari peperangan mendapatkan perlindungan di Ingushetya, sedangkan sisanya di wilayah-wilayah tetangga lainnya. Diberitakan bahwa Rusia telah menghabiskan dana 385 juta dolar untuk membiayai perang tersebut. Pihak Chechnya mengatakan, antara bulan September 1999 dan 25 Juli 2000, sebanyak 1.460 pejuang dan 45.000 penduduk sipil Chechnya telah tewas. Rusia berencana menyapu bersih seluruh pejuang Chechnya yang telah berperang melawan mereka hingga bulan Nopember 2000.
PENGARUH LUAS IDEOLOGI DARWINIS KOMUNIS
Komunisme adalah ideologi yang dimunculkan oleh orang-orang yang hidup di tahun 1800-an. Mereka boleh dikatakan sebagai kalangan yang "tidak memiliki pemahaman yang cukup" tentang ilmu pengetahuan. Karenanya, tidak mengherankan jika kajian dan pernyataan dari ideologi ini telah berulang-ulang terbukti keliru. Di samping itu, ideologi ini telah jelas-jelas memunculkan bencana bagi umat manusia, dan, karenanya, tidak membawa kebaikan. Jadi, salah satu alasan terpenting mengapa pengaruhnya dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat luas di banyak negara adalah ketiadaan pemahaman yang memadai tentang ilmu pengetahuan pada mereka yang menerima ideologi tersebut.
Setelah Revolusi Industri, sebagian masyarakat hidup dalam keadaan sangat miskin, sementara di pihak lain terdapat kalangan yang hidup sangat berkecukupan. Jurang pemisah yang sangat lebar ini memunculkan ketegangan yang rentan terhadap segala bentuk kekacauan yang sengaja dimunculkan dalam kelompok-kelompok masyarakat di sebagian besar negara. Ketegangan terjadi di negara-negara seperti Rusia, yang masih hidup di tingkat masyarakat agraris, dan Cina. Kelompok- kelompok masyarakat yang mendambakan hak dan keadilan pun mengekor di belakang mereka. Akan tetapi, buah yang dihasilkan malah bertentangan yang mereka inginkan. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi yang jauh lebih parah dari sebelumnya. Di satu sisi mereka harus menghindarkan diri dari mati kelaparan, sedangkan di sisi lain mereka menjalani hidup dalam ketakutan dan ancaman pembunuhan yang dapat terjadi kapanpun; juga penyiksaan, pengusiran, dan perampokan.
Telah jelas bahwa ideologi yang didasarkan pada pengingkaran terhadap agama; yang meyakini pertikaian, perseteruan, dan peperangan sebagai satu-satunya landasan berpijak bagi perkembangan dan kemajuan; yang percaya bahwa manusia pada dasarnya adalah binatang; dan yang didasarkan pada gagasan menyimpang bahwa nilai-nilai moral seperti keluarga, kesetiaan, dan persaudaraan yang erat tidaklah perlu dan tidak penting; tidak akan mendatangkan kedamaian, keamanan, kebahagiaan, dan keadilan. Namun kelompok-kelompok masyarakat ini tidak memiliki pandangan ke depan dan pemahaman untuk menilai dan mengkaji hal ini. Mereka melihat foto Karl Marx dan Friedrich Engels, dan menganggapnya sebagai pemikir yang "paling mendalam", "paling susah dimengerti", dan "paling tahu". Mereka melihat penampakan ilmiah yang sebenarnya palsu, kesan mendalam yang hanya di kulit luarnya saja, dan wajah-wajah memukau dari mereka yang mendukung kedua tokoh tersebut, dan terpedaya oleh sihir Komunisme dan materialisme. Padahal, jika mereka masih hidup, mereka akan mengetahui bahwa setiap pemimpin Komunis memiliki pemahaman yang dangkal dan terbelakang, dan mereka adalah orang-orang yang tidak memahami ilmu pengetahuan.
Tak seorang pun yang mereka anggap sebagai pemimpin memiliki pandangan jauh ke depan. Mereka hanya mampu menjalin ikatan dengan kelompok-kelompok masyarakat tersebut dengan mengancam dan menebarkan rasa takut. Mereka adalah orang-orang yang menggunakan kekerasan, kebiadaban, kekejaman, dan pembunuhan sebagai cara dan berpikir sangat dangkal dan terbelakang. Kini banyak orang-orang yang dulunya Komunis telah menyadari betapa sangat besar kesalahan yang telah mereka perbuat di masa lalu, dan menyesalinya. Mereka telah paham bahwa mereka telah mengikuti secara buta cita-cita yang tak akan pernah terwujud, sesuatu yang tak lebih dari sekedar suara lantang namun kosong tak bermakna. Sebagian yang lain menghabiskan waktu dengan berusaha menunjukkan bahwa mereka masih belum meninggalkan ideologinya. Mereka melakukan ini karena tidak mau mengakui kekalahan dan tidak mau menerima kebenaran. Mereka berkata, "Kami suatu saat akan menang."
Suatu masa akan datang ketika ilmu pengetahuan akan mampu menjangkau ke pelosok manapun dan kapanpun, di mana manusia akan mampu mengetahui kebenaran dan kenyataan lebih banyak serta jauh lebih mudah dari sebelumnya. Dengan keadaan seperti ini, berbagai cara untuk mempengaruhi orang, yang menyerupai mantera sihir, dari orang-orang Komunis, Materialis, dan Darwinis, berikut perkataan memikat dan seruan untuk berperang kini telah kehilangan pengaruhnya. Berbagai ideologi rapuh tersebut, yang kekuatannya dapat dihilangkan dengan pengajaran ilmu pengetahuan, akan kehilangan daya pengaruhnya dengan cepat. Sehingga hari-hari yang menyenangkan, damai dan bahagia menanti umat manusia. Yang paling penting lagi, pemahaman tentang kebohongan Darwinisme, dengan bukti yang kokoh, akan mengakhiri riwayat ideologi-ideologi ini.
Kesimpulan: Komunisme adalah Kebiadaban akibat
Berpaling dari Agama
Siapapun yang mencermati pembantaian, pembunuhan, dan penderitaan yang sengaja ditimpakan terhadap manusia oleh orang-orang Komunis, Nazi, atau Kolonialis, akan bertanya-tanya bagaimana para pendukung berbagai paham ini dapat menjauhkan diri mereka sendiri dari sifat-sifat yang umumnya ada dalam diri manusia. Alasan satu-satunya dari kebiadaban dan penindasan yang dilakukan oleh para pemimpin ini adalah hilangnya agama dalam diri mereka dan ketiadaan rasa takut kepada Tuhan. Manusia yang takut kepada Tuhan dan memiliki keimanan yang mantap kepada hari akhir, sudah pasti tidak akan mampu melakukan segala bentuk penindasan, kejahatan, ketidakadilan, dan pembunuhan sebagaimana yang telah kami paparkan. Selain itu, betapapun ia dipengaruhi, seseorang yang beriman kepada Tuhan dan hari akhir tidak akan pernah terseret untuk mengikuti ideologi yang sedemikian menyesatkan.
Namun orang yang tidak beragama dan tidak memiliki rasa takut kepada Tuhan tidak mengenal batas apapun. Seseorang yang meyakini bahwa ia dan makhluk hidup lainnya berevolusi secara kebetulan dari materi tak hidup, yang percaya bahwa nenek moyangnya adalah binatang, dan yang menerima bahwa tiada sesuatu pun selain materi, dapat dengan mudah dipengaruhi untuk melakukan segala bentuk kekejaman. Pada pandangan pertama, orang-orang ini mungkin tampak tidak akan menyakiti siapapun. Namun, pada keadaan tertentu mereka dapat berubah menjadi seorang jagal yang melakukan pembantaian. Mereka mampu menjelma menjadi sosok pembunuh yang memukul atau menjadikan orang-orang kelaparan hanya karena tidak mau mengikuti paham mereka. Mereka dapat berubah menjadi orang-orang yang dipenuhi rasa kebencian, muak, dan permusuhan. Ini dikarenakan cara pandang mereka terhadap dunia mengharuskan hal yang demikian ini terjadi.
Pada tahun 1983, Alexander I. Solzhenitsyn, pemenang hadiah Nobel tahun 1970 untuk bidang literatur, memberikan pidato di London di mana ia berusaha menjelaskan mengapa banyak sekali malapetaka buruk yang telah menimpa rakyatnya:
Lebih dari setengah abad yang lalu, ketika saya masih kecil, saya teringat saat mendengarkan sejumlah orang-orang tua memberikan penjelasan berikut ini atas bencana dahsyat yang menimpa Rusia: "Manusia telah melupakan Tuhan; itulah mengapa semua ini terjadi."
MEREKA YANG TERANIAYA
Pemandangan yang mengisahkan sekelumit tentang kekejaman Komunis terhadap umat manusia. Orang-orang terbaring lemah akibat kelaparan, kehausan, dan rasa putus asa. Mereka hidup dalam kemelaratan, mereka membutuhkan...
Sejak saat itu saya menghabiskan hampir 50 tahun untuk menulis tentang sejarah revolusi kami; dalam proses tersebut saya telah membaca ratusan buku, mengumpukan ratusan kesaksian dari orang-orang, dan telah menyumbangkan delapan jilid karya saya dalam upaya membersihkan puing-puing reruntuhan yang tertinggal akibat petaka tersebut. Tapi, jika sekarang saya diminta untuk mengatakan seringkas mungkin penyebab utama revolusi yang menghancurkan tersebut, yang menelan sekitar 60 juta rakyat kami, saya tidak mampu mengungkapkannya dengan lebih tepat kecuali mengulang perkataan: "Manusia telah melupakan Tuhan; itulah mengapa semua ini terjadi."118
Kesimpulan Solzhenitsyn di atas benar-benar sungguh tepat. Sungguh, satu-satunya hal yang mampu menenggelamkan masyarakat ke jurang kebiadaban sedalam itu, yang menjadikan mereka berpaling dari berbagai bentuk penindasan dan tidak mau berbuat apa-apa, adalah berpalingnya mereka dari Tuhan. Sementara Tuhan tidak pernah lupa dan tidak pernah berbuat salah. Para pemimpin Komunis yang bengis tersebut menyangka bahwa mereka telah membangun sistem mereka sendiri untuk mengatur masyarakat dunia. Mereka beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan dan kekuatan yang luar biasa. Mereka bahkan mengadakan berbagai pertemuan rahasia, di mana meraka berbisik satu sama lain tentang kebiadaban berikutnya yang akan mereka lakukan terhadap rakyat guna memperbesar kekuasaan dan kekuatan mereka. Namun ketika mereka melakukan semua ini, Tuhan mengetahuinya, dan Dia akan memberikan balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat. Dia menyatakan hal ini dalam Alquran:
Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Tidakkan kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya.Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada.Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Mujaadilah, 58:6-7)
Kemudian terdapat golongan orang-orang yang mengikuti para pemimpin kejam ini, yang menjilat dibelakang mereka. Keadaan mereka ini dinyatakan dalam Alquran dalam ayat
"Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (QS.Yuunus, 10:44).
Dengan kata lain, orang-orang ini menzalimi dirinya sendiri dengan melalaikan ajaran Allah dan mengikuti pemimpin-pemimpin Darwinis. Di ayat Alquran lainnya dinyatakan bahwa manusia sendirilah yang sebenarnya memunculkan bencana kejahatan dan kerusakan yang terjadi di dunia:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum, 30:41)
Satu-satunya cara guna mencegah bencana ini agar tidak terulang lagi adalah agar manusia menjalani hidup dengan beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, dan tanpa melupakan bahwa mereka akan mempertanggungjawabkan segala yang telah mereka perbuat. Dan agar manusia hidup di bawah cahaya Alquran, yang Allah turunkan untuk seluruh manusia agar mereka menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia seperti cinta, kasih sayang, kedermawanan, dan kesetiaan, sebagaimana diperintahkan dalam Alquran.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl, 16:97)
Rezim berhaluan Komunis-Darwinis tidak menghargai rakyatnya. Mereka diterlantarkan hingga melarat, dan meninggal dengan mata terbuka. Rusia adalah contoh nyata kekejaman ini.
<< kembali
lanjut >>
DARWINISME: SUMBER KEKEJAMAN KOMUNIS
Abad yang baru saja kita tinggalkan dipenuhi dengan berbagai tindak kekerasan dan kebiadaban. Tidak diragukan lagi, ideologi pembawa bencana terbesar bagi umat manusia di abad tersebut adalah Komunisme, paham yang paling tersebar luas di seluruh dunia. Komunisme, yang mencapai puncak sejarahnya melalui dua tokoh filsuf Jerman, Karl Mark dan Friedrich Engels pada abad ke-19, telah begitu banyak menumpahkan darah di berbagai belahan bumi, melebihi apa yang dilakukan oleh kaum Nazi dan para penjajah. Paham ini telah merenggut nyawa orang-orang yang tidak berdosa, memunculkan gelombang kekerasan, dan menebarkan rasa ketakutan serta putus asa di kalangan umat manusia. Bahkan kini, ketika orang menyebut-nyebut negara Tirai Besi dan Rusia, segera muncul gambaran tentang masyarakat yang terselimuti kegelapan, kabut, rasa putus asa, beragam persoalan, dan ketakutan; serta jalanan yang tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan. Tidak menjadi soal, seberapa dahsyat Komunisme dianggap telah hancur di tahun 1991, puing-puing yang ditinggalkannya masih tetap ada. Tak peduli, meskipun orang-orang Komunis dan Marxis yang "tak pernah jera" tersebut telah menjadi "liberal", filsafat materialis, yang merupakan sisi gelap Komunisme dan Maxisme, dan yang memalingkan manusia dari agama dan nilai-nilai akhlak, masih tetap berpengaruh pada mereka.
Ideologi yang menebarkan ketakutan ke seluruh penjuru dunia ini sebenarnya mewakili pemikiran yang telah ada sejak zaman dahulu kala. Dialektika meyakini bahwa seluruh perkembangan di jagat raya terjadi akibat adanya konflik. Berdasarkan kepercayaan ini, Marx dan Engels melakukan pengkajian terhadap sejarah dunia. Marx menyatakan bahwa sejarah manusia adalah berupa konflik, dan konflik yang ada sekarang adalah antara kaum buruh dan kaum kapitalis. Para buruh ini akan segera bangkit dan memunculkan revolusi Komunis.
Sebagaimana orang-orang materialis, kedua pendiri komunisme ini memendam kebencian yang mendalam terhadap agama. Marx dan Engels, keduanya adalah atheis tulen yang memandang perlunya menghapuskan keyakinan terhadap agama dilihat dari sudut pandang Komunisme.
Tetapi, ada satu hal yang belum dimiliki Marx dan Engels: agar dapat menarik pengikut di kalangan masyarakat secara lebih luas, mereka perlu membungkus ideologi mereka dengan penampakan ilmiah. Inilah awal dari terbentuknya ideologi gabungan berbahaya yang kemudian memunculkan penderitaan, kekacauan, pembunuhan masal, pertikaian sesama saudara, dan perpecahan di abad ke-20. Darwin mengemukakan teorinya tentang evolusi dalam bukunya The Origin of Species. Dan sungguh menarik bahwa pernyataan utama yang ia kemukakan adalah penjelasan yang sedang dicari-cari oleh Marx dan Engels. Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada sebagai hasil dari "perjuangan untuk mempertahankan hidup" atau "konflik dialektika". Lebih dari itu, ia mengingkari penciptaan dan menolak keyakinan terhadap agama. Bagi Marx dan Engels hal ini merupakan kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
Kekaguman Marx dan Engels Terhadap Darwin
Sedemikian pentingnya Darwinisme bagi komunisme sehingga hanya beberapa bulan setelah buku Darwin terbit, Engels menulis kepada Marx, "Darwin, yang (bukunya) kini sedang saya baca, sungguh mengagumkan."78
Marx menjawab tulisan Engels pada tanggal 19 Desember 1860, dengan mengatakan, "Ini adalah buku yang berisi dasar berpijak pada sejarah alam bagi pandangan kita."79
Bapak pendiri Komunisme: Karl Marx dan Friedrich Engels.
KEHANCURAN TEORI SEJARAH MARXIS
Karl Mark, bapak pendiri Komunisme, sangat terpengaruh oleh gagasan Dawin, dan meng-gunakan gagasan ini untuk menjelaskan proses dialektik sejarah. Menurut Marx, masyarakat menempuh tahapan-tahapan yang berbeda dalam sejarah, dan yang menentukan tahap-tahap tersebut adalah perubahan dalam sarana produksi dan hubungan-hubungan produksi. Berda-sarkan pandangan ini, ekonomi menjadi penentu segala sesuatu yang lain. Sejarah melewati beberapa tahapan evolusi: Masyarakat primitif, masyarakat budak, masyarakat feodal, masyarakat kapitalis, dan masyarakat Komunis sebagai tahapan yang terakhir.
Namun, sejarah telah membuktikan sendiri bahwa periode evolusi yang dikemukakan Marx ternyata keliru. Tidak ada masa dalam sejarah masyarakat manapun yang melalui tahapan evolusi sebagaimana yang dikemukakan Marx. Sebaliknya, berbagai sistem yang diyakini Marx terjadi melalui serangkaian tahapan tertentu, malah dapat terjadi dalam waktu yang bersamaan dan dalam masyarakat yang sama pula. Di saat satu wilayah dari suatu negara sedang mengalami sistem yang menyerupai masyarakat feodal, sistem kapitalis berlaku di wilayah lainnya dalam negara yang sama. Jadi, pernyataan bahwa tahapan dari satu sistem ke sistem berikutnya mengikuti pola evolusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Marx dan teori evolusi tidak dapat dibuktikan sama sekali.
Sebaliknya, tak satupun ramalan Marx tentang masa depan menjadi kenyataan. Akhirnya disadari bahwa teori-teori Marx tidak dapat diterapkan dalam waktu 10 tahun setelah kematiannya. Marx menyatakan bahwa secara bergantian, negara-negara maju kapitalis akan mengalami revolusi Komunis. Namun, periode ini tidak pernah terjadi. Lenin, salah seorang pengikut setia Marx, mencoba menjelaskan mengapa revolusi ini belum juga terjadi, dan kemudian membuat ramalan lain bahwa revolusi Komunis akan dialami oleh negara-negara Dunia Ketiga. Namun, sejarah membuktikan ketidakbenaran seluruh pernyataan Lenin. Di masa kini, jumlah negara-negara yang berada di bawah kekuasaan Komunisme dapat dihitung dengan jari tangan sebelah. Selain itu, Maxisme menggunakan kekerasan di setiap wilayah di mana mereka meraih kekuasaan, dan ia berkuasa bukan melalui gerakan yang didukung masyarakat luas, seperti yang diakuinya, melainkan dengan kekuatan diktator.
Singkatnya, sejarah yang baru saja berlalu benar-benar membuktikan kekeliruan periode evolusi sejarah sebagaimana perkiraan filsafat Marxis. Teori seperti "dialektika sejarah" dan "evolusi sejarah" dalam berjilid-jilid buku yang ditulis oleh para ideolog materialis seperti Marx dan Engels, hanyalah hasil khayalan mereka.
Dalam sebuah surat yang ditulis Marx pada tanggal 16 Januari 1861 kepada Lassalle, seorang teman sosialis lainnya, ia mengatakan: "Buku Darwin sangatlah penting dan membantu saya meletakkan dasar berpijak dalam ilmu alam bagi perjuangan kelas dalam sejarah."80 Begitulah, pernyataan ini mengungkap betapa pentingnya teori evolusi bagi Komunisme.
Marx menunjukkan rasa simpatinya terhadap Darwin dengan mempersembahkan karya terpentingnya, Das Kapital, kepada Darwin. Salinan buku jilid pertama karya Marx yang dimiliki Darwin dibubuhi tulisan tangan Marx sendiri, yang menggambarkan dirinya sebagai "pengagum tulus" sang Naturalis Inggris, yakni Darwin.81
Engels juga mengakui kekagumannya pada Darwin dalam pernyataannya:
Alam adalah ujian bagi dialektika, dan perlu dikemukakan...bahwa pada akhirnya, alam berjalan secara dialektik dan bukan secara metafisik...Dalam hal ini, nama Darwin mesti disebut sebelum yang lain82
Engels memuji Darwin dan Marx sebagai dua orang yang memiliki kesamaan, "Sebagaimana Darwin menemukan hukum evolusi pada alam kehidupan, Marx menemukan hukum evolusi pada sejarah manusia," katanya83
Dalam karyanya yang lain, Engels menekankan betapa pentingnya usaha yang dilakukan Darwin dalam membangun sebuah teori yang menentang agama:
Ia (Darwin) telah memberikan pukulan paling keras terhadap gambaran metafisik tentang alam melalui pembuktiannya bahwa alam kehidupan yang ada sekarang - tumbuhan, binatang, dan juga manusia tentunya - adalah hasil dari proses evolusi yang terus berlangsung selama jutaan tahun.84
Selain itu, Engels dengan segera menunjukkan penerimaannya terhadap teori Darwin dengan menulis artikel berjudul "The Part Played by Labour in the Transition from Ape to Man" ("Peran yang Dimainkan Kaum Buruh dalam Peralihan dari Kera ke Manusia".)
Peneliti Amerika, Conway Zirckle, menjelaskan mengapa para pendiri Komunisme segera menerima teori Darwin:
Marx dan Engels menerima evolusi segera setelah Darwin menerbitkan buku The Origin of Species. Evolusi, sudah pasti, hanyalah sesuatu yang dibutuhkan para pendiri komunisme untuk menjelaskan bagaimana manusia muncul menjadi ada tanpa perlu campur tangan kekuatan supernatural apapun, dan karenanya dapat digunakan untuk mengukuhkan landasan filsafat materialistis mereka. Tambahan pula, penafsiran Darwin tentang evolusi - bahwa evolusi telah berlangsung melalui hasil kerja seleksi alam - memberi mereka penjelasan lain di luar penjelasan teologis yang berlaku umum terhadap fakta bahwa semua bentuk kehidupan teradaptasi dengan lingkungan mereka.85
Tom Bethell, dari majalah Harper's, menjelaskan kaitan mendasar antara Marx dan Darwin sebagaimana berikut:
Marx mengagumi buku Darwin bukan karena alasan ekonomis, namun karena alasan yang lebih mendasar bahwa alam semesta menurut Darwin sepenuhnya bersifat materialistik, dan penjelasan tentang hal ini tidak lagi merujuk kepada penyebab yang tidak nampak, yang bukan materi di luar atau di 'balik' alam semesta. Berkenaan dengan hal yang penting ini, Darwin dan Marx benar-benar kawan sejati.86
Kini hubungan antara Darwinisme dan Marxisme adalah kebenaran yang nyata dan diakui setiap orang. Buku-buku yang mengisahkan riwayat hidup Karl Marx senantiasa mengemukakan hal ini secara jelas. Misalnya, sebuah biografi Karl Marx memaparkan hubungan tersebut sebagaimana berikut:
"Darwinisme memunculkan serangkaian kebenaran yang utuh yang mendukung Marxisme, dan membuktikan serta mengembangkan kebenarannya. Penyebaran pemikiran evolusi Darwinis telah menciptakan lahan subur bagi pemikiran Marxis secara keseluruhan untuk diterima oleh kalangan buruh... Marx, Engels, dan Lenin memberikan perhatian sangat besar terhadap pemikiran Darwin dan menekankan nilai ilmiahnya, dengan demikian penyebaran pemikiran ini mengalami percepatan."87
Seperti yang telah kita pahami, Marx dan Engels senang karena merasa yakin bahwa gagasan evolusi Darwin memberikan dukungan ilmiah bagi cara pandang atheis mereka. Namun kegembiraan ini terbukti terlalu dini. Teori evolusi nampak mendapatkan penerimaan yang luas karena dikemukakan di abad ke-19. Teori ini masih penuh dengan kekeliruan karena ketiadaan bukti ilmiah apapun yang mendukungnya. Ilmu pengetahuan, yang berkembang pada paruh kedua abad ke-20, telah mengungkap ketidakabsahan teori evolusi. Ini berarti keruntuhan pemikiran Komunis dan Materialis sebagaimana halnya yang menimpa Darwinisme. (Untuk lebih jelasnya silakan membaca buku Keruntuhan Teori Evolusi karya Harun Yahya). Tetapi, karena para ilmuwan yang berpandangan materialis tahu bahwa keruntuhan Darwinisme juga berarti keruntuhan ideologi-ideologi mereka sendiri, mereka mengusahakan berbagai cara yang mungkin untuk menyembunyikan keruntuhan Darwinisme tersebut dari pandangan masyarakat.
Kekaguman Pengikut Marx dan Engels terhadap Darwin
Para pengikut Marx dan Engels, yang bertanggung jawab atas kematian jutaan orang dan ratusan juta lainnya yang hidup dalam penderitaan, ketakutan, dan kekerasan, menyambut hangat teori evolusi dengan penuh kegembiraan.
John N. Moore berbicara mengenai kaitan antara evolusi dan para pemimpin Uni Soviet yang menerapkan gagasan Marx dan Engels di Rusia:
Pemikiran para pemimpin Uni Soviet berakar kuat pada cara pandang evolusi.88
Adalah Lenin yang menjadikan proyek revolusi Komunis Marx sebagai kenyataan. Lenin, pemimpin pergerakan Bolshevik Komunis di Rusia, bertujuan menjatuhkan rezim Tsar di Rusia dengan kekuatan bersenjata. Kekacauan pasca Perang Dunia I memberi kesempatan yang selama ini dinanti-nantikan kaum Bolshevik. Di bawah pimpinan Lenin, kaum Komunis merebut kekuasaan melalui perjuangan bersenjata dalam bulan Oktober 1917. Menyusul revolusi ini, Rusia menjadi ajang perang sipil berdarah selama 3 tahun antara pihak Komunis melawan para pendukung Tsar.
Seperti para pemimpin Komunis lainnya, Lenin seringkali menegaskan bahwa teori Darwin merupakan landasan berpijak yang sangat penting bagi filsafat materialis dialektika.
Salah satu pernyataannya mengungkap pandangannya tentang Darwinisme:
Darwin mengakhiri keyakinan bahwa spesies binatang dan tumbuhan tidak berkaitan satu sama lain, kecuali secara kebetulan, dan bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan, dan karenanya tidak mengalami perubahan.89
Lenin ve Trotsky
Trotsky, yang dianggap tokoh paling penting dalam revolusi Bolshevik setelah Lenin, kembali menekankan pentingnya Darwinisme. Ia menyatakan kekagumannya atas Darwin sebagaimana berikut:
Penemuan Darwin adalah kemenangan terbesar dialektika di segala bidang kehidupan.90
Menyusul kematian Lenin di tahun 1924, Stalin, yang dikenal luas sebagai diktator paling berdarah sepanjang sejarah dunia, menggantikannya menduduki jabatan pemimpin Partai Komunis. Selama 30 tahun masa pemerintahannya, apa yang dilakukan Stalin hanyalah pembuktian atas kekejaman sistem Komunisme.
Kebijakan penting Stalin yang pertama adalah mengambil alih lahan-lahan milik petani yang berjumlah 80% dari keseluruhan penduduk Rusia atas nama negara. Atas nama kebijakan pengambilalihan dan pengumpulan tanah ini, yang ditujukan untuk menghilangkan kepemilikan pribadi, semua hasil panen para petani Rusia dikumpulkan oleh aparat bersenjata. Akibat yang ditimbulkan adalah bencana kelaparan yang mengenaskan. Jutaan wanita, anak-anak dan orang tua yang tidak mampu mendapatkan apapun untuk dimakan, terpaksa menggeliat kelaparan hingga meninggal. Korban meninggal di Kaukasus saja mencapai 1 juta jiwa.
Stalin mengirim ratusan ribu orang yang mencoba melawan kebijakan ini ke kamp-kamp kerja paksa Siberia yang mengerikan. Kamp-kamp ini, di mana para tahanan dipekerjakan hingga mati, menjadi kuburan bagi kebanyakan mereka. Selain itu, puluhan ribu orang dibunuh oleh polisi rahasia Stalin. Jutaan orang dipaksa mengungsi ke daerah-daerah terpencil di Rusia, termasuk warga Krimea dan Turki Turkestan.
Melalui kebijakan berdarah ini, Stalin telah membunuh sekitar 20 juta orang. Para sejarawan telah mengungkap bahwa kebiadaban ini memberikan kenikmatan tersendiri baginya. Ia merasa sangat senang untuk duduk di mejanya di Kremlin sembari memeriksa daftar mereka yang mati di kamp-kamp konsentrasi atau yang telah dihukum mati.
Selain karena kondisi kejiwaannya, yang paling berpengaruh hingga menjadikannya pembunuh yang demikian kejam adalah filsafat materialis yang ia yakini. Dalam perkataan Stalin sendiri, pijakan utama bagi filsafat ini adalah teori evolusi Darwin. Ia menjelaskan betapa pentingnya pemikiran Darwin:
Tiga hal yang kita lakukan agar tidak melecehkan akal para pelajar seminari kita. Kita harus mengajarkan mereka usia bumi, asal-usul bumi, dan ajaran-ajaran Darwin.91
Ketika Stalin masih hidup, teman dekat semasa kecilnya mengisahkan bagaimana Stalin menjadi seorang atheis dalam buku Landmarks in the life of Stalin (Peristiwa Penting dalam Kehidupan Stalin):
Stalin termasuk diktator paling berdarah sepanjang sejarah. Ia bertanggung jawab atas terbunuhnya puluhan juta manusia, kematian akibat kelaparan dan kemiskinan, dan jutaan lagi yang terlantar tanpa tempat tinggal dan mata pencaharian.
Di usia yang sangat dini, ketika masih sebagai seorang murid di sekolah Kristen, kawan saya Stalin telah memiliki pola pikir yang kritis dan revolusioner. Ia mulai membaca buku Darwin dan menjadi seorang atheis.92
Dalam buku yang sama, G. Glurdjidze, teman Stalin semasa kecil, mengisahkan bagaimana Stalin berhenti mengimani Tuhan dan mengatakan kepadanya bahwa alasannya adalah buku Darwin. Stalin juga memaksanya untuk membaca buku tersebut.93
Salah satu bukti penting tentang keyakinan buta Stalin terhadap teori evolusi adalah penolakan sistem pendidikan Soviet terhadap hukum genetika Mendel di saat ia masih berkuasa. Hukum ilmiah yang telah diterima di seluruh dunia ilmu pengetahuan sejak awal abad ke-20 ini menolak gagasan Lamarck yang menyatakan bahwa "sifat dapatan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya." Ilmuwan Rusia Lysenko melihat hal ini sebagai pukulan hebat terhadap teori evolusi dan, oleh karenanya, merupakan bahaya besar. Ia menyampaikan gagasannya kepada Stalin. Stalin terkesan dengan pemikiran Lysenko dan menempatkannya sebagai kepala sejumlah organisasi ilmiah milik pemerintah. Demikianlah, ilmu genetika, yang telah memberikan pukulan berat bagi evolusi, tidak diterima di organisasi ilmiah atau sekolah manapun di Uni Soviet hingga kematian Stalin.
Di masa Stalin, Uni Soviet telah berubah menjadi wilayah yang penuh kekacauan di mana jutaan nyawa manusia senantiasa terancam. Meski bersih dari kesalahan apapun, mereka dapat diciduk kapanpun untuk menerima siksaan yang belum pernah terbayangkan. Tidak hanya Komunisme, sejarah Fasisme juga dipenuhi dengan perlakuan serupa.
Ketika mengkaji berbagai peristiwa ini, para pengamat sejarah terjebak dalam kesalahan saat mengemukakan bahwa penyebab utama dari segala kebiadaban dan kejahatan ini adalah dikarenakan Lenin, Stalin, Mao, Hitler, dan Mussolini memiliki kepribadian yang tidak stabil dan menderita penyakit kejiwaan. Namun, kebetulan macam apakah ini jika seluruh dunia harus jatuh ke tangan orang-orang yang jiwanya terganggu pada saat yang bersamaan?
Adalah sebuah kebenaran yang jelas dan pasti bahwa orang-orang ini beserta ideologi yang dianutnya, semuanya meminum dari mata air yang sama. Segala kebijakan yang mereka terapkan dikemukakan sebagai sesuatu yang sah dan satu-satunya yang benar berdasarkan sumber yang sama. Singkatnya, di belakang orang-orang ini ada satu pihak lain yang paling bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi. Penyebab munculnya para pemimpin yang tidak manusiawi dan berpenyakit kejiwaan, yang menyeret jutaan manusia untuk mengikuti mereka, dan yang membolehkan mereka melakukan kejahatan, adalah pembenaran dan dukungan yang seolah tampak ilmiah tersebut, yang diberikan kepada mereka oleh filsafat materialis dan Darwinisme.
Mao Tse Tung: Duta Besar Darwin dan Marx di Cina
Ketika Stalin masih memerintah rezim totaliternya, rezim Komunis lain yang menganggap Darwinisme sebagai landasan berpijak ilmiahnya didirikan di Cina. Komunis di bawah pimpinan Mao Tse Tung meraih kekuasaan pada tahun 1949 setelah perang sipil yang panjang. Mao mendirikan rezim penindas dan berdarah, persis seperti sekutunya Stalin, yang memberinya dukungan penuh. Hukuman mati dengan alasan politis yang tak terhitung jumlahnya terjadi di Cina. Di tahun-tahun berikutnya, kelompok pemuda militan Mao yang dikenal sebagai "Pasukan Pengawal Merah" menghempaskan negeri ini dalam tirani ketakutan.
Mao secara terbuka mengumumkan dasar filosofis dari sistem yang ia bangun dengan mengatakan: "Sosialisme Cina didirikan di atas Darwin dan teori evolusi."94
Sebagai Marxis, atheis, dan penganut setia evolusionisme, Mao menetapkan bahwa bahan bacaan yang digunakan dalam program "Lompatan Besar ke Depan" dalam literatur masa kini adalah karya-karya Darwin serta bahan bacaan lain yang mendukung cara pandang evolusi.95
Ketika Komunis Cina meraih kekuasaan di tahun 1950, mereka menggunakan teori evolusi sebagai landasan ideologis mereka. Bahkan pada kenyataannya, kalangan intelektual Cina telah menerima teori evolusi jauh-jauh hari sebelumnya:
Selama abad ke-19, Barat menganggap Cina sebagai raksasa yang sedang tidur, terkungkung dan terjebak oleh tradisi kuno. Beberapa orang Eropa mengetahui betapa bersemangatnya kaum intelektual Cina dalam menangkap gagasan evolusi Darwin, dan melihat di dalamnya terdapat dorongan penuh harapan bagi kemajuan dan perubahan. Menurut penulis Cina Hu Shih (Living Philosophies, 1931), ketika buku Thomas Huxley Evolution and Ethics (Evolusi dan Etika) diterbitkan pada tahun 1898, buku tersebut segera dikagumi dan diterima oleh kalangan intelektual Cina. Orang-orang kaya mendanai penerbitan edisi berbahasa Cina dari buku tersebut agar dapat tersebar luas ke masyarakat.96
Mao Tse Tung
Jadi, orang-orang yang beralih kepada Komunisme dan memimpin revolusi Komunis adalah para intelektual ini, yang "dengan bersemangat telah terpengaruhi" pemikiran Darwin.
Tidaklah sulit bagi Cina waktu itu, bahkan dengan beragam kepercayaan yang mendalam dan sejarah panteistiknya, untuk masuk ke dalam dekapan Darwinisme dan Komunisme. Dalam sebuah artikel di majalah New Scientist, filsuf Darwinis asal Kanada, Michael Ruse, berkata tentang Cina di awal abad ke-20:
Pemikiran ini langsung mengakar, karena Cina secara tabiatnya tidak memiliki hambatan intelektual maupun relijius terhadap evolusi sebagaimana yang seringkali ada di Barat. Sungguh, dalam beberapa hal, Darwin terlihat hampir mirip orang Cina!... pemikiran para penganut Taoisme dan Neo-Konghucu selalu menitikberatkan pada "kebendaan" manusia. Kekerabatan kita dengan binatang bukanlah hal yang mengejutkan... Kini, filsafat yang resmi adalah Leninisme Marxis (atau sejenisnya). Namun, tanpa pendekatan materialis sekuler dari Darwinisme (di sini diartikan sebagai filsafat sosial secara lebih umum), tidak akan tersedia lahan subur bagi Mao dan para pendukung revolusinya untuk menebarkan benih dan menuai hasil panen mereka.97
Sebagaimana pernyataan Michael Ruse di atas, dengan berakar kuatnya pemikiran Darwin, Cina dengan mudah menganut Komunisme. Masyarakat Cina, yang terpedaya oleh pemikiran Darwinis, berdiam diri dan menyaksikan semua pembantaian oleh Mao Tse Tung, salah seorang pembunuh kejam yang tercatat dalam sejarah.
Komunisme menyebabkan perang gerilya, aksi terorisme berdarah, dan perang sipil di banyak negara, tidak hanya di Cina. Turki termasuk salah satu di antaranya. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, kelompok-kelompok yang mengangkat senjata melawan negara telah menyeret Turki ke kancah terorisme dengan tujuan mengadakan revolusi Komunis di negara tersebut. Setelah tahun 1980, terorisme Komunis bergabung dengan arus separatisme dan menjadi penyebab atas kematian puluhan ribu warga Turki, polisi, serta tentara selama menjalankan tugas mereka.
Ideologi Komunis, yang telah menyebabkan pertumpahan darah di dunia selama 150 tahun senantiasa berjalan beriringan dengan Darwinisme. Bahkan kini, kalangan Komunis adalah pendukung terdepan Darwinisme. Kapanpun seseorang mengamati kelompok-kelompok yang keras kepala mendukung teori evolusi, di hampir setiap negara, ia akan menyaksikan para penganut Marxisme di barisan terdepan kelompok tersebut. Sebab, sebagaimana perkataan Karl Marx, teori evolusi memberikan dasar berpijak bagi ideologi Komunis dari segi ilmu alam, dan memberikan pembenaran ilmiah terpenting, meskipun keliru, bagi pengingkaran kaum Komunis terhadap agama.
Di Balik Eratnya Hubungan antara Darwinisme dan Komunisme: Kebencian terhadap Agama
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, alasan terpenting yang menjadikan kuatnya keyakinan kaum materialis dan Komunis terhadap Darwinisme adalah dukungan yang nyata-nyata diberikan Darwinisme kepada atheisme. Filsafat Materialis telah ada sepanjang sejarah, tetapi hingga abad ke-19 kebanyakan pemikiran para filsuf terbatas hanya pada teori semata. Alasan terpenting mengapa demikian adalah hingga saat itu para ilmuwan yang ada beriman kepada Tuhan dan meyakini adanya penciptaan. Namun pada abad ke-19 filsafat materialis dan teori Darwin mulai diterapkan pada ilmu-ilmu kealaman. Darwinisme adalah landasan utama bagi budaya anti agama kaum materialis yang terjadi pada abad ke-19 dan yang paling terasa dampaknya di abad ke-20.
Berbagai ideologi yang lahir dari budaya materialis ini, sebagaimana yang telah kami ulas sebelumnya, menyulut pecahnya dua perang dunia, perang sipil yang tak terhitung, tindakan terorisme, pembasmian etnis, pemusnahan dan kebiadaban. Akibat serangkaian bencana ini, puluhan juta manusia kehilangan nyawa, ratusan juta orang tertindas dan harus menderita perlakuan paling buruk.
Para teroris yang terpengaruh oleh pandangan materialis-Darwinis, sebagaimana binatang yang mereka yakini sebagai asal-usul mereka, pergi jauh ke gunung dan tinggal di gua-gua dalam keadaan yang memprihatinkan. Mereka dapat membunuh manusia tanpa perlu berpikir panjang, dan menghabisi nyawa bayi, orang tua dan orang tak berdosa. Tanpa memandang diri sendiri dan orang lain sebagai makhluk hidup ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan ruh, akal, hati, dan pemahaman, mereka memperlakukan satu sama lain sebagaimana halnya binatang memperlakukan sesamanya. Penghancuran lusinan gereja dan masjid oleh Stalin hanyalah satu bentuk kebencian Komunis terhadap agama.
Dalam bukunya "The Long War Against God" (Perang Panjang Melawan Tuhan), Henry Morris menjelaskan kaitan tersebut sebagaimana berikut ini:
Meskipun secara ilmiah memiliki banyak kekurangan, sifat ilmiah yang dianggap ada pada evolusi telah biasa digunakan untuk membenarkan semua bentuk sistem beserta penerapannya yang anti-Tuhan. Yang paling berhasil, sejauh ini, tampaknya adalah komunisme, dan para pengikutnya di seluruh dunia telah terperdaya untuk berpikir bahwa komunisme pasti benar karena didasarkan pada ilmu evolusi.98
Selama dan setelah revolusi Bolshevik, terjadi banyak pengrusakan terhadap simbul-simbul keagamaan. Gereja dan masjid dihancurkan. Benda-benda bernilai seni di dalam gereja dijarah, sebagaimana tampak dalam gambar.
Permusuhan Komunisme dan materialisme terhadap agama menjelma dalam berbagai bentuk kekerasan selama pemberontakan Bolshevik. Bangunan gereja dan masjid dihancurkan. Di antara yang tidak diakui keberadaannya dan tidak digolongkan dalam "masyarakat sosialis baru", terutama adalah kaum agamawan. Meskipun kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat adalah agamis, mereka dipersulit untuk melaksanakan kewajiban agama mereka. Dalam rangka menjadikan Minggu, saat orang Kristiani pergi ke gereja, bukan sebagai hari suci, gagasan tentang hari libur bersama dihilangkan. Setiap orang bekerja selama 5 hari, tapi hari libur mingguan dapat diambil kapan saja. Kebijakan ini sengaja diberlakukan kaum komunis "untuk membantu usaha penghapusan agama".99 Menyusul kebijakan ini, pada tahun 1928 dan 1930, pajak yang wajib dibayar oleh kaum agamawan dinaikkan 10 kali lipat, kupon untuk mendapatkan jatah makanan ditarik , dan mereka tidak lagi diperbolehkan mendapatkan layanan kesehatan. Ini berarti mereka tidak lagi menikmati hak-hak mereka sebagai warga sipil. Mereka seringkali ditangkap, dipindahkan dari tempat tugas mereka dan diasingkan. Hingga tahun 1936, sekitar 65 persen masjid dan 70 persen gereja yang ada telah dihancurkan.
Perlakuan paling kejam terhadap kaum agamawan terjadi di Albania. Pemimpin Komunis di Albania, yang dikenal tidak beragama, adalah Enver Hodja, yang pada tahun 1967 mengumumkan Albania sebagai negara pertama "tanpa agama". Para agamawan dipenjarakan tanpa alasan apapun, dan beberapa dari mereka dibunuh selama dalam tahanan. Pada tahun 1948 dua orang uskup dan 5.000 orang agamawan ditembak. Orang-orang Muslim juga mendapat perlakuan yang sama. Lembaran berita bulanan Nendori¬ mengumumkan bahwa 2.169 masjid dan gereja telah ditutup, 327 di antaranya adalah tempat ibadah Katolik.
Alasan dari semua kebijakan ini, tidak diragukan lagi, adalah cita-cita Komunisme dalam rangka membentuk masyarakat yang secara buta mengingkari keberadaan Tuhan, yang tidak lagi bersentuhan dengan agama, dan hanya meyakini dan menghargai segala yang bersifat materi. Pada kenyataannya, inilah sasaran utama yang ingin dicapai Komunisme. Sebab, para pemimpin Komunis paham bahwa mereka hanya dapat memerintah sekehendak hati mereka orang-orang yang berkepribadian seperti mesin, tidak lagi memiliki kepekaan, tidak berperasaan, dan, di atas itu semua, yang tidak lagi merasa takut kepada Tuhan. Dengan masyarakat seperti ini, para pemimpin Komunis dapat mendorong mereka melakukan pembunuhan dan penindasan sebanyak dan sekejam yang mereka kehendaki. Darwinisme telah mengukuhkan paham atheisme dan membenarkan segala bentuk penindasan, kekejaman, pertikaian, dan pembunuhan yang kesemuanya dilarang dalam agama. Segala tindakan inilah yang dianjurkan Darwinisme agar dilaksanakan oleh semua ideologi yang telah menumpahkan darah dan menganggap kehidupan tidak berharga di abad ke-20. Itulah sebabnya mengapa abad yang lalu dipenuhi peperangan, pembantaian, pemberontakan, tindak kekerasan, pertikaian dan permusuhan yang tak berkesudahan.
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat. (QS. Al Baqarah, 2:114).
Penindasan dan Kekerasan oleh Kaum Komunis-Darwinis
Memunculkan kekacauan dan ketakutan adalah dua senjata sangat penting yang selalu digunakan Marxisme dan komunisme. Kecenderungan Marxisme kepada terorisme dan kekerasan tampak dalam percobaan di distrik Paris ketika Marx masih hidup. Terorisme, secara khusus menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ideologi Komunis dengan Lenin, ketika ia sedang menerapkan teori Marx. Kaum komunis menumpahkan darah jutaan manusia di setiap tempat di bumi, dan membuat orang mengalami penderitaan, ketakutan, dan kekejaman dengan mendirikan organisasi-organisasi teroris. Sebagaimana yang akan tampak di halaman-halaman berikutnya, kini semua pemimpin Komunis dikenang karena penindasan dan pembunuhan yang mereka lakukan. Meskipun demikian, masih saja ada sejumlah kalangan yang memajang foto para pembunuh kejam yang bersimbah darah ini pada dinding-dinding mereka, dan masih menerima orang-orang bengis ini sebagai guru mereka.
Orang-orang Komunis menegaskan bahwa kekejaman dan terorisme bukanlah perbuatan mereka dan bahwa tindakan biadab ini hanya terjadi dalam penerapan Komunisme oleh sejumlah perorangan. Mereka juga berupaya memutihkan nama Komunisme. Namun, apapun usaha mereka, terdapat sebuah kebenaran yang tidak dapat disangkal: Para Pendiri Komunisme secara pribadi membela kekerasan dan terorisme dan memandangnya sangat penting bagi ideologi mereka. Pakar ilmu politik Amerika, Samuel Francis, mengatakan tentang hal ini:
Marx dan Engels pada dasarnya menegaskan secara khusus bahwa revolusi akan selalu diwarnai kekerasan dan para pelaku revolusi harus menggunakan kekerasan melawan para penguasa, dan dalam beberapa hal mereka benar-benar menampakan dukungan terhadap terorisme.100
La revolución comunista fue muy sangrienta. Decenas de millones de personas fueron masacradas y asesinadas brutalmente. Los líderes comunistas ordenaron que todo el que se le opusiese sea liquidado.
Karl Marx mengatakan "pemberontakan adalah seni sebagaimana halnya berperang" dan menggunakan perkataan Danton, salah seorang tokoh terpenting dalam "politik revolusioner", sebagai pegangan utama: de l'audace, de l'audace, encore de l'audace" (Serang, serang, dan serang lagi!)101 Terdapat pernyataan yang jelas oleh Lenin tentang keharusan menggunakan terorisme secara sistematis. Di bawah ini beberapa di antaranya:
Pada kenyataannya, negara tidak lain adalah mesin untuk menekan kebebasan satu kelas oleh kelas lain. Pemerintahan diktator adalah kekuasaan yang didasarkan secara langsung pada kekuatan dan tidak dibatasi oleh hukum... Pemerintahan diktator revolusioner kaum buruh adalah kekuasaan yang dimenangkan dan dipertahankan dengan menggunakan kekerasan oleh kaum buruh terhadap kaum kaya, sebuah pemerintahan yang tidak dibatasi oleh hukum apapun.102
Kita sama sekali tidak menentang pembunuhan politis... Hanya ketika berkaitan langsung dan erat dengan pergerakan massa, aksi teroris perorangan benar-benar mampu dan pasti membuahkan hasil.103
Agar menjadi sebuah kekuatan, para buruh yang sadar akan kedudukannya harus memperoleh mayoritas yang mendukungnya. Selama tidak ada kekerasan yang digunakan untuk melawan masyarakat, maka tidak ada cara lain untuk meraih kekuasaan.104
Ketika berbicara pada pertemuan para buruh, Lenin melontarkan pernyataan mengerikan tentang betapa terorisme sangat penting bagi mereka:
Jika massa tidak bangkit secara tiba-tiba, tak satupun yang akan tercapai... Sebab, selama kita gagal menghukum para spekulan seperti yang sepatutnya mereka terima - dengan menembakkan peluru di kepala mereka - kita tidak akan meraih apapun. 105
Salah seorang pemimpin utama Revolusi Oktober di Rusia, Trotsky, mengatakan berikut ini untuk membenarkan perkataan Lenin:
Tetapi revolusi benar-benar memerlukan kaum revolusioner sehingga ia meraih tujuannya dengan segala cara yang ada - jika perlu dengan mengangkat senjata, bahkan Terorisme.106
PENINDASAN DI RUSIA
Gambar di samping melukiskan kekejaman yang berlangsung selama revolusi di Rusia.
Trotsky bahkan melangkah lebih jauh lagi dalam pidatonya yang lain,
Satu-satunya pilihan kita sekarang adalah perang sipil. Perang sipil adalah perjuangan untuk mendapatkan makanan... Hidup perang sipil!107
Prinsip-prinsip para perumus teori Komunis seperti Lenin dan Trotsky ini diterapkan dalam revolusi Bolshevik di Rusia. Selama masa revolusi di musim gugur tahun 1917, mulailah terjadinya pembantaian secara meluas, perampasan, dan kekerasan yang sulit dipercaya. Orang-orang yang menentang atau dicurigai menentang revolusi dikumpulkan tanpa alasan, ditangkap dan ditembak. Rumah-rumah dirampok dan dihancurkan. Terorisme, yang dimulai dengan Lenin dan Trotsky, berlanjut terus dan menjadi semakin buruk pada masa Stalin.
Akibat kelaparan yang terjadi pada tahun 1921-1922 karena ulah rezim Komunis. Pemandangan di atas memperlihatkan korban bencana kelaparan ini.
Harrison E. Salisbury dari The New York times melukiskan kamp-kamp penjara Soviet sebagaimana berikut:
...sebuah benua yang keseluruhannya adalah teror... Dibanding dengan mereka yang telah menyebabkan ratusan ribu hukuman mati dan jutaan orang mati selama masa teror Soviet, pemerintahan Tsar terlihat lebih baik... Otak kita sulit membayangkan kejahatan rutin dan sistematis di mana tiga atau empat juta, atau bahkan lebih, pria dan wanita dihukum setiap tahun dengan kerja paksa dan pengasingan untuk selamanya - dan sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja sehingga seringkali para tahanan tidak diberitahu tentang hukuman mereka...108
Orang-orang selain Rusia, dan khususnya Turki Krimea, Turki Asia Tengah, dan Kazakh, tak luput dari terorisme Soviet. Pengadilan khusus, troiki, didirikan untuk membersihkan masyarakat Rusia dari orang-orang Kazakh. Di bulan Oktober 1920 para troiki ini menghukum mati lebih dari 6.000 orang, dan perintah ini dilaksanakan dengan segera. Keluarga, dan kadang kala tetangga, dari mereka yang menentang rezim dan yang tidak tertangkap, disandera secara sistematis dan dikirim ke kamp-kamp penampungan. Martin Latsis, kepala salah satu kamp ini di Ukraina dalam salah satu laporannya mengakui bahwa ini adalah kamp kematian:
Pengambilan hasil panen pertanian warga Ukraina oleh pemerintah Rusia menyebabkan mereka mati kelaparan.
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo'a: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau". (QS. An-Nisaa, 4:75)
Dikumpulkan bersama-sama di kamp dekat Maikop, para sandera, wanita, anak-anak dan orang tua bertahan hidup dalam keadaan yang paling mengenaskan, dalam dingin dan lumpur di bulan Oktober... Mereka sekarat seperti lalat. Para wanita bersedia melakukan apa saja agar tidak mati. Para tentara penjaga kamp memanfaatkan kesempatan ini dan menjadikan mereka pelacur.109
Pengaruh Darwin menjadikan para pelaku revolusi Komunis membunuh manusia dengan penuh kegilaan. Dokumen-dokumen yang ada waktu itu memperlihatkan bahwa tujuan utama mereka adalah pemusnahan masyarakat secara keseluruhan. Seolah mereka percaya bahwa semakin banyak orang yang mereka bunuh, semakin besar keberhasilan yang akan mereka raih. Rencana mereka untuk melenyapkan setiap orang yang mereka curigai menentang revolusi terungkap dalam salah satu keputusan mereka:
Pyatigorsk Cheka (Panitia Luar Biasa untuk Perang Melawan Anti-Revolusi) dengan seketika memutuskan untuk menghukum mati 300 orang per hari. Mereka membagi kota menjadi sejumlah distrik dan mengambil kuota orang dari tiap-tiap distrik, dan memerintahkan Partai untuk menuliskan daftar hukuman mati...Di Kislovodsk, karena kehabisan ide yang lebih baik, diputuskan untuk membunuh orang-orang yang ada di rumah sakit.110
Sebagaimana diumumkan dalam artikel utama surat kabar Krasnyi Mech (Pedang Merah) yang pro-Komunis, orang-orang Komunis melihat segala hal diperbolehkan dan percaya bahwa darah harus ditumpahkan agar terbentuk warna pada bendera Merah .
Bagi kita, segalanya diperbolehkan, sebab kitalah yang pertama kali mengangkat pedang bukan untuk menindas ras-ras dan menjadikan mereka budak, namun untuk membebaskan umat manusia dari belenggunya... Darah? Biarkan darah mengalir seperti air! Biarkan darah untuk selamanya membasahi bendera hitam bajak laut yang dikibarkan orang-orang kaya, dan biarkan bendera kita berwarna merah darah selamanya! Sebab, hanya dengan kematian dunia lama kita dapat membebaskan diri kita sendiri selamanya dari kembalinya orang-orang kaya itu!111
Disamping segala bentuk penyiksaan ini, Stalin juga membentuk "satuan petugas pengumpul" untuk mengumpulkan hasil panen para petani secara paksa. Satuan ini bertanggungjawab atas segala bentuk penindasan yang mereka lakukan. Pada tanggal 14 Februari 1922 seorang petugas pengawas menulis:
Penyalahgunaan kedudukan oleh satuan petugas pengumpul, secara jujur, kini telah mencapai tingkat yang sungguh sulit dipercaya. Secara sistematis, para petani yang ditahan semuanya disekap dalam gudang-gudang besar tanpa diberi penghangat ruangan; mereka kemudian dicambuk dan diancam dengan hukuman mati. Mereka yang belum memenuhi seluruh kuota mereka diikat dan dipaksa berlari dengan telanjang di sepanjang jalanan utama desa dan kemudian disekap di gudang lain tanpa penghangat ruangan. Sejumlah besar wanita dipukuli hingga pingsan dan kemudian dilemparkan ke dalam lubang yang digali di salju dalam keadaan telanjang...112
"Satuan Petugas Pengumpul" hasil panen dibentuk oleh Stalin; selain menyiksa, mereka juga merampas hasil panen para petani. Mereka yang tidak mampu mendapatkan hasil panen yang cukup untuk diserahkan kepada petugas pemerintah, disiksa dengan beragam cara hingga tewas. Gambar di samping memperlihatkan nasib rakyat yang mengenaskan di bawah pemerintahan Komunis.
Stalin percaya bahwa Spanyol adalah negeri yang memberi banyak kesempatan baik bagi Uni Sovyet, dan turut campur dalam urusan negara tersebut akan mendatangkan keuntungan. Karena itu ia memihak dan mendukung kaum Komunis pada Perang Sipil Spanyol. Namun, dengan begitu wabah terorisme di Uni Sovyet merebak ke Spanyol. Salah satu contoh penindasan dan penyiksaan yang ada di sana adalah kamp konsentrasi yang menampung 200 orang anti Stalin di awal tahun 1938. "Ketika para Stalinis memutuskan untuk membentuk Cheka," salah seorang korban mengisahkan:
Ada sebuah pekuburan kecil yang dibersihkan di dekat sini. Para Chekis memiliki gagasan yang sangat jahat: mereka akan membiarkan makam-makam di pekuburan itu terbuka, dengan tulang-belulang dan tubuh membusuk yang terlihat jelas. Di sinilah mereka menyekap orang dengan pelanggaran-pelanggaran paling berat. Mereka memiliki beberapa cara penyiksaan tertentu yang sangat keji. Banyak tahanan yang digantung terbalik pada bagian kakinya selama berhari-hari . Sebagian yang lain mereka kunci dalam lemari kecil dengan hanya satu lubang kecil di dekat wajah untuk bernapas... Salah satu perlakuan paling buruk dikenal dengan "laci"; para tahanan dipaksa berjongkok di dalam kotak kecil selama beberapa hari. Beberapa di antaranya ada yang dibiarkan di sana dan tidak dapat bergerak selama delapan hingga sepuluh hari.113
Pada tahun 1931 Paus Pius XI menuturkan pendapatnya tentang kekejaman yang ditimbulkan Komunisme kepada dunia dalam sebuah surat yang diedarkan ke semua uskup Katolik Roma di seluruh dunia, Quadragesimo Anno:
Komunisme mengajarkan dan berusaha mewujudkan dua hal: peperangan antar kelas yang tanpa henti dan penghapusan penuh kepemilikan pribadi. Ini dilakukan tidak secara rahasia atau dengan cara tersembunyi, tapi secara terbuka, dan menggunakan sarana apapun yang mungkin, bahkan yang paling kejam sekalipun. Untuk mencapai tujuan ini, Komunisme merasa tidak ada yang perlu ditakuti untuk dilaksanakan, dan tidak menghormati dan menghargai apapun. Ketika berkuasa, kebiadaban dan perlakuannya yang tidak manusiawi sungguh melampaui batas. Paham ini meninggalkan puing-puing pembantaian dan penghancuran yang mengerikan. Wilayah Eropa Timur dan Asia yang terbentang luas menjadi bukti akan hal ini.114
Sebagaimana tertera dalam kutipan di atas, tujuan utama Komunisme adalah perang antar kelas yang tidak mengenal belas kasih, dan penghapusan total kepemilikan pribadi. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk menerapkan teori evolusi, yang telah diterapkan Darwin dalam bidang biologi, kepada masyarakat manusia, dan agar umat manusia berada dalam keadaan bertikai, berperang, layaknya binatang-binatang liar di alam.
Bencana akibat Komunisme tidak hanya berlaku di Rusia. Di antara sekian negara yang menjadi lahan penyebaran Komunisme dan yang sekaligus menderita bencana terburuk akibat paham ini adalah Cina.
Sang Darwinis Mao Tse Tung dan Pembantaian yang Dilakukannya
Pemimpin Komunis Cina, Mao, memiliki dua orang panutan: Darwin dan Stalin. Kedua nama ini, yang menyatu dalam kepribadian Mao, telah menyebabkan bencana besar dan meninggalkan jejak mereka pada masa kegelapan yang cukup lama dalam sejarah Cina. Sekitar 6 hingga10 juta orang dibunuh secara langsung di bawah arahan Mao Tse Tung. Puluhan juta para penentang revolusi menghabiskan sebagian besar masa hidup mereka di penjara, di mana 20 juta di antaranya meninggal. Antara 20 dan 40 juta orang meninggal karena kelaparan pada tahun 1959-1961, dalam masa yang dinamakan "Lompatan Besar ke Depan," akibat kebijakan kejam Mao. Pembantaian di lapangan Tianamen pada bulan Juni 1989 (yang menewaskan sekitar 1.000 orang) memberikan satu gambaran tentang apa yang dialami Cina dalam sejarah masa kininya. Pembunuhan dan pembersihan etnis terhadap penduduk Turki Mus lim di Turkistan Timur masih terus berlangsung.
Kebiadaban dahsyat dan hal-hal yang suilt dipercaya terjadi ketika revolusi Komunis berlangsung di Cina. Rakyatnya, yang berada dalam pengaruh hipnotisme massal, mendukung segala jenis pembantaian dan menunjukkan dukungan mereka dengan berteriak-teriak saat menyaksikan pembunuhan. Buku Le Livre Noir du Communisme (Buku Hitam Komunisme), yang disusun oleh sekelompok sejarawan dan pengajar, menjelaskan tindakan biadab Komunisme sebagai berikut:
Kaum Komunis pendukung Mao menghukum dengan sangat kejam siapapun yang melawan mereka dalam perang sipil. Mereka dihina di hadapan masyarakat sebelum akhirnya dibunuh.
Seluruh warga diundang untuk menghadiri pengadilan terbuka terhadap "orang-orang yang menentang revolusi," yang hampir dipastikan akan dihukum mati. Setiap orang turut serta menghadiri hukuman mati tersebut, dan berteriak "bunuh, bunuh" kepada Pasukan Penjaga Merah yang tugasnya memotong-motong tubuh korban. Kadang potongan-potongan ini dimasak dan dimakan, atau secara paksa diberikan untuk dimakan oleh anggota keluarga korban yang masih hidup dan yang menyaksikan peristiwa tersebut. Setiap orang kemudian diundang dalam sebuah perjamuan, di mana hati dan jantung dari para bekas pemilik tanah dimakan secara bersama-sama, dan ke pertemuan di mana para pembicaranya akan beridato di hadapan barisan potongan kepala yang masih tertancap segar di atas tiang-tiang. Kesenangan pada kanibalisme kejam ini, yang di kemudian hari menjadi sesuatu yang lazim di bawah rezim Pol Pot, seolah menghidupkan kembali sosok pemimpin dari Asia Tenggara yang hidup di masa silam yang seringkali muncul di saat-saat terjadinya malapetaka dalam sejarah Cina.115
Sejumlah pemimpin partai di Cina dituduh sebagai kapitalis. Rambut kepala mereka dicukur di hadapan masyarakat dan kemudian dihukum mati.
Hukuman mati terhadap seorang wanita Cina bernama Wang Souxin. Uang untuk membayar peluru yang digunakan dalam hukuman mati ini diambil dari keluarga korban.
MEDAN PEMBANTAIAN POL POT DAN KHMER MERAH
Antara tahun 1975 dan 1979, selama pemerintahan Pol Pot, dua dari tujuh juta penduduk Kamboja terbunuh. Ketika kita menyaksikan pembu-nuhan yang dilakukan Pol Pot, yang bermimpi mendi-rikan negara Komunis yang sempurna, dari segi persen-tasi jumlah penduduk, pembunuhan yang dilakukannya jauh lebih besar dari yang dilakukan Hitler dan Stalin. Yang menjadi sasaran utama Pol Pot adalah anggota masyarakat seperti para dokter, insinyur, ilmuwan, singkatnya para intelektual negeri tersebut, yang telah ia bunuh. Bahkan ia memerintahkan agar "setiap orang yang berkacamata" dibunuh. Akibat pembunuhan yang tidak manusiawi ini, terciptalah "ladang-ladang pembantaian" yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Alur berpikir yang digunakan oleh para petinggi Khmer Merah untuk membenarkan pembantaian mereka terangkum dalam perkataan ini: "Mempertahankan anda tidak ada untungnya, kehilangan anda tidak ada ruginya". Mereka membunuh setiap orang yang mereka anggap, atau mereka curigai sebagai, tidak berguna atau berbahaya. Setidaknya setiap keluarga telah kehilangan salah satu anggotanya dalam pembantaian in.
Pol Pot, yang menganggap hidup manusia tidak berharga, percaya bahwa keberadaan keluarga merupakan hambatan bagi rencana radikalnya untuk mewujudkan sosialisme di masa depan. Ia berusaha menghapuskan gagasan tentang keluarga dengan mencerai-beraikan keluarga dan mewajibkan masyarakat untuk hidup di tempat-tempat hunian milik bersama. Kebijakan yang sama telah diterapkan oleh Stalin di Rusia. Pertama-tama, tanah-tanah milik para petani diambil alih, kemudian petak-petak tanah berukuran kecil dikembalikan di daerah yang sengaja terpencar dan terpisah sangat jauh satu sama lain. Akibat dari semua ini, suatu keluarga yang hendak menggarap lahan mereka, yang hanya terdiri dari petak-petak lahan yang sempit, diharuskan hidup terpisah satu sama lain.
Robert Templer, Pol Pot's Legacy of Horror, The Age, April 18, 1998, http://dithpran.org/PolPotegacy.htm
Rezim Pol Pot dan Khmer Merah menjadikan negerinya "Ladang-Ladang Pembantaian".
Pengalaman Pahit Kebiadaban Komunis
Kebiadaban serupa juga dialami di setiap negara yang dikuasai Komunisme, di antaranya adalah Kamboja, Korea Selatan, Laos, Vietnam. Eropa Timur dan negara-negara Afrika. Akibat kekejaman berdarah ini dilukiskan dalam buku The Black Book of Communism (Buku Hitam Komunisme) sebagaimana berikut ini:
Kejahatan-kejahatan ini cenderung mengikuti suatu pola yang dapat dikenali meskipun dilakukan oleh rezim dengan cara yang berbeda-beda hingga tingkat tertentu. Pola tesebut termasuk: hukuman mati dengan berbagai cara, seperti ditembak, digantung, ditenggelamkan, pemukulan, dan, pada sejumlah kasus, pemberian gas beracun, zat racun atau "kecelakaan mobil"; penghancuran penduduk dengan memunculkan bencana kelaparan, dengan cara kelaparan yang sengaja dibuat, penimbunan bahan makanan, atau keduanya sekaligus; pengusiran, yang dengannya kematian dapat terjadi dalam perjalanan (akibat keletihan jasmani, atau penyekapan di ruangan tertutup), di tempat tinggal seseorang, atau dengan cara kerja paksa (keletihan, penyakit, kelaparan, dan kedinginan). Periode yang digambarkan sebagai masa "perang sipil" keadaannya lebih parah lagi - tidak selalu mudah untuk membedakan peristiwa yang disebabkan oleh peperangan antara para penguasa dan pemberontak, dan kejadian-kejadian yang pantas disebut sebagai pembantaian penduduk sipil.
Meskipun demikian, kita harus dapat mengira-ngira. Perkiraan kasar berikut, berdasarkan perkiraan tidak resmi, memberikan kita gambaran tentang tingkat kejahatan ini:
Uni Soviet: 20 juta korban jiwa
Cina: 65 juta korban jiwa
Vietnam: 1 juta korban jiwa
Korea Utara: 2 juta korban jiwa
Kamboja: 2 juta korban jiwa
Eropa timur: 1 juta korban jiwa
Amerika Latin: 150.000 korban jiwa
Afrika: 1,7 juta korban jiwa
Afghanistan: 1,5 juta korban jiwa
Pergerakan Komunis dunia dan partai-partai Komunis yang tidak berkuasa: sekitar 10,000 korban jiwa
Total mendekati 100 juta korban jiwa. 116
Semua rezim dan organisasi Komunis yang berbeda-beda ini memiliki kondisi kejiwaan yang sama: mereka telah sama sekali kehilangan segala rasa kemanusiaan seperti rasa iba, keadilan, dan kasih sayang. Tiba-tiba saja, masyarakat manusia telah menjadi ladang-ladang peperangan dan pembantaian, tempat para binatang buas berjuang untuk hidup dan mendapatkan makanan. Sebagaimana seekor binatang buas yang berkelahi dengan sesama jenisnya demi memperebutkan makanan dan wilayah kekuasaan, orang-orang ini pun berperilaku sama, layaknya "binatang". Karena kemunculan Darwin telah mengajarkan kepada mereka bahwa mereka pada dasarnya adalah binatang, dan karena binatang berkelahi agar dapat bertahan hidup, maka mereka pun mesti melakukan hal yang sama.
Pergerakan yang tidak berperikemanusiaan ini merasa bahwa mereka telah memperoleh kehormatan dengan mengenakan topeng ilmiah palsu. Satu-satunya alasan mengapa para pemimpin Bolshevik mampu berbicara lantang dan terbuka mengenai penyerangan, terorisme, dan pembantaian adalah pembenaran yang mereka dapatkan dari teori evolusi Darwin. Dalam bukunya Evolution for Naturalists (Evolusi untuk Kaum Naturalis), P.J. Darlington sebagai seorang evolusionis mengakui bahwa kebiadaban adalah akibat alamiah teori evolusi, dan perilaku ini malah dibenarkan:
Butir pertama adalah bahwa mengutamakan kepentingan pribadi dan kekerasan adalah sifat bawaan yang telah ada dalam diri kita, yang diturunkan dari binatang nenek moyang kita yang paling awal... Jika demikian, kekerasan adalah sesuatu yang alamiah bagi manusia, suatu hasil dari evolusi117
Seperti yang jelas terungkap dari pengakuan evolusionis, sangatlah wajar dan alamiah bagi ideologi komunis, yang menjadikan teori evolusi Darwin sebagai pedoman utamanya, untuk menganggap manusia lain sebagian hewan, memperlakukan mereka seperti layaknya binatang, dan menindas mereka. Karena orang yang menerima ideologi komunis-darwinis lupa bahwa ia memiliki Pencipta, ia lalai dari tujuan keberadaannya di dunia, dan bahwa ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Sang pencipta di hari perhitungan. Sebagai hasilnya, seperti setiap manusia yang tidak punya rasa takut pada Allah, ia menjadi makhluk yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, menjadi penguasa yang tidak berbelas kasihan, bahkan pembunuh kejam. Allah menggambarkan kondisi orang -orang ini dan apa yang akan menimpa pada mereka dalam Alquran:
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih (QS. Asy Syuura, 42:42)
Pada tahun 1968, ideologi kiri menyebar dan diterima luas di seluruh penjuru dunia, khususnya oleh para pemuda di kampus-kampus universitas. Berbagai pertemuan diselenggarakan, dan para pemuda dihasut untuk melawan saudara mereka sendiri, polisi, dan tentara. Akibat peristiwa ini, sesama saudara saling bertikai, kota-kota menjadi porak-poranda, dan seluruh dunia terjerembab ke lembah kekacauan.
PENINDASAN DI TURKISTAN TIMUR
Meskipun pembubaran Uni Soviet telah diterima sebagai simbul kematian Komunisme sebagai rezim politis, ideologi dan penerapan Komunis masih terus berlanjut. Rusia dan China adalah negara di mana mentalitas Tentara Merah ini masih sangat berpengaruh. Kebijakan Rusia di Chechnya, dan perlakuan pemerintah Cina di Turkistan Timur, adalah bukti paling penting tentang hal ini. Warga Turki Muslim yang kini hidup di Turkistan Timur, tengah mengalami penindasan yang tiada hentinya di bawah kekuasaan Cina yang didirikan Mao. Para pemuda ditahan tanpa alasan, dihukum mati dengan tuduhan melawan rezim, dan ditembak. Umat Islam dilarang menjalankan kewajiban agama secara berjamaah, dan pendapatan mereka diambil dengan cara menerapkan pajak yang tidak manusiawi. Orang-orang hidup di ambang kematian karena kelaparan, dan uji nuklir yang dilakukan persis di depan mereka; akibatnya merekapun terjangkiti penyakit mematikan.
Umat Turki Muslim di Turkistan Timur telah hidup dibawah penjajahan Cina selama 250 tahun. Cina memberi nama "Sinkiang" atau "tanah terjajah" kepada Turkistan Timur, yang merupakan wilayah Muslim, dan menyatakannya sebagai wilayah kekuasaan mereka. Setelah kaum Komunis yang dipimpin Mao mengambil alih wilayah tersebut pada tahun 1949, penindasan terhadap warga Turkistan Timur meningkat bahkan lebih kejam dari sebelumnya. Kebijakan rezim Komunis bertujuan untuk menghancurkan kaum Muslimin yang menolak asimilasi. Mereka yang terbunuh mencapai jumlah yang mengerikan. Jumlah korban yang meninggal antara tahun 1949 dan 1952 mencapai 2.800.000 orang; antara 1952 dan 1957, 3.509.000 jiwa; antara 1958 dan 1960, 6.700.000 orang; antara 1961 dan 1965, 13.300.000 orang terbunuh oleh Tentara Merah Cina atau mati kekurangan pangan akibat ulah rezim tersebut. Bersama dengan pembantaian setelah tahun 1965, jumlah warga Turkistan Timur yang terbunuh mencapai jumlah yang mencengangkan: 35 juta jiwa.
Selain membantai warga Muslim sejak tahun 1949, rezim Cina juga secara sistematis memindahkan orang-orang keturunan Cina untuk menetap di Turkistan. Dampak dari kebijakan ini, yang dilaksanakan pemerintah Cina sejak tahun 1953, sungguh di luar perkiraan. Pada tahun 1953, warga Muslim berjumlah 75% dan Cina 9%, namun hingga tahun 1982 jumlah ini menjadi Muslim 43% dan Cina 40%. Sensus tahun 1990, yang memperlihatkan jumlah populasi Muslim 40% dan Cina 53%, merupakan petunjuk paling penting yang menunjukkan tingkat pembersihan etnis tersebut.
Sementara itu, pemerintahan Cina menggunakan Muslim Turkistan Timur sebagai hewan percobaan dalam uji nuklir mereka. Akibat berbagai uji nuklir, yang dimulai pada tahun 1964, para penduduk setempat telah terjangkiti penyakit mematikan, dan 20.000 bayi cacat telah dilahirkan. Diketahui bahwa jumlah Muslim yang telah meninggal akibat uji nuklir ini adalah 210.000 jiwa. Ribuan orang mengalami cacat anggota tubuh, dan ribuan lainnya terkena penyakit seperti kuning dan kanker.
Antara tahun 1964 hingga kini, Cina telah meledakkan sekitar 50 bom atom dan bom hidrogen. Para ahli Swedia berhasil mengungkap fakta bahwa pengujian nuklir bawah tanah pada tahun 1984 dengan menggunakan bom berkekuatan 150 ton telah mengakibatkan gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter.
Penindasan Cina terhadap bangsa Turki Uighur tidak berhenti sampai di sini. Apa yang dialami selama bulan Februari 1997, saat berbagai peristiwa menyedihkan sedang pecah, merangkum penindasan yang dilakukan oleh Cina. Menurut berita yang sampai ke masyarakat, pada tanggal 4 September, yang merupakan hari raya keagamaan, tentara milisi Cina memukul lebih dari 30 wanita yang sedang berkumpul di mesjid dan membaca Alquran dengan tongkat besi dan menyeret mereka ke markas besar keamanan. Penduduk setempat mendatangi markas tersebut dan meminta agar mereka dibebaskan. Seketika itu tiga tubuh wanita yang telah disiksa hingga tewas dilempar ke hadapan mereka. Hal ini memicu kemarahan, dan bentrokan pun pecah antara mereka dengan pihak keamanan Cina. Antara tanggal 4 hingga 7 September, 200 orang Turkistan Timur kehilangan nyawanya dan lebih dari 3.500 orang Turki Uighur disekap di kamp-kamp. Di pagi hari tanggal 8 September, orang-orang dilarang melakukan sholat hari raya di masjid-masjid di mana mereka telah berkumpul. Menyusul peristiwa ini, bentrokan pun terjadi lagi sehingga jumlah orang yang ditahan, yang telah mencapai 58.000 orang antara April hingga Desember 1996, meningkat menjadi 70.000 orang. Sekitar 100 pemuda ditembak di tempat-tempat umum , dan 5.000 orang warga Turki Uighur ditelanjangi dan dipertontonkan di depan umum secara berkelompok yang masing-masingnya beranggotakan 50 orang.
Apa yang terjadi di Turkistan Timur ini hanyalah satu di antara berbagai penderitaan di abad ke-20. Di setiap penjuru dunia pada abad ke-20, orang-orang dengan agama, ras, atau ideologi yang berbeda-beda membunuh, atau membantai satu sama lain. Bukanlah suatu kebetulan jika pola pikir Darwin berada di balik semua ideologi yang melakukan pembunuhan ini. Sebab, dengan teorinya, Darwin telah memudahkan orang untuk saling membunuh dan membenarkan tindakan mereka.
Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan azab, maka tidaklah diringankan azab bagi mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh. (QS. An-Nahl, 16:85)
Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun. (QS. Ar-Ruum, 30:29)
(Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali 'Imraan, 3:173)
PENINDASAN TIADA HENTI DI CHECHNYA
Meskipun telah diruntuhkan oleh Dzhokar Dudayev, pendudukan Rusia atas Chechnya pada tahun 1991 telah berubah menjadi perang yang sesungguhnya pada tanggal 11 Desember 1994. Hal ini dipicu oleh kerusuhan serius pada bulan Nopember di tahun yang sama. Lebih dari 100.000 warga Chechnya kehilangan nyawa dalam peperangan tersebut, sedangkan puluhan ribu lainnya dipaksa mengungsi. Dalam perang tersebut, Chechnya kehilangan ratusan sumber-sumber bersejarah dan ekonominya. Ketika Rusia mengumumkan bahwa Chechnya adalah "urusan dalam negeri" mereka, tidak terdengar kecaman dari luar. Berton-ton bom dijatuhkan di setiap meter persegi wilayah Chechnya. Terjadi pembersihan etnis, sebagaimana yang belum pernah disaksikan dalam sejarah dunia, dengan menggunakan senjata kimia yang sebenarnya telah dilarang hingga saat ini. Namun, meskipun menghadapi berbagai macam kesulitan yang ada, di bulan Agustus 1996, pasukan Rusia harus mengakui kekalahannya di tangan para pejuang Chechnya, yang sama sekali tidak merasa gentar dan berjuang demi tanah air mereka dengan segenap kekuatan yang mereka miliki.
Rusia, yang harus menerima Chechnya sebagai negara terpisah dalam perjanjian yang ditandangani para pejabat tinggi di bulan Agustus 1996 dan Mei 1997, tampak telah menerima keadaan tersebut. Namun di bulan Oktober 1997, pasukan Rusia memasuki wilayah Chechnya dan mulai melakukan pembunuhan, tanpa membedakan wanita, anak-anak, dan orang tua. Penduduk sipil menjadi sasaran pengeboman yang tiada henti selama berbulan-bulan. Untuk mematahkan perlawanan penduduk, rumah sakit, pasar dan iring-iringan pengungsi secara khusus dipilih sebagai sasaran. Pada akhirnya terungkap bahwa Rusia telah menggunakan bom kimia, rudal scud, dan peluru Napalm dalam perangnya melawan Chechnya. Di samping itu, pihak Rusia mencemari sungai Argun, yang biasa digunakan oleh warga di banyak desa di Chechnya, dengan menggunakan racun. Kebanyakan wanita dan anak-anak yang meminum air yang tercemar tersebut meninggal, sedangkan ratusan lagi menanti ajal mereka di pintu-pintu rumah sakit. Karena air sungai tersebut mengandung racun, maka penduduk sipil yang tidak mampu menemukan sumber air untuk minum atau keperluan lainnya terpaksa menjalani masa-masa yang teramat sulit.
Keadaan para pengungsi juga sangat mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan di tempat-tempat pengungsian menunjukkan sudah terlampau banyaknya jumlah pelanggaran hak-hak asasi manusia. Sekitar 250.000 pengungsi Chechnya yang menyelamatkan diri dari peperangan mendapatkan perlindungan di Ingushetya, sedangkan sisanya di wilayah-wilayah tetangga lainnya. Diberitakan bahwa Rusia telah menghabiskan dana 385 juta dolar untuk membiayai perang tersebut. Pihak Chechnya mengatakan, antara bulan September 1999 dan 25 Juli 2000, sebanyak 1.460 pejuang dan 45.000 penduduk sipil Chechnya telah tewas. Rusia berencana menyapu bersih seluruh pejuang Chechnya yang telah berperang melawan mereka hingga bulan Nopember 2000.
PENGARUH LUAS IDEOLOGI DARWINIS KOMUNIS
Komunisme adalah ideologi yang dimunculkan oleh orang-orang yang hidup di tahun 1800-an. Mereka boleh dikatakan sebagai kalangan yang "tidak memiliki pemahaman yang cukup" tentang ilmu pengetahuan. Karenanya, tidak mengherankan jika kajian dan pernyataan dari ideologi ini telah berulang-ulang terbukti keliru. Di samping itu, ideologi ini telah jelas-jelas memunculkan bencana bagi umat manusia, dan, karenanya, tidak membawa kebaikan. Jadi, salah satu alasan terpenting mengapa pengaruhnya dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat luas di banyak negara adalah ketiadaan pemahaman yang memadai tentang ilmu pengetahuan pada mereka yang menerima ideologi tersebut.
Setelah Revolusi Industri, sebagian masyarakat hidup dalam keadaan sangat miskin, sementara di pihak lain terdapat kalangan yang hidup sangat berkecukupan. Jurang pemisah yang sangat lebar ini memunculkan ketegangan yang rentan terhadap segala bentuk kekacauan yang sengaja dimunculkan dalam kelompok-kelompok masyarakat di sebagian besar negara. Ketegangan terjadi di negara-negara seperti Rusia, yang masih hidup di tingkat masyarakat agraris, dan Cina. Kelompok- kelompok masyarakat yang mendambakan hak dan keadilan pun mengekor di belakang mereka. Akan tetapi, buah yang dihasilkan malah bertentangan yang mereka inginkan. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi yang jauh lebih parah dari sebelumnya. Di satu sisi mereka harus menghindarkan diri dari mati kelaparan, sedangkan di sisi lain mereka menjalani hidup dalam ketakutan dan ancaman pembunuhan yang dapat terjadi kapanpun; juga penyiksaan, pengusiran, dan perampokan.
Telah jelas bahwa ideologi yang didasarkan pada pengingkaran terhadap agama; yang meyakini pertikaian, perseteruan, dan peperangan sebagai satu-satunya landasan berpijak bagi perkembangan dan kemajuan; yang percaya bahwa manusia pada dasarnya adalah binatang; dan yang didasarkan pada gagasan menyimpang bahwa nilai-nilai moral seperti keluarga, kesetiaan, dan persaudaraan yang erat tidaklah perlu dan tidak penting; tidak akan mendatangkan kedamaian, keamanan, kebahagiaan, dan keadilan. Namun kelompok-kelompok masyarakat ini tidak memiliki pandangan ke depan dan pemahaman untuk menilai dan mengkaji hal ini. Mereka melihat foto Karl Marx dan Friedrich Engels, dan menganggapnya sebagai pemikir yang "paling mendalam", "paling susah dimengerti", dan "paling tahu". Mereka melihat penampakan ilmiah yang sebenarnya palsu, kesan mendalam yang hanya di kulit luarnya saja, dan wajah-wajah memukau dari mereka yang mendukung kedua tokoh tersebut, dan terpedaya oleh sihir Komunisme dan materialisme. Padahal, jika mereka masih hidup, mereka akan mengetahui bahwa setiap pemimpin Komunis memiliki pemahaman yang dangkal dan terbelakang, dan mereka adalah orang-orang yang tidak memahami ilmu pengetahuan.
Tak seorang pun yang mereka anggap sebagai pemimpin memiliki pandangan jauh ke depan. Mereka hanya mampu menjalin ikatan dengan kelompok-kelompok masyarakat tersebut dengan mengancam dan menebarkan rasa takut. Mereka adalah orang-orang yang menggunakan kekerasan, kebiadaban, kekejaman, dan pembunuhan sebagai cara dan berpikir sangat dangkal dan terbelakang. Kini banyak orang-orang yang dulunya Komunis telah menyadari betapa sangat besar kesalahan yang telah mereka perbuat di masa lalu, dan menyesalinya. Mereka telah paham bahwa mereka telah mengikuti secara buta cita-cita yang tak akan pernah terwujud, sesuatu yang tak lebih dari sekedar suara lantang namun kosong tak bermakna. Sebagian yang lain menghabiskan waktu dengan berusaha menunjukkan bahwa mereka masih belum meninggalkan ideologinya. Mereka melakukan ini karena tidak mau mengakui kekalahan dan tidak mau menerima kebenaran. Mereka berkata, "Kami suatu saat akan menang."
Suatu masa akan datang ketika ilmu pengetahuan akan mampu menjangkau ke pelosok manapun dan kapanpun, di mana manusia akan mampu mengetahui kebenaran dan kenyataan lebih banyak serta jauh lebih mudah dari sebelumnya. Dengan keadaan seperti ini, berbagai cara untuk mempengaruhi orang, yang menyerupai mantera sihir, dari orang-orang Komunis, Materialis, dan Darwinis, berikut perkataan memikat dan seruan untuk berperang kini telah kehilangan pengaruhnya. Berbagai ideologi rapuh tersebut, yang kekuatannya dapat dihilangkan dengan pengajaran ilmu pengetahuan, akan kehilangan daya pengaruhnya dengan cepat. Sehingga hari-hari yang menyenangkan, damai dan bahagia menanti umat manusia. Yang paling penting lagi, pemahaman tentang kebohongan Darwinisme, dengan bukti yang kokoh, akan mengakhiri riwayat ideologi-ideologi ini.
Kesimpulan: Komunisme adalah Kebiadaban akibat
Berpaling dari Agama
Siapapun yang mencermati pembantaian, pembunuhan, dan penderitaan yang sengaja ditimpakan terhadap manusia oleh orang-orang Komunis, Nazi, atau Kolonialis, akan bertanya-tanya bagaimana para pendukung berbagai paham ini dapat menjauhkan diri mereka sendiri dari sifat-sifat yang umumnya ada dalam diri manusia. Alasan satu-satunya dari kebiadaban dan penindasan yang dilakukan oleh para pemimpin ini adalah hilangnya agama dalam diri mereka dan ketiadaan rasa takut kepada Tuhan. Manusia yang takut kepada Tuhan dan memiliki keimanan yang mantap kepada hari akhir, sudah pasti tidak akan mampu melakukan segala bentuk penindasan, kejahatan, ketidakadilan, dan pembunuhan sebagaimana yang telah kami paparkan. Selain itu, betapapun ia dipengaruhi, seseorang yang beriman kepada Tuhan dan hari akhir tidak akan pernah terseret untuk mengikuti ideologi yang sedemikian menyesatkan.
Namun orang yang tidak beragama dan tidak memiliki rasa takut kepada Tuhan tidak mengenal batas apapun. Seseorang yang meyakini bahwa ia dan makhluk hidup lainnya berevolusi secara kebetulan dari materi tak hidup, yang percaya bahwa nenek moyangnya adalah binatang, dan yang menerima bahwa tiada sesuatu pun selain materi, dapat dengan mudah dipengaruhi untuk melakukan segala bentuk kekejaman. Pada pandangan pertama, orang-orang ini mungkin tampak tidak akan menyakiti siapapun. Namun, pada keadaan tertentu mereka dapat berubah menjadi seorang jagal yang melakukan pembantaian. Mereka mampu menjelma menjadi sosok pembunuh yang memukul atau menjadikan orang-orang kelaparan hanya karena tidak mau mengikuti paham mereka. Mereka dapat berubah menjadi orang-orang yang dipenuhi rasa kebencian, muak, dan permusuhan. Ini dikarenakan cara pandang mereka terhadap dunia mengharuskan hal yang demikian ini terjadi.
Pada tahun 1983, Alexander I. Solzhenitsyn, pemenang hadiah Nobel tahun 1970 untuk bidang literatur, memberikan pidato di London di mana ia berusaha menjelaskan mengapa banyak sekali malapetaka buruk yang telah menimpa rakyatnya:
Lebih dari setengah abad yang lalu, ketika saya masih kecil, saya teringat saat mendengarkan sejumlah orang-orang tua memberikan penjelasan berikut ini atas bencana dahsyat yang menimpa Rusia: "Manusia telah melupakan Tuhan; itulah mengapa semua ini terjadi."
MEREKA YANG TERANIAYA
Pemandangan yang mengisahkan sekelumit tentang kekejaman Komunis terhadap umat manusia. Orang-orang terbaring lemah akibat kelaparan, kehausan, dan rasa putus asa. Mereka hidup dalam kemelaratan, mereka membutuhkan...
Sejak saat itu saya menghabiskan hampir 50 tahun untuk menulis tentang sejarah revolusi kami; dalam proses tersebut saya telah membaca ratusan buku, mengumpukan ratusan kesaksian dari orang-orang, dan telah menyumbangkan delapan jilid karya saya dalam upaya membersihkan puing-puing reruntuhan yang tertinggal akibat petaka tersebut. Tapi, jika sekarang saya diminta untuk mengatakan seringkas mungkin penyebab utama revolusi yang menghancurkan tersebut, yang menelan sekitar 60 juta rakyat kami, saya tidak mampu mengungkapkannya dengan lebih tepat kecuali mengulang perkataan: "Manusia telah melupakan Tuhan; itulah mengapa semua ini terjadi."118
Kesimpulan Solzhenitsyn di atas benar-benar sungguh tepat. Sungguh, satu-satunya hal yang mampu menenggelamkan masyarakat ke jurang kebiadaban sedalam itu, yang menjadikan mereka berpaling dari berbagai bentuk penindasan dan tidak mau berbuat apa-apa, adalah berpalingnya mereka dari Tuhan. Sementara Tuhan tidak pernah lupa dan tidak pernah berbuat salah. Para pemimpin Komunis yang bengis tersebut menyangka bahwa mereka telah membangun sistem mereka sendiri untuk mengatur masyarakat dunia. Mereka beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan dan kekuatan yang luar biasa. Mereka bahkan mengadakan berbagai pertemuan rahasia, di mana meraka berbisik satu sama lain tentang kebiadaban berikutnya yang akan mereka lakukan terhadap rakyat guna memperbesar kekuasaan dan kekuatan mereka. Namun ketika mereka melakukan semua ini, Tuhan mengetahuinya, dan Dia akan memberikan balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat. Dia menyatakan hal ini dalam Alquran:
Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Tidakkan kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya.Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada.Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Mujaadilah, 58:6-7)
Kemudian terdapat golongan orang-orang yang mengikuti para pemimpin kejam ini, yang menjilat dibelakang mereka. Keadaan mereka ini dinyatakan dalam Alquran dalam ayat
"Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (QS.Yuunus, 10:44).
Dengan kata lain, orang-orang ini menzalimi dirinya sendiri dengan melalaikan ajaran Allah dan mengikuti pemimpin-pemimpin Darwinis. Di ayat Alquran lainnya dinyatakan bahwa manusia sendirilah yang sebenarnya memunculkan bencana kejahatan dan kerusakan yang terjadi di dunia:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum, 30:41)
Satu-satunya cara guna mencegah bencana ini agar tidak terulang lagi adalah agar manusia menjalani hidup dengan beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, dan tanpa melupakan bahwa mereka akan mempertanggungjawabkan segala yang telah mereka perbuat. Dan agar manusia hidup di bawah cahaya Alquran, yang Allah turunkan untuk seluruh manusia agar mereka menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia seperti cinta, kasih sayang, kedermawanan, dan kesetiaan, sebagaimana diperintahkan dalam Alquran.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl, 16:97)
Rezim berhaluan Komunis-Darwinis tidak menghargai rakyatnya. Mereka diterlantarkan hingga melarat, dan meninggal dengan mata terbuka. Rusia adalah contoh nyata kekejaman ini.
KAPITALISME DAN PERJUANGAN UNTUK MEMPERTAHANKAN
HIDUP DI BIDANG EKONOMI
Istilah kapitalisme berarti kedaulatan kapital atau modal, yakni sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasarkan secara penuh pada keuntungan, di mana masyarakat bersaing atau berkompetisi dalam batasan-batasan ini. Terdapat tiga unsur penting dalam kapitalisme: individualisme, persaingan (kompetisi) dan perolehan keuntungan. Individualisme penting dalam kapitalisme sebab manusia melihat diri mereka sendiri bukan sebagai bagian dari masyarakat, tetapi sebagai "individu-individu" yang berdiri sendiri di atas kedua kakinya dan harus memenuhi kebutuhan pribadi dengan kerja kerasnya sendiri. "Masyarakat kapitalis" adalah arena dimana para individu bersaing satu sama lain dalam lingkungan yang keras dan tanpa belas kasih. Ini adalah arena yang persis sebagaimana penjelasan Darwin, yang menempatkan hanya yang kuat yang tetap hidup, sedangkan kaum lemah dan tak berdaya akan terinjak-injak dan tersingkirkan; ini juga tempat di mana kompetisi sengit merajalela.
Menurut pola pikir yang dijadikan dasar berpijak kapitalisme, setiap individu - dan ini dapat berupa perorangan, sebuah perusahaan atau suatu bangsa - harus berjuang demi kemajuan dan kepentingannya sendiri. Hal terpenting dalam peperangan ini adalah produksi. Produsen terbaik akan bertahan hidup, sedangkan yang lemah dan tidak cakap akan tersingkir dan lenyap. Beginilah sosok sistem kapitalisme, yang telah melupakan kenyataan bahwa yang tersingkirkan dalam peperangan sengit ini, yang terinjak-injak dan jatuh miskin adalah "manusia". Yang menjadi pusat perhatian kapitalisme bukanlah manusia, akan tetapi pertumbuhan ekonomi, dan barang, yakni hasil dari pertumbuhan ekonomi ini. Karena alasan tersebut, pola pikir kapitalis tidak lagi merasakan tanggung jawab etis atau memiliki hati nurani terhadap orang-orang yang terinjak di bawah kakinya, yang harus mengalami berbagai kesulitan hidup. Ini adalah Darwinisme yang diterapkan secara menyeluruh pada masyarakat di bidang ekonomi
Dengan menyatakan perlunya mendorong kompetisi di berbagai bidang kehidupan, dan memaklumkan tidak perlunya menyediakan kesempatan atau bantuan bagi golongan masyarakat lemah dalam hal apapun, baik di bidang kesehatan hingga ekonomi, para perumus Darwinisme Sosial terkemuka telah memberikan dukungan "filosofis" dan "ilmiah" bagi kapitalisme. Misalnya, menurut Tille, sosok terkemuka yang mewakili mentalitas kapitalis-Darwinis, adalah kesalahan besar untuk mencegah kemiskinan dengan cara membantu "kelompok-kelompok yang tersingkirkan", sebab ini berarti turut mencampuri seleksi alam yang mendorong terjadinya evolusi.119
Dalam pandangan Herbert Spencer, perumus utama teori Darwiniwme Sosial, yang memasukkan ajaran pokok Darwinisme ke dalam kehidupan masyarakat, jika seseorang miskin maka ini adalah kesalahannya sendiri; orang lain tidak sepatutnya menolong agar ia bangkit. Jika seseorang kaya, bahkan jika ia mendapatkan kekayaannya melalui cara yang tidak bermoral, maka ini adalah berkat kecakapannya. Oleh karena itu, orang kaya akan bertahan hidup, sedangkan yang miskin akan lenyap. Ini adalah pemandangan yang telah berlaku hampir secara menyeluruh pada masyarakat sekarang dan gambaran ringkas tentang moralitas kapitalis-Darwinis.
Herbert Spencer
Spencer, yang mendukung moralitas ini, menyelesaikan karyanya Social Statistics pada tahun 1850, dan menolak segala bentuk bantuan bagi masyarakat yang diusulkan oleh negara, seperti program pencegahan untuk melindungi kesehatan, sekolah-sekolah negeri, dan vaksinasi wajib. Sebab menurut Darwinisme Sosial, tatanan kemasyarakatan terbangun berdasarkan keberlangsungan hidup bagi yang kuat. Pemberdayaan masyarakat lemah yang menjadikan mereka mampu bertahan hidup adalah pelanggaran terhadap asas ini. Si kaya adalah kaya karena mereka lebih layak hidup; sebagian bangsa menjajah sebagian yang lain dikarenakan pihak penjajah lebih unggul dari pihak terjajah, manusia dengan ras-ras tertentu menjadi bawahan dari ras-ras lain karena tingkat kecerdasannya yang lebih tinggi. Spencer menerapkan doktrin ini dengan sungguh-sungguh pada masyarakat manusia, "Jika mereka benar-benar layak untuk hidup, mereka akan hidup, dan memang sebaiknya mereka harus hidup. Jika mereka benar-benar tidak layak untuk hidup, mereka akan mati, dan adalah yang terbaik jika mereka harus mati"120
Graham Sumner, Professor Ilmu Politik dan Sosial di Universitas Yale, adalah juru bicara Darwinisme Sosial di Amerika. Dalam salah satu tulisannya, ia merangkum pandangannya tentang masyarakat manusia sebagai berikut:
...jika kita mengangkat seseorang ke atas kita harus memiliki tumpuan, yakni titik reaksi. Dalam masyarakat ini berarti bahwa untuk mengangkat seseorang ke atas maka kita harus mendorong seseorang yang lain ke bawah.121
Richard Milner, editor senior pada Majalah Natural History terbitan American Museum of Natural History, New York, menulis:
Salah satu juru bicara terkemuka Darwinisme Sosial, William Graham Sumner dari Princeton, berpandangan bahwa kaum jutawan adalah individu-individu 'paling cakap' dalam masyarakat dan berhak mendapatkan perlakuan istimewa. Mereka "secara alamiah telah terseleksi di arena kompetisi"122
Sebagaimana telah kita ketahui dari pernyataan ini, para pendukung Darwinisme Sosial menggunakan teori evolusi Darwin sebagai pernyataan "ilmiah" bagi masyarakat kapitalis. Akibat dari hal ini, masyarakat telah kehilangan akhlak mulia yang diajarkan agama seperti saling membantu, kedermawanan, dan kerjasama. Sebaliknya, ajaran ini telah tergantikan oleh sifat mementingkan diri sendiri, kikir dan oportunisme. Menurut salah seorang perumus teori Darwinisme Sosial terkemuka, Profesor E.A. Ross asal Amerika, "Bantuan kemanusiaan yang dikelola kaum Kristiani sebagai sarana amal kebajikan telah memunculkan tempat berlindung di mana orang-orang dungu tumbuh dan berkembang biak." Lagi menurut Ross, "Negara mengumpulkan orang bisu dan tuli di tempat-tempat penampungannya, dan ras manusia bisu dan tuli sedang dalam proses pembentukan." Ross menolak semua ini karena dianggap mencegah kemajuan proses evolusi di alam dan berkata, "Jalan paling pintas untuk menjadikan dunia ini surga adalah dengan membiarkan mereka yang tergesa-gesa cenderung ingin ke neraka berjalan dalam langkah mereka sendiri."123
Sebagaimana telah kita pahami, Darwinisme telah membangun dasar filosofis bagi semua sistem ekonomi kapitalis di dunia dan sistem politik yang terwarnai oleh sistem ekonomi ini.
Inilah alasan mengapa para pendukung utama Darwinisme Sosial adalah para pemilik modal. Kemenangan pihak kuat dengan menginjak-injak golongan lemah dan penerapan kebijakan ekonomi yang sangat jauh dari rasa kasih sayang, saling membantu dan mencintai tidak lagi menjadi perbuatan yang terkutuk. Sebab perilaku seperti ini dianggap sejalan dengan "penjelasan ilmiah" dan "hukum alam".
Menurut Richard Hofstadter, penulis buku Social Darwinism in American Thought, yang juga seorang pengusaha besar kereta api di abad ke-19 Chauncey Depew mengatakan bahwa kalangan yang meraih ketenaran, keberuntungan dan kekuasaan di kota New York mewakili prinsip kelangsungan hidup bagi yang terkuat, melalui keahlian unggul mereka, kemampuan berpikir ke depan dan kemampuan beradaptasi."124 Raja perkeretaapian yang lain, James J. Hill, mengatakan bahwa "keberuntungan perusahaan-perusahaan kereta api ditentukan oleh hukum kelangsungan hidup bagi yang terkuat"125
Dalam biografinya, Andrew Carnegie, pemilik modal terkemuka lainnya di Amerika, menyatakan keyakinannya terhadap evolusi dengan mengatakan, "Saya telah menemukan kebenaran evolusi."126 Di bagian lain ia menuliskan perkataan berikut ini:
(Hukum kompetisi) itu berlaku di sini; kita tidak dapat menghindarinya; teori yang dapat menggantikannya belum ditemukan; dan kendatipun hukum ini mungkin terkadang terasa berat bagi individu, namun ini yang terbaik bagi ras, sebab hal ini menjamin kelangsungan hidup bagi yang paling kuat di segala bidang (kehidupan). 127
Dalam artikelnya Darwin's Three Mistakes, ilmuwan evolusionis Kenneth J. Hsü, mengungkap pemikiran Darwinis kaum kapitalis Amerika terkemuka:
Darwinisme juga dijadikan pembenaran bagi individualisme kompetitif dan dampak alamiahnya di bidang ekonomi berupa kapitalisme bebas di Inggris dan di Amerika. Andrew Carnegie menulis bahwa "hukum kompetisi, secara sehat ataupun tidak, berlangsung dalam kehidupan ini; dan kita tidak dapat menghindarkannya". Rockefeller melangkah lebih jauh ketika menyatakan bahwa "pertumbuhan bisnis besar hanyalah keberlangsungan hidup bagi yang terkuat; ini sekedar cara kerja hukum alam."128
PARA GELANDANGAN TIDUR DI JALANAN
Di negara-negara kaya dan makmur, kaum miskin terlantar di jalanan...
Sungguh sangat menarik, di Amerika, lembaga-lembaga seperti Rockefeller Foundation dan the Carnegie Institution, yang didanai oleh kerajaan kapitalis seperti Rockefeller dan Carnegie, memberikan bantuan dana cukup besar untuk penelitian di bidang evolusi.
Sebagaimana telah dipahami dari uraian di atas, kapitalisme telah menyeret manusia untuk menyembah hanya uang dan kekuatan yang bersumber dari uang. Dengan sama sekali tidak mengindahkan nilai agama dan etika, masyarakat yang terpengaruh pemikiran evolusi akan lebih mengutamakan materi, dan menjadi semakin jauh dari perasaan seperti cinta, kasih sayang dan pengorbanan.
Akhlak kapitalis ini telah merajalela hampir di seluruh lapisan masyarakat sekarang. Akibatnya, kaum miskin, lemah dan tak berdaya tidak mendapatkan bantuan, perhatian ataupun perlindungan. Bahkan jika mereka menderita penyakit parah dan mematikan, mereka tidak mampu mendapatkan seseorang yang bersedia membantu mengobati mereka. Kaum papa terlantar begitu saja hingga sakit dan meninggal. Di banyak negara, seringkali dijumpai ketidakadilan dan perilaku tidak manusiawi seperti anak-anak di bawah umur yang dipaksa bekerja dan diterlantarkan tanpa mendapatkan hak mereka secara wajar.
Kini, alasan mengapa negara-negara seperti Etiopia menderita bencana kekeringan dan kelaparan adalah merajalelanya moral kapitalis ini. Kendatipun bantuan dan dukungan dari banyak negara sebenarnya mampu menyelamatkan penduduk yang kelaparan ini, mereka tetap saja dibiarkan kelaparan dan miskin begitu saja.
Ciri masyarakat kapitalis lainnya adalah tersebarnya kekayaan dengan tidak adil dan merata. Dalam masyarakat seperti ini, perbedaan antara si kaya dan si miskin semakin hari semakin melebar. Ketika si miskin semakin miskin, harta kekayaan si kaya semakin bertambah. Munculnya jutaan tuna wisma yang hidup terlantar dan sangat memprihatinkan, bahkan di Amerika yang merupakan negara paling maju di dunia, merupakan akibat dari moralitas kapitalis. Sudah pasti masyarakat Amerika cukup kaya untuk memberi bantuan dan perlindungan kepada semua orang ini, termasuk memberi mereka pekerjaan. Tetapi karena mentalitas yang berlaku bukanlah memberi kesempatan kaum miskin untuk bangkit, tapi untuk tumbuh berkembang dengan menginjak si miskin, maka jalan keluar tidak diberikan bagi kaum miskin ini. Inilah hasil penerapan ajaran Darwinisme Sosial yang menyatakan bahwa "Untuk tumbuh berkembang, diperlukan suatu batu loncatan bagi seseorang untuk berpijak".
MANUSIA YANG MENDERITA KELAPARAN
Meskipun sekarang masih terdapat sumber-sumber alam yang berlimpah di seluruh dunia, jutaan anak-anak dibiarkan kelaparan akibat mentalitas kapitalis.
Di sini, perhatian hendaknya dialihkan pada satu hal penting: Sepanjang sejarah senantiasa terdapat masyarakat di mana golongan miskin dan lemah tertindas, di mana hanya hal-hal bersifat materi yang dianggap penting, dan di mana sifat mementingkan diri sendiri, mendahulukan kepentingan pribadi, dan berlaku curang dianggap satu-satunya jalan untuk menjadi kaya. Begitulah, di masa lalu pun terdapat orang-orang yang dalam hidupnya hanya menganggap materi sebagai sesuatu yang bernilai. Mereka berada jauh akhlak mulia. Namun, sejak paruh kedua abad ke-19, orang-orang berpandangan seperti ini memasuki zaman yang sungguh berbeda. Selama 150 tahun terakhir orang-orang dan masyarakat yang tidak memiliki hati nurani ini tidak lagi dikutuk dan dicemooh sebagaimana yang lain. Perilaku seperti ini pada akhirnya mulai diterima sebagai hukum alam. Dan di sinilah Darwinisme telah menjadi agama palsu yang membenarkan tindakan tak bermoral dan tanpa belas kasih.
Robert E. D. Clark menjelaskan keadaan tersebut sebagaimana berikut:
Evolusi, secara singkat, memberi kesempatan kepada pelaku kejahatan untuk berhenti menggunakan hati nuraninya. Perilaku paling tidak jujur terhadap pesaing kini dapat diterima secara akal; kejahatan dapat disebut sebagai kebaikan."129
Dan H. Enoch menulis dalam bukunya Evolution or Creation :
Prof J. Holmes berkata, "Darwinisme yang diterapkan secara konsekuen akan menilai kebaikan dalam hal kemampuan bertahan hidup"... Inilah hukum rimba di mana "yang kuat adalah yang benar", dan yang terkuat tetap bertahan hidup. Apakah kecurangan dan kekejaman, ketakutan dan kebohongan, cara apapun yang dapat membantu seseorang untuk tetap hidup adalah baik dan benar bagi orang atau masyarakat tersebut.130
Seperti telah kita pahami, keingkaran terhadap agama, dan Darwinisme yang menjadi sumber keingkaran ini, berada di balik semua orang, sistem dan ideologi yang membawa dunia kepada kehidupan yang penuh kegelisahan, kesulitan, penderitaan dan keputusasaan, khususnya dalam kurun 150 tahun terakhir. Mereka yang mengira dapat melindungi kepentingan mereka sendiri dengan mengutamakandiri pribadi dan berperilaku kasar tanpa belas kasih terhadap orang lain akibat pengingkaran terhadap agama, memandang Darwinisme sebagai juru selamat bagi mereka. Mereka mempercayai pendapat Darwin tentang "yang lemah musnah ketika yang kuat hidup" sebagai pedoman hidup.
Mereka tidak menyadari hal ini, namun orang-orang tersebut, yang berpikir bahwa mereka tengah merancang makar besar bagi seluruh umat manusia, sebenarnya sedang mempersiapkannya untuk diri mereka sendiri. Sebab, tak menjadi soal seberapa besar perjuangan mereka untuk mempertahankan hidup, yang pasti terdapat satu-satunya Hakim, satu-satunya Tuhan dan satu-satunya Penguasa atas diri mereka sendiri, seluruh alam, segala yang mereka coba untuk memilikinya, para pemimpin yang mereka patuhi, atau ideologi dan "isme-isme" yang mereka yakini. Dialah Allah, satu-satunya Hakim dan Penguasa. Kekuasaan sementara dan berbagai kesempatan yang diberikan kepada manusia di dunia ini bukan mereka peroleh secara kasar melalui perjuangan sendiri, penindasan terhadap orang lain, atau kerja kerasnya sendiri. Kekayaan, kedudukan dan kekuasaan yang menurutnya diperoleh melalui usaha sendiri pada hakikatnya adalah pemberian Allah sebagai ujian baginya.Tidak menjadi masalah, seberapa jauh ia meyakini keberadaan dirinya di arena perjuangan, yakni tempat di mana yang lemah tersingkirkan dan yang kuat akan berkuasa. Yang pasti, setiap manusia menjalani hidup sebagai ujian yang telah ditentukan untuk dirinya. Allah menyatakan dalam sebuah ayat Alquran bahwa Dia menguji manusia dengan memberikan kesempatan hidup bagi mereka:Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di ntara mereka yang terbaik perbuatannya. (QS. Al Kahfi, 18:7)
Mereka yang merasa telah mendapatkan segala yang mereka miliki sebagai hasil dari "perjuangan untuk bertahan hidup" akan benar-benar merasakan siksaan pedih yang tiada hentinya, dan kesedihan yang mendalam saat berhadapan langsung dengan kenyataan di akhirat dan menyadari betapa tak bermaknanya ajaran yang mereka ikuti:Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami engansebenarnya telah menperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (adzab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dzalim, (yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan mengimginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir terhadap kehidupan akhirat." .... Dan orang-orang yang di atas A'raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu." (QS. Al A'raaf: 44-45,48)
Bagi mereka yang tidak terpengaruh oleh pemikiran Darwinis-kapitalis dan yang tidak melupakan tujuan keberadaan mereka di dunia serta keberadaan Allah, mereka ini memandang sesama manusia lain sebagai mahluk hidup yang Allah ciptakan. Sebagaimana Allah perintahkan, mereka selalu memperlakukan orang lain dengan baik, merasa kasihan dan terharu, dan berbuat apa saja yang mungkin untuk mengatasi kesulitan dan kegelisahan yang ia alami. Mereka selalu mengucapkan perkataan yang sopan, memelihara anak yatim, menolong yang sakit, serta melindungi dan menjaga mereka. Manusia seperti ini menghindari perbuatan dosa dan senantiasa menjalankan kewajiban mereka kepada Allah sebagaimana yang diajarkan Alquran. Merekalah yang paling mulia dalam pandangan Allah dikarenakan mereka tidak mementingkan kekayaan, ras, warna kulit, golongan, ideologi, atau filsafat.
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.
(QS. Adz Dzaariyaat, 51:19)
KAPITALISME DAN PERJUANGAN UNTUK MEMPERTAHANKAN
HIDUP DI BIDANG EKONOMI
Istilah kapitalisme berarti kedaulatan kapital atau modal, yakni sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasarkan secara penuh pada keuntungan, di mana masyarakat bersaing atau berkompetisi dalam batasan-batasan ini. Terdapat tiga unsur penting dalam kapitalisme: individualisme, persaingan (kompetisi) dan perolehan keuntungan. Individualisme penting dalam kapitalisme sebab manusia melihat diri mereka sendiri bukan sebagai bagian dari masyarakat, tetapi sebagai "individu-individu" yang berdiri sendiri di atas kedua kakinya dan harus memenuhi kebutuhan pribadi dengan kerja kerasnya sendiri. "Masyarakat kapitalis" adalah arena dimana para individu bersaing satu sama lain dalam lingkungan yang keras dan tanpa belas kasih. Ini adalah arena yang persis sebagaimana penjelasan Darwin, yang menempatkan hanya yang kuat yang tetap hidup, sedangkan kaum lemah dan tak berdaya akan terinjak-injak dan tersingkirkan; ini juga tempat di mana kompetisi sengit merajalela.
Menurut pola pikir yang dijadikan dasar berpijak kapitalisme, setiap individu - dan ini dapat berupa perorangan, sebuah perusahaan atau suatu bangsa - harus berjuang demi kemajuan dan kepentingannya sendiri. Hal terpenting dalam peperangan ini adalah produksi. Produsen terbaik akan bertahan hidup, sedangkan yang lemah dan tidak cakap akan tersingkir dan lenyap. Beginilah sosok sistem kapitalisme, yang telah melupakan kenyataan bahwa yang tersingkirkan dalam peperangan sengit ini, yang terinjak-injak dan jatuh miskin adalah "manusia". Yang menjadi pusat perhatian kapitalisme bukanlah manusia, akan tetapi pertumbuhan ekonomi, dan barang, yakni hasil dari pertumbuhan ekonomi ini. Karena alasan tersebut, pola pikir kapitalis tidak lagi merasakan tanggung jawab etis atau memiliki hati nurani terhadap orang-orang yang terinjak di bawah kakinya, yang harus mengalami berbagai kesulitan hidup. Ini adalah Darwinisme yang diterapkan secara menyeluruh pada masyarakat di bidang ekonomi
Dengan menyatakan perlunya mendorong kompetisi di berbagai bidang kehidupan, dan memaklumkan tidak perlunya menyediakan kesempatan atau bantuan bagi golongan masyarakat lemah dalam hal apapun, baik di bidang kesehatan hingga ekonomi, para perumus Darwinisme Sosial terkemuka telah memberikan dukungan "filosofis" dan "ilmiah" bagi kapitalisme. Misalnya, menurut Tille, sosok terkemuka yang mewakili mentalitas kapitalis-Darwinis, adalah kesalahan besar untuk mencegah kemiskinan dengan cara membantu "kelompok-kelompok yang tersingkirkan", sebab ini berarti turut mencampuri seleksi alam yang mendorong terjadinya evolusi.119
Dalam pandangan Herbert Spencer, perumus utama teori Darwiniwme Sosial, yang memasukkan ajaran pokok Darwinisme ke dalam kehidupan masyarakat, jika seseorang miskin maka ini adalah kesalahannya sendiri; orang lain tidak sepatutnya menolong agar ia bangkit. Jika seseorang kaya, bahkan jika ia mendapatkan kekayaannya melalui cara yang tidak bermoral, maka ini adalah berkat kecakapannya. Oleh karena itu, orang kaya akan bertahan hidup, sedangkan yang miskin akan lenyap. Ini adalah pemandangan yang telah berlaku hampir secara menyeluruh pada masyarakat sekarang dan gambaran ringkas tentang moralitas kapitalis-Darwinis.
Herbert Spencer
Spencer, yang mendukung moralitas ini, menyelesaikan karyanya Social Statistics pada tahun 1850, dan menolak segala bentuk bantuan bagi masyarakat yang diusulkan oleh negara, seperti program pencegahan untuk melindungi kesehatan, sekolah-sekolah negeri, dan vaksinasi wajib. Sebab menurut Darwinisme Sosial, tatanan kemasyarakatan terbangun berdasarkan keberlangsungan hidup bagi yang kuat. Pemberdayaan masyarakat lemah yang menjadikan mereka mampu bertahan hidup adalah pelanggaran terhadap asas ini. Si kaya adalah kaya karena mereka lebih layak hidup; sebagian bangsa menjajah sebagian yang lain dikarenakan pihak penjajah lebih unggul dari pihak terjajah, manusia dengan ras-ras tertentu menjadi bawahan dari ras-ras lain karena tingkat kecerdasannya yang lebih tinggi. Spencer menerapkan doktrin ini dengan sungguh-sungguh pada masyarakat manusia, "Jika mereka benar-benar layak untuk hidup, mereka akan hidup, dan memang sebaiknya mereka harus hidup. Jika mereka benar-benar tidak layak untuk hidup, mereka akan mati, dan adalah yang terbaik jika mereka harus mati"120
Graham Sumner, Professor Ilmu Politik dan Sosial di Universitas Yale, adalah juru bicara Darwinisme Sosial di Amerika. Dalam salah satu tulisannya, ia merangkum pandangannya tentang masyarakat manusia sebagai berikut:
...jika kita mengangkat seseorang ke atas kita harus memiliki tumpuan, yakni titik reaksi. Dalam masyarakat ini berarti bahwa untuk mengangkat seseorang ke atas maka kita harus mendorong seseorang yang lain ke bawah.121
Richard Milner, editor senior pada Majalah Natural History terbitan American Museum of Natural History, New York, menulis:
Salah satu juru bicara terkemuka Darwinisme Sosial, William Graham Sumner dari Princeton, berpandangan bahwa kaum jutawan adalah individu-individu 'paling cakap' dalam masyarakat dan berhak mendapatkan perlakuan istimewa. Mereka "secara alamiah telah terseleksi di arena kompetisi"122
Sebagaimana telah kita ketahui dari pernyataan ini, para pendukung Darwinisme Sosial menggunakan teori evolusi Darwin sebagai pernyataan "ilmiah" bagi masyarakat kapitalis. Akibat dari hal ini, masyarakat telah kehilangan akhlak mulia yang diajarkan agama seperti saling membantu, kedermawanan, dan kerjasama. Sebaliknya, ajaran ini telah tergantikan oleh sifat mementingkan diri sendiri, kikir dan oportunisme. Menurut salah seorang perumus teori Darwinisme Sosial terkemuka, Profesor E.A. Ross asal Amerika, "Bantuan kemanusiaan yang dikelola kaum Kristiani sebagai sarana amal kebajikan telah memunculkan tempat berlindung di mana orang-orang dungu tumbuh dan berkembang biak." Lagi menurut Ross, "Negara mengumpulkan orang bisu dan tuli di tempat-tempat penampungannya, dan ras manusia bisu dan tuli sedang dalam proses pembentukan." Ross menolak semua ini karena dianggap mencegah kemajuan proses evolusi di alam dan berkata, "Jalan paling pintas untuk menjadikan dunia ini surga adalah dengan membiarkan mereka yang tergesa-gesa cenderung ingin ke neraka berjalan dalam langkah mereka sendiri."123
Sebagaimana telah kita pahami, Darwinisme telah membangun dasar filosofis bagi semua sistem ekonomi kapitalis di dunia dan sistem politik yang terwarnai oleh sistem ekonomi ini.
Inilah alasan mengapa para pendukung utama Darwinisme Sosial adalah para pemilik modal. Kemenangan pihak kuat dengan menginjak-injak golongan lemah dan penerapan kebijakan ekonomi yang sangat jauh dari rasa kasih sayang, saling membantu dan mencintai tidak lagi menjadi perbuatan yang terkutuk. Sebab perilaku seperti ini dianggap sejalan dengan "penjelasan ilmiah" dan "hukum alam".
Menurut Richard Hofstadter, penulis buku Social Darwinism in American Thought, yang juga seorang pengusaha besar kereta api di abad ke-19 Chauncey Depew mengatakan bahwa kalangan yang meraih ketenaran, keberuntungan dan kekuasaan di kota New York mewakili prinsip kelangsungan hidup bagi yang terkuat, melalui keahlian unggul mereka, kemampuan berpikir ke depan dan kemampuan beradaptasi."124 Raja perkeretaapian yang lain, James J. Hill, mengatakan bahwa "keberuntungan perusahaan-perusahaan kereta api ditentukan oleh hukum kelangsungan hidup bagi yang terkuat"125
Dalam biografinya, Andrew Carnegie, pemilik modal terkemuka lainnya di Amerika, menyatakan keyakinannya terhadap evolusi dengan mengatakan, "Saya telah menemukan kebenaran evolusi."126 Di bagian lain ia menuliskan perkataan berikut ini:
(Hukum kompetisi) itu berlaku di sini; kita tidak dapat menghindarinya; teori yang dapat menggantikannya belum ditemukan; dan kendatipun hukum ini mungkin terkadang terasa berat bagi individu, namun ini yang terbaik bagi ras, sebab hal ini menjamin kelangsungan hidup bagi yang paling kuat di segala bidang (kehidupan). 127
Dalam artikelnya Darwin's Three Mistakes, ilmuwan evolusionis Kenneth J. Hsü, mengungkap pemikiran Darwinis kaum kapitalis Amerika terkemuka:
Darwinisme juga dijadikan pembenaran bagi individualisme kompetitif dan dampak alamiahnya di bidang ekonomi berupa kapitalisme bebas di Inggris dan di Amerika. Andrew Carnegie menulis bahwa "hukum kompetisi, secara sehat ataupun tidak, berlangsung dalam kehidupan ini; dan kita tidak dapat menghindarkannya". Rockefeller melangkah lebih jauh ketika menyatakan bahwa "pertumbuhan bisnis besar hanyalah keberlangsungan hidup bagi yang terkuat; ini sekedar cara kerja hukum alam."128
PARA GELANDANGAN TIDUR DI JALANAN
Di negara-negara kaya dan makmur, kaum miskin terlantar di jalanan...
Sungguh sangat menarik, di Amerika, lembaga-lembaga seperti Rockefeller Foundation dan the Carnegie Institution, yang didanai oleh kerajaan kapitalis seperti Rockefeller dan Carnegie, memberikan bantuan dana cukup besar untuk penelitian di bidang evolusi.
Sebagaimana telah dipahami dari uraian di atas, kapitalisme telah menyeret manusia untuk menyembah hanya uang dan kekuatan yang bersumber dari uang. Dengan sama sekali tidak mengindahkan nilai agama dan etika, masyarakat yang terpengaruh pemikiran evolusi akan lebih mengutamakan materi, dan menjadi semakin jauh dari perasaan seperti cinta, kasih sayang dan pengorbanan.
Akhlak kapitalis ini telah merajalela hampir di seluruh lapisan masyarakat sekarang. Akibatnya, kaum miskin, lemah dan tak berdaya tidak mendapatkan bantuan, perhatian ataupun perlindungan. Bahkan jika mereka menderita penyakit parah dan mematikan, mereka tidak mampu mendapatkan seseorang yang bersedia membantu mengobati mereka. Kaum papa terlantar begitu saja hingga sakit dan meninggal. Di banyak negara, seringkali dijumpai ketidakadilan dan perilaku tidak manusiawi seperti anak-anak di bawah umur yang dipaksa bekerja dan diterlantarkan tanpa mendapatkan hak mereka secara wajar.
Kini, alasan mengapa negara-negara seperti Etiopia menderita bencana kekeringan dan kelaparan adalah merajalelanya moral kapitalis ini. Kendatipun bantuan dan dukungan dari banyak negara sebenarnya mampu menyelamatkan penduduk yang kelaparan ini, mereka tetap saja dibiarkan kelaparan dan miskin begitu saja.
Ciri masyarakat kapitalis lainnya adalah tersebarnya kekayaan dengan tidak adil dan merata. Dalam masyarakat seperti ini, perbedaan antara si kaya dan si miskin semakin hari semakin melebar. Ketika si miskin semakin miskin, harta kekayaan si kaya semakin bertambah. Munculnya jutaan tuna wisma yang hidup terlantar dan sangat memprihatinkan, bahkan di Amerika yang merupakan negara paling maju di dunia, merupakan akibat dari moralitas kapitalis. Sudah pasti masyarakat Amerika cukup kaya untuk memberi bantuan dan perlindungan kepada semua orang ini, termasuk memberi mereka pekerjaan. Tetapi karena mentalitas yang berlaku bukanlah memberi kesempatan kaum miskin untuk bangkit, tapi untuk tumbuh berkembang dengan menginjak si miskin, maka jalan keluar tidak diberikan bagi kaum miskin ini. Inilah hasil penerapan ajaran Darwinisme Sosial yang menyatakan bahwa "Untuk tumbuh berkembang, diperlukan suatu batu loncatan bagi seseorang untuk berpijak".
MANUSIA YANG MENDERITA KELAPARAN
Meskipun sekarang masih terdapat sumber-sumber alam yang berlimpah di seluruh dunia, jutaan anak-anak dibiarkan kelaparan akibat mentalitas kapitalis.
Di sini, perhatian hendaknya dialihkan pada satu hal penting: Sepanjang sejarah senantiasa terdapat masyarakat di mana golongan miskin dan lemah tertindas, di mana hanya hal-hal bersifat materi yang dianggap penting, dan di mana sifat mementingkan diri sendiri, mendahulukan kepentingan pribadi, dan berlaku curang dianggap satu-satunya jalan untuk menjadi kaya. Begitulah, di masa lalu pun terdapat orang-orang yang dalam hidupnya hanya menganggap materi sebagai sesuatu yang bernilai. Mereka berada jauh akhlak mulia. Namun, sejak paruh kedua abad ke-19, orang-orang berpandangan seperti ini memasuki zaman yang sungguh berbeda. Selama 150 tahun terakhir orang-orang dan masyarakat yang tidak memiliki hati nurani ini tidak lagi dikutuk dan dicemooh sebagaimana yang lain. Perilaku seperti ini pada akhirnya mulai diterima sebagai hukum alam. Dan di sinilah Darwinisme telah menjadi agama palsu yang membenarkan tindakan tak bermoral dan tanpa belas kasih.
Robert E. D. Clark menjelaskan keadaan tersebut sebagaimana berikut:
Evolusi, secara singkat, memberi kesempatan kepada pelaku kejahatan untuk berhenti menggunakan hati nuraninya. Perilaku paling tidak jujur terhadap pesaing kini dapat diterima secara akal; kejahatan dapat disebut sebagai kebaikan."129
Dan H. Enoch menulis dalam bukunya Evolution or Creation :
Prof J. Holmes berkata, "Darwinisme yang diterapkan secara konsekuen akan menilai kebaikan dalam hal kemampuan bertahan hidup"... Inilah hukum rimba di mana "yang kuat adalah yang benar", dan yang terkuat tetap bertahan hidup. Apakah kecurangan dan kekejaman, ketakutan dan kebohongan, cara apapun yang dapat membantu seseorang untuk tetap hidup adalah baik dan benar bagi orang atau masyarakat tersebut.130
Seperti telah kita pahami, keingkaran terhadap agama, dan Darwinisme yang menjadi sumber keingkaran ini, berada di balik semua orang, sistem dan ideologi yang membawa dunia kepada kehidupan yang penuh kegelisahan, kesulitan, penderitaan dan keputusasaan, khususnya dalam kurun 150 tahun terakhir. Mereka yang mengira dapat melindungi kepentingan mereka sendiri dengan mengutamakandiri pribadi dan berperilaku kasar tanpa belas kasih terhadap orang lain akibat pengingkaran terhadap agama, memandang Darwinisme sebagai juru selamat bagi mereka. Mereka mempercayai pendapat Darwin tentang "yang lemah musnah ketika yang kuat hidup" sebagai pedoman hidup.
Mereka tidak menyadari hal ini, namun orang-orang tersebut, yang berpikir bahwa mereka tengah merancang makar besar bagi seluruh umat manusia, sebenarnya sedang mempersiapkannya untuk diri mereka sendiri. Sebab, tak menjadi soal seberapa besar perjuangan mereka untuk mempertahankan hidup, yang pasti terdapat satu-satunya Hakim, satu-satunya Tuhan dan satu-satunya Penguasa atas diri mereka sendiri, seluruh alam, segala yang mereka coba untuk memilikinya, para pemimpin yang mereka patuhi, atau ideologi dan "isme-isme" yang mereka yakini. Dialah Allah, satu-satunya Hakim dan Penguasa. Kekuasaan sementara dan berbagai kesempatan yang diberikan kepada manusia di dunia ini bukan mereka peroleh secara kasar melalui perjuangan sendiri, penindasan terhadap orang lain, atau kerja kerasnya sendiri. Kekayaan, kedudukan dan kekuasaan yang menurutnya diperoleh melalui usaha sendiri pada hakikatnya adalah pemberian Allah sebagai ujian baginya.Tidak menjadi masalah, seberapa jauh ia meyakini keberadaan dirinya di arena perjuangan, yakni tempat di mana yang lemah tersingkirkan dan yang kuat akan berkuasa. Yang pasti, setiap manusia menjalani hidup sebagai ujian yang telah ditentukan untuk dirinya. Allah menyatakan dalam sebuah ayat Alquran bahwa Dia menguji manusia dengan memberikan kesempatan hidup bagi mereka:Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di ntara mereka yang terbaik perbuatannya. (QS. Al Kahfi, 18:7)
Mereka yang merasa telah mendapatkan segala yang mereka miliki sebagai hasil dari "perjuangan untuk bertahan hidup" akan benar-benar merasakan siksaan pedih yang tiada hentinya, dan kesedihan yang mendalam saat berhadapan langsung dengan kenyataan di akhirat dan menyadari betapa tak bermaknanya ajaran yang mereka ikuti:Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami engansebenarnya telah menperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (adzab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dzalim, (yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan mengimginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir terhadap kehidupan akhirat." .... Dan orang-orang yang di atas A'raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu." (QS. Al A'raaf: 44-45,48)
Bagi mereka yang tidak terpengaruh oleh pemikiran Darwinis-kapitalis dan yang tidak melupakan tujuan keberadaan mereka di dunia serta keberadaan Allah, mereka ini memandang sesama manusia lain sebagai mahluk hidup yang Allah ciptakan. Sebagaimana Allah perintahkan, mereka selalu memperlakukan orang lain dengan baik, merasa kasihan dan terharu, dan berbuat apa saja yang mungkin untuk mengatasi kesulitan dan kegelisahan yang ia alami. Mereka selalu mengucapkan perkataan yang sopan, memelihara anak yatim, menolong yang sakit, serta melindungi dan menjaga mereka. Manusia seperti ini menghindari perbuatan dosa dan senantiasa menjalankan kewajiban mereka kepada Allah sebagaimana yang diajarkan Alquran. Merekalah yang paling mulia dalam pandangan Allah dikarenakan mereka tidak mementingkan kekayaan, ras, warna kulit, golongan, ideologi, atau filsafat.
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.
(QS. Adz Dzaariyaat, 51:19)
Posting Komentar